51
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Kualitas atau mutu merupakan salah satu tujuan penting sebagian besar organisasi. Mengingat mutu ini menyangkut organisasi secara keseluruhan, maka pasti operasi dibebani tanggung jawab untuk menghasilkan mutu bagi pelanggan atau customer. Tanggung jawab ini bisa dilakukan hanya melalui perbaikan manajemen serta mutu yang benar pada semua tahap operasi. Dengan semakin bergesernya perhatian ke arah masalah mutu maka mengelola mutu semakin mendapat penekanan. Penekanan ini meliputi penyempurnaan yang harus dilakukan, pencegahan cacat dan pendekatan total mutu. Kata mutu memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Menurut pendapat Gasperz (2001, p4) definisi konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti : performasi (performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Sedangkan menurut Goetsch & Davis (2000) yaitu bahwa mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Dari segi produsen, mutu dikaitkan dengan merancang dan membuat produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Dari tahun ke tahun secara kumulatif mutu memiliki pengertian yang berbeda, oleh karena itu untuk menghindari adanya kerancuan, perlu

BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

  • Upload
    dothien

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

6

BAB 2

LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas

Kualitas atau mutu merupakan salah satu tujuan penting sebagian besar organisasi.

Mengingat mutu ini menyangkut organisasi secara keseluruhan, maka pasti operasi dibebani

tanggung jawab untuk menghasilkan mutu bagi pelanggan atau customer. Tanggung jawab

ini bisa dilakukan hanya melalui perbaikan manajemen serta mutu yang benar pada semua

tahap operasi. Dengan semakin bergesernya perhatian ke arah masalah mutu maka

mengelola mutu semakin mendapat penekanan. Penekanan ini meliputi penyempurnaan

yang harus dilakukan, pencegahan cacat dan pendekatan total mutu.

• Kata mutu memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi dari yang

konvensional sampai yang lebih strategik. Menurut pendapat Gasperz (2001,

p4) definisi konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik

langsung dari suatu produk seperti : performasi (performance), keandalan

(reliability), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan

sebagainya.

• Sedangkan menurut Goetsch & Davis (2000) yaitu bahwa mutu merupakan

suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Dari segi produsen, mutu dikaitkan dengan merancang dan membuat produk untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan. Dari tahun ke tahun secara kumulatif mutu memiliki

pengertian yang berbeda, oleh karena itu untuk menghindari adanya kerancuan, perlu

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

7

diadakan penyamaan persepsi mengenai kualitas tersebut. Ada beberapa pendapat,

diantaranya :

• Frederik W. Taylor (1886-1915) dalam bukunya The Principle of Scientific

Management, menyatakan :

1. Tugas Harian : setiap orang dalam setiap organisasi harus mempunyai

tugas yang terdefinisi dengan jelas, yang harus diselesaikan dalam satu hari.

2. Kondisi standar : pekerja harus mempunyai alat standar untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan.

3. Upah yang tinggi untuk sukses : penghargaan yang signifikan harus dibayar

untuk suatu tugas atau pekerjaan yang sukses.

4. Kerugian yang besar untuk kegagalan : kegagalan dalam menjalankan

tugas atau pekerjaan harus diperhitungkan secara perseorangan.

• Walter A. Shewhart (1891 – 1967) dalam buku The Economic Control of Quality of

Manufactured Product, berpendapat bahwa “ Terdapat variasi dalam setiap

pembuatan barang dan variasi tersebut dapat diketahui dengan aplikasi alat statistik

sederhana seperti pengambilan contoh (sampling) dan analisis probabilitas.

• W. Edward Deming (1982 – 1986)

Deming mendefinisikan mutu sebagai pengembangan yang terus - menerus dari

suatu sistem yang stabil. Definisi ini menekankan pada dua hal berikut :

1. Semua sistem (administrasi, desain, produksi, dan penjualan) harus stabil.

Hal ini memerlukan pengukuran yang diambil dari atribut – atribut mutu di

seluruh perusahaan dan dipantau setiap waktu.

2. Perbaikan yang terus – menerus dari berbagai sistem untuk mengurangi

penyimpangan – penyimpangan dan lebih memenuhi kebutuhan pelanggan.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

8

• Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran on Leadership for Quality,

mengungkapkan trilogi Juran sebagai berikut :

1. Perencanaan Mutu.

Suatu proses yang mengidentifikasikan pelanggan, persyaratan – persyaratan

pelanggan, fitur – fitur produk, dan jasa yang diharapkan pelanggan. Selain itu,

proses untuk menyampaikan produk dan jasa dengan atribut yang benar dan

memberikan fasilitas untuk mentransfer pengetahuan ini kepada bagian

produksi.

2. Kendali Mutu.

Suatu proses produksi diuji dan dievaluasi terhadap persyaratan – persyaratan

asalnya yang diminta oleh pelanggan. Masalah – masalah dideteksi kemudian

diperbaiki.

3. Peningkatan Mutu

Meliputi alokasi sumber daya, memberikan tugas kepada seseorang untuk

mendorong suatu proyek, pelatihan yang digunakan untuk mendorong suatu

proyek, dan membuat suatu struktur umum yang permanen untuk meningkatkan

mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai.

• Philip B. Crosby (1979) dalam buku Quality is Free,Crosby mengungkapkan empat

dalil mutu sperti berikut :

1. Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan.

2. Sistem mutu adalah pencegahan.

3. Standar kerja adalah tanpa cacat (Zero Defect).

4. Pengukuran mutu adalah biaya mutu.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

9

Jadi dapat diambil kesimpulan, bahwa mutu itu adalah ”penampilan” (karakteristik

dan ciri – ciri) dari suatu produk yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan sesuai

dengan keinginan pelanggan

Walaupun begitu, harus diingat tidak hanya terpusat pada produk, tetapi juga

menyangkut pelayanan, proses, lingkungan dan orang - orang yang terlibat di dalamnya.

2.2 Pengertian Quality Management

Menurut Gazpers (2003. p5) pada dasarnya Manajemen Kualitas (Quality

Management) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus –

menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses,

dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi. Dengan menggunakan semua sumber

daya manusia dan modal yang tersedia.

Menurut Hardjosoedarmo (2004, p1) memberikan definisi tentang manajemen

kualitas sebagai suatu kumpulan aktivitas yang berkaitan dengan kualitas tertentu yang

memiliki karakteristik :

1. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas.

2. Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.

3. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking : fokus adalah pada pelanggan

dan pada kesesuaian kompetisi; di sana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas

tahunan.

4. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.

5. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.

6. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.

7. Manajer atas secara teratur meninjau kemajuan dibandingkan dengan sasaran.

8. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.

9. Sistem imbalan (revard system) diperbaiki.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

10

Menurut John Mcdonald (2004, p5), QC (Quality Control) adalah suatu proses

terkendali yang melibatkan orang, sistem, serta alat - alat dan teknik - teknik pendukung.

Pengendalian kualitas atau disebut juga sebagai Quality Control (QC), bertujuan

untuk membuat produk dimana desain kualitas dari produknya dan harga produk mendekati

keinginan konsumen. Ada empat prinsip dari manajemen kualitas :

1. Kepuasan customer : kepuasan customer diusahakan pada beberapa aspek, yakni

harga, keamanan, keandalan dan ketepatan waktu.

2. Memberikan motivasi pada karyawan.

3. Manajemen berdasarkan fakta.

4. Perbaikan yang berkesinambungan.

2.3 Pengertian Bauran Pemasaran

Berdasarkan pendapat Kotler (2002, p28) bauran pemasaran adalah seperangkat alat

pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Perpaduan

antara empat macam tindakan atau variabel tersebut dinamakan bauran pemasaran atau

marketing mix, jadi dapat dikatakan inti dari bauran pemasaran adalah:

• Produk (Product)

Menurut pendapat Kotler (2002, p28) produk adalah sesuatu yang dapat

ditawarkan kesatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk –

produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, orang, tempat, orang, dan

gagasan.

Faktor – faktor yang harus diparhatikan dalam bauran pemasaran mengenai

produk adalah: keanekaragaman produk, kualitas, desain, bentuk, merk, kemasan,

ukuran, pelayanan, jaminan, serta pengambilan.

• Harga (Price)

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

11

Menurut pendapat Kotler (2002, p23) adalah jaminan uang yang pelanggan

bayarkan untuk produk tertentu. Dalam menentukan kebijakan harga sebaiknya

perusahaan memperhatikan faktor lain, seperti : kondisi perekonomian, tingkah

laku konsumen, harga dari pesaing, harga pokok penjualan, peraturan pemerintah,

dan strktur pasar dimana produk ditawarkan.

• Tempat (Place)

Menurut Kotler (2002, p28) tempat adalah termasuk berbagai kegiatan yang

dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi

pelanggan sasaran. Perusahaan harus mengidentifikasikan, merekrut, dan

menghubungkan sebagai penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk

dan pelayanan secara efisien kepada pasar.

• Promosi (Promotion)

Agar produk dan jasa yang dihasilkan dapat dikenal oleh konsumen maka perlu

upaya untuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk tersebut, oleh

karena itu pemasaran perlu melakukan kegiatan promosi. Menurut pendapat Kotler

(2001, p28) promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Jadi

perusahaan harus memperkerjakan, melatih, dan memotivasi tenaga penjualnya.

2.4 Definisi Produk

Kotler dan Armstrong (2001,p11) menyatakan bahwa, “produk adalah segala sesuatu

yang dapat ditawarkan ke pasar utnuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi

yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.”

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

12

Kotler (2000,p394) dalam Alma (2005,p139) menyatakan bahwa, “produk adalah

segala sesuatu yang dapat ditawarkan di pasar, untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen.”

Menurut Zimmerer dan Scarborough(2004,p166) menyatakan bahwa, “produk adalah

barang atau jasa yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.”

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produk adalah segala

sesuatu baik berupa barang atau jasa yang ditawarkan untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan konsumen.

2.4.1 Definisi Mutu Produk

Falsafah baru mutu produk memfokuskan pada “orientasi konsumen” (consumer

oriented) dimana tanggung jawab mutu merupakan tanggung jawab seluruh organisasi dan

manajemen. Dasarnya adalah manajemen kualitas merupakan tanggung jawab organisasi

secara lebih luas (responsibility of organization wide)

Menurut Tjiptono (2002, p95), produk didefinisikan sebagai bentuk penawaran

organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui perumusan dan

kebutuhan pelanggan. Dalam konteks ini produk bisa berupa apa saja ( baik yang berwujud

fisik maupun yang tidak berwujud).

Tentang mutu barang, menurut Joseph Juran (Prawirosentoro, 2004, p5-6)

mempunyai suatu pendapat bahwa quality is fitness for use yang bila diterjemahkan secara

bebas berarti sebagai berikut, “ kualitas (mutu produk) berkaitan dengan enaknya barang

tersebut digunakan”. Artinya, bila suatu barang secara layak dan baik digunakan berarti

barang tersebut bermutu baik.

Pengertian mutu yang dikemukakan Joseph Juran tersebut semata-mata

memandang mutu dari pihak konsumen. Bagaimana kalau mutu suatu produk ditinjau dari

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

13

segi produsen? Dipandang dari sisi produsen, ternyata pengertian mutu lebih rumit, karena

menyangkut berbagai segi sebagai berikut: merancang (to design), memproduksi (to

produce), mengirimkan (menyerahkan) barang kepada konsumen (to deliver), pelayanan

pada konsumen (consumers service), dan digunakan barang (jasa) tersebut oleh konsumen.

Jadi, secara sistematis manajemen mutu terpadu meliputi:

• Merancang produk (product designing);

• Memproduksi secara baik sesuai rencana;

• Mengirimkan produk ke konsumen dalam kondisi baik (to delivered);

• Pelayanan yang baik kepada konsumen (good consumer service).

Jadi, ditinjau dari produsen definisi mutu produk adalah sebagai berikut,

“Mutu suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk

bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan

memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan.”

Berdasarkan teori – teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa mutu produk

adalah kemampuan produk untuk menampilkan fungsinya, hal ini termasuk waktu kegunaan

dari produk, keandalan, kemudahan dalam penggunaan dan perbaikan, dan nilai-nilai yang

lainnya.

2.4.2 Definisi Pengembangan Produk

Produsen harus memperhatikan secara hati-hati kebijakan produknya. Suatu

tantangan paling besar yang dihadapi setiap perusahaan adalah masalah pengembangan

produk. Pengembangan produk dapat dilakukan perusahaan dengan cara mengembangkan

produk yang sudah ada. Selain itu, dapat pula dengan menyewa para peneliti guna

menciptakan produk baru dengan membuat model-model yang sesuai, sehingga dalam

usaha menghasilkan dan memasarkan lebih dari satu jenis produk, perusahaan harus

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

14

mengambil keputusan tentang kebijakan produk yang akan dipakai. Keputusan itu berkaitan

dengan penentuan kombinasi produk apa saja yang akan diproduksi dan dipasarkan oleh

perusahaan (Kotler dan Armstrong, 2001,p409).

Menurut Zimmere dan Scarborough (2004,p164) mendefinisikan, “pengembangn

produk adalah usaha untuk meningkatkan penjualan dengan menambahkan produk dan jasa

baru pada pasar yang sekarang. Produk baru ini mungkain berupa perubahan dari produk

yang ada atau memang baru sama sekali.”

2.5 Kepuasan Pelanggan

2.5.1 Definisi Kepuasan Pelanggan

Dewasa ini semakin disadari bahwa pelayanan dan kepuasan pelanggan merupakan

aspek vital dalam rangka bertahan dalam arena bisnis dan memenangkan persaingan.

Meskipun demikian tidaklah mudah untuk mewujudkan kepuasan pelanggan secara

menyeluruh. Pelanggan yang dihadapi saat ini berbeda dengan pelanggan pada beberapa

dasawarsa lalu. Kini pelanggan semakin terdidik dan menyadari hak-haknya. Oleh karena itu,

setiap perusahaan harus berusaha meminimalkan ketidakpuasan pelanggan dengan

memberikan pelayanan semakin hari semakin baik.

Berdasarkan pendapat Irawan (2002, p3) Kepuasan konsumen adalah hasil

akumulasi dari konsumen/ pelanggan dalam menggunakan produk dan jasa. Oleh karena itu

setiap transaksi/ pengalaman baru, akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan

konsumen karena kepuasan konsumen mempunyai dimensi waktu karena hasil akumulasi.

Ada beberapa karateristik perusahaan yang berfokus pada kepuasan pelanggan

(Tjiptono, 2001, p11) meliputi :

1. Adanya visi, komitmen dan suasana yang mendukung usaha untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

15

2. Menempatkan diri sejajar dengan pelanggan.

3. Memiliki kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pelanggan.

4. Selalu berusaha mengumpulkan dan memanfaatkan informasi dari pelanggan.

5. Dekat dengan pelanggan.

6. Memperlakukan karyawan sebagai orang yang memiliki kompetensi dan kapabilitas

serta memberdayakan mereka untuk mengambil keputusan dalam rangka

memuaskan pelanggan.

7. Melakukan aktifitas penyempurnaaanproduk atau jasa dan proses secara

berkesinambungan.

Adapun beberapa tingkat kepuasan yang umum yaitu:

1. Kalau kinerja dibawah harapan maka pelanggan akan kecewa.

2. Kalau kinerja sesuai dengan harapan maka pelanggan akan puas.

3. Kalau kinerja melebihi harapan maka pelanggan sangat puas dan gembira.

2.5.2 Model Kepuasan Pelanggan

Berdasarkan perspektif psikologi, menurut terdapat 2 model Kepuasan Pelanggan,

yaitu :

1. Model Kognitif

Indeks kepuasan pelanggan dalam model kogitif mengukur perbedaan

antara apa yang ingin diwujudkan oleh pelanggan dalam membeli suatu produk/ jasa

dan apa yang sesungguhnya ditawarkan oleh perusahaan. Berdasarkan model ini,

maka kepuasan pelanggan dapat dicapai dengan dua cara utama. Pertama,

mengubah penawaran perusahaan sehingga sesuai dengan yang ideal. Kedua,

meyakinkan pelanggan bahwa yang ideal tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Model Afektif

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

16

Model afektif menyatakan bahwa penilaian pelanggan individual terhadap

suatu produk atau jasa tidak semata-mata berdasarkan perhitungan rasional, namun

juga berdasarkan kebutuhan subyektif, aspirasi dan pengalaman. Fokus model afektif

lebih dititikberatkan pada tingkat aspirasi, perilaku belajar (learning behaviour),

emosi, perasaan spesifik (apresiasi, kepuasan, keengganan, dan lain-lain), suasana

hati (mood), dan lain-lain. Maksud dari fokus ini adalah agar dapat dijelaskan dan

diukur tingkat kepuasan dalam suatu kurun waktu (longitudinal).

2.5.3 Karateristik Kepuasan Pelanggan

Kunci bagi retensi pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Pelanggan yang sangat puas:

(Kotler, 2000, pp.56-57)

- Tetap setia lebih lama.

- Membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan

memperbaharui produk-produk yang ada.

- Membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dan produk-produknya.

- Memberi perhatian yang lebih sedikit kepada merek-merek dan iklan-iklan pesaing

serta kurang peka terhadap harga.

- Menawarkan gagasan jasa atau produk kepada perusahaan.

- Biaya untuk pelayanannya lebih kecil dibandingkan biaya pelayanan pelanggan baru

karena transaksi yang sudah rutin.

2.5.4 Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Strategi kepuasan pelanggan menyebabkan para pesaing harus bekerja keras dan

memerlukan biaya tinggi dalam usaha merebut pelanggan suatu perusahaan. Satu hal yang

perlu diperhatikan bahwa kepuasan pelanggan merupakan strategi jangka panjang yang

butuh komitmen, baik menyangkut dana maupun sumber daya manusia. Menurut Fandi

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

17

Tjiptono (2002, p40-45), ada beberapa strategi untuk meraih dan meningkatkan kepuasan

pelanggan yaitu:

1) Relation Marketing Strategy

Yaitu strategi dimana transaksi pertukaran antara pembeli dan penjual

berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai. Dengan kata lain, dijalin suatu

kemitraan dengan pelanggan secara terus-menerus yang akhirnya akan menimbulkan

kesetiaan pelanggan sehingga terjadi bisnis ulang (repeat business).

2) Superior Customer Service Strategy

Menawarkan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing. Hal ini membutuhkan dana

yang besar, kemampuan SDM, dan usaha gigih agar dapat tercipta suatu pelayanan superior.

Oleh karena itu, seringkali perusahaan yang menawarkan customer service yang lebih baik

akan memberikan harga yang lebih tinggi pada produk-produknya. Akan tetapi mereka

biasanya memperoleh manfaat besar dari pelayanannya yang lebih baik tersebut, yaitu

tingkat pertumbuhan yang cepat dan besarnya laba yang diperoleh.

3) Unconditional Guarantess Strategy atau Extraordinary Guarantees

Strategi ini berintikan komitmenuntuk memberikan kepuasan kepada pelanggan yang

pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan mutu produk atau jasa dan

kinerja perusahaan. Selain itu juga akan meningkatkan motivasi karyawan untuk mencapai

tingkat kinerja yang lebih baik dari sebelumnya.

4) Strategi Penanganan Keluhan Yang Efisien

Penanganan keluhan memberikan peluang untuk mengubah seseorang pelanggan

yang tidak puas menjadi pelanggan yang puas.

5) Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan.

Meliputi berbagai upaya seperti melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan

pelanggan secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

18

komunikasi, salesmanship dan public relations kepada pihak manajemen dan karyawan,

memasukkan unsur kemampuan untuk memuaskan pelanggan kedalam sistem prestasi

karyawan.

6) Quality Function Development (QFD)

Yaitu praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan kebutuhan

pelanggan. Dengan strategi-strategi tersebut diharapkan perusahaan dapat meningkatkan

tingkat kepuasan pelanggan dari produk dan jasa serta pelayanannya.

2.5.5 Teknik Pengukuran Kepuasan

Menurut Philip Kotler (didalam buku Prof. Dr. H. Buchari Alma, Manajemen

Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Cetakan ketujuh, 2005, p285), ada beberapa cara

mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:

1. Complaint and suggestion system (Sistem Keluhan dan Saran). Banyak perusahaan

membuka kotak saran dan menerime keluhan yang dialami oleh langganan. Ada juga

perusahaan yang memberi amplop yang telah ditulis alamat perusahaan untuk

digunakan menyampaikan saran, keluhan serta kritik. Saran tersebut dapat juga

disampaikan melalui kartu komentar, customer hot line, telepon bebas pulsa.

Informasi ini dapat memberikan ide dan masukan kepada perusahaan yang

memungkinkan perusahaan mengantisipasi dan cepat tanggap terhadap kritik dan

saran tersebut.

2. Customer satisfaction surveys (Survei Kepuasan Pelanggan), dalam hal ini

perusahaan melakukan survei untuk mendeteksi komentar pelanggan. Survey ini

dapat dilakukan melalui pos, telepon, atau wawancara pribadi, atau pelanggan

diminta mengisi angket.

3. Ghost shopping (Pembeli Bayangan), dalam hal ini perusahaan menyuruh orang

tertentu sebagai pembeli ke perusahaan lain atau ke perusahaannya sendiri. Pembeli

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

19

misteri ini melaporkan keunggulan dan kelemahan pelayan yang melayaninya. Juga

dilaporkan segala sesuatu yang bermanfaat sebagai bahan pengambilan keputusan

oleh manajemen. Bukan saja orang lain yang disewa untuk menjadi pembeli

bayangan tetapi juga manajer sendiri harus turun ke lapangan, belanja ke toko

saingan dimana ia tidak dikenal. Pengalaman manajer ini sangat penting karena data

dan informasi yang diperoleh langsung ia alami sendiri.

4. Lost customer analysis (Analisa pelanggan yang lari), langganan yang hilang, coba

dihubungi. Mereka diminta untuk mengungkapkan mengapa mereka berhenti, pindah

ke perusahaan lain, adakah sesuatu masalah yang terjadi yang tidak bisa diatasi atau

terlambat diatasi. Dari kontak semacam ini akan diperoleh informasi dan akan

memperbaiki kinerja perusahaan sendiri agar tidak ada lagi langganan yang lari

dengan cara meningkatkan kepuasan mereka.

2.5.6 Sebab-sebab Timbulnya Ketidakpuasan

Menurut Prof. Dr. H. Buchari Alma (Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa,

Cetakan ketujuh, 2005, p286), tentu banyak sebab-sebab munculnya rasa tidak puas

terhadap sesuatu antara lain:

1. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan;

2. Perilaki personal kurang menyenangkan;

3. Suasana dan kondisi fisik lingkungan tidak menunjang;

4. Cost terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang, dan harga tidak

sesuai;

5. Promosi/ iklan terlalu muluk, tidak sesuai dengan kenyataan.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

20

2.5.7 Pentingnya Mempertahankan Pelanggan

Kotler, Hayes dan Bloom (2002:391) (dalam buku Prof. Dr. H. Buchari Alma,

”Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, Cetakan ketujuh, 2005, p275-276),

menyatakan ada enam alasan mengapa lembaga harus menjaga dan mempertahankan

pelanggannya (disadur).

1. Pelanggan yang sudah ada, prospeknya dalam memberi keuntungan cenderung lebih

besar.

2. Biaya menjaga dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada, jauh lebih kecil

daripada biaya mencari pelanggan baru.

3. Pelanggan yang sudah percaya pada satu lembaga dalam satu urusan bisnis,

cenderung akan percaya juga dalam urusan/ bisnis yang lain.

4. Jika pada suatu perusahaan banyak langganan lama, akan memperoleh keuntungan

karena adanya peningkatan efisiensi. Langganan lama pasti tidak akan banyak

tuntutan, perusahaan cukup menjaga dan mempertahankan mereka. Untuk melayani

mereka bisa digunakan karyawan-karyawan baru dalam rangka melatih mereka,

sehingga biaya pelayanan lebih murah. Tentu karyawan yunior ini telah diberi

pengarahan terlebih dahulu, agar tidak berbuat sesuatu yang mengecewakan

pelanggan.

5. Pelanggan lama ini tentu telah banyak pengalaman positif berhubungan dengan

perusahaan, sehingga mengurangi biaya psikologis dan sosialisasi.

6. Pelanggan lama, akan selalu membela perusahaan, dan berusaha pula menarik/

memberi referensi teman-teman lain dan lingkungannya untuk mencoba

berhubungan dengan perusahaan.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

21

2.6 Model Persamaan Struktural

2.6.1 Konsep Umum

Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing (Analisis Data Untuk Penelitian

Survai dengan menggunakan LISREL 8, p3, 2003). Dalam penelitian ilmu sosial atau

ilmu perilaku (Social dan Behavioral Sciences) sering kali peneliti melakukan

kegiatan penelitian untuk mengukur setiap karateristik subjek atau satuan

pengamatan melibatkan lebih satu variable (variate). Dalam konteks pengukuran

seperti ini, analisis yang digunakan adalah satistik multivariat atau variat banyak.

Umumnya teknik analisis statistik hanya mengolah variabel-variabel

indikatornya saja tanpa melibatkan variabel latennya, dan juga jarang dalam

pengolahannya sekaligus melibatkan kekeliruan pengukuran variabel.

Umumnya kekeliruan pengukuran hanya diperhatikan pada saat uji coba dengan

menghitung realibilitas dan validitasnya. Dalam pengolahan selanjutnya, masalah

kekeliruan pengukuran sering dilupakan saja atau diasumsikan bahwa kekeliruan

pengukuran ”tidak ada”, padahal selama alat ukur tersebut tidak memiliki tingkat

realibilitas dan validitas yang ”sempurna” maka besarnya kekeliruan pengukuran

akan berpengaruh kepada hasil analisisnya. Kita semua tahu bahwa dalam ilmu

sosial dan perilaku tidak memiliki suatu alat ukur yang benar-benar baku, tidak

seperti teknik dan sains yang memiliki alat ukur yang baku dimana-mana dan

sepengetahuan penulis tidak ada lembaga semacam metrologi yang bertugas

mengkalibrasi alat ukur ilmu-ilmu sosial. Dengan demikian kita perlu suatu analisis

statistik yang sekaligus melibatkan kekeliruan pengukuran.

Seperti sudah dijelaskan bahwa dalam ilmu sosial untuk mengukur suatu

konstruk umumnya secara tidak langsung, yaitu melalui indikator-indikatornya.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

22

Selama ini variabel-variabel indikator inilah yang diproses untuk menjelaskan

bagaimana hubungan antara konstruk yang satu dengan konstruk lainnya, tetapi

hubungan tersebut tetap samar-samar, artinya hubungan antara indikator-indikator

dan konsep tersebut tidak secara eksplisit dinyatakan dalam suatu persamaan.

Dengan demikian perlu suatu analisis statistik yang secara simultan melibatkan

variabel indikator dan variabel laten.

Suatu teknik statistik yang menganalisis variabel indikator, variabel laten,

dan kekeliruan pengukurannya adalah pemodelan persamaan struktural (structural

equation model, SEM). Dengan SEM kita dapat menganalisis bagaimana hubungan

antara variabel indikator dengan variabel latennya yang dikenal sebagai persamaan

pengukuran (measurement equation), hubungan antara variabel laten yang lain

dikenal sebagai persamaan struktural (structural equation) yang secara bersama-

sama melibatkan kekeliruan pengukuran. Selain itu, model persamaan struktural

dapat menganalisis hubungan dua arah (reciprocal) yang sering terjadi pada ilmu

sosial. Dalam SEM dikenal juga dengan variabel laten eksogen (independent latent

variable) dan variabel laten endogen (dependent latent variable).

Istilah model persamaan struktural dikenal juga dengan nama LISREL

(LIniear Structural RELationships) adalah paket program statistik untuk SEM, yang

pertama kali siperkenalkan oleh Karl Joreskog pada tahun 1970 dalam suatu

pertemuan ilmiah. Istilah lain untuk SEM sering kali disebut juga anaisisfaktor

konfirmatori (confimatory factor analysis), model struktur kovarians (covariance

structure models) dan model variabel laten (laten variable modelling).

Pengolahan data dengan SEM tidak dapat dilakukan secara manual.

Umumnya prosedur pengolahan data dilakukan secara iteratif. Sekarang ini telah

ersedia beberapa program komputer kaitannya dengan pengolahan data

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

23

menggunakan SEM, termasuk LISREL (Joreskog & Sorbom, 1993a, 1993b, 1993c,

1999).

Sekarang ini, penggunaan SEM dalam penelitian sosial semakin banyak. Ada

tiga alasan mengapa SEM banyak digunakan dalam penelitian (Kelloway, 1998),

yaitu:

1. Penelitian sosial umumnya menggunakan pengukuran-pengukuran untuk

menjabarkan konstruk (construct). Hampir semua penelitian ilmu sosial tertarik

dalam pengukuran dan teknik pengukuran. Salah satu bentuk dari SEM

berurusan secara langsung dapat menjawab pertanyaan sejauh mana

pengukuran yang dilakukan dapat merefleksikan konstruk yang diukur.

Singkatnya, pengolahan data dengan SEM sekaligus dapat mengevaluasi kualitas

pengukuran, aitu keandalan dan validitas suatu alat ukur.

2. Para peneliti sosial sangat tertarik terhadap prediksi. Dalam melakukan prediksi

tidak hanya melibatkan model dua variabel, tapi dapat melibatkan model yang

lebih ”rumit” berupa struktur hubungan antara beberapa variabel penelitian.

3. SEM dapat melayani sekaligus suatu analisis kualitas pengukuran dan prediksi.

Khususnya, dalam ”model-model variabel latent”, model ini merupakan suatu

model yang fleksibel dan sangat ampuh secara simultan memeriksa kualitas

pengukuran dan hubungan prediktif antar konstruk.

jika nilai X = 0 maka nilai Y adalah 2, dan seterusnya. Dengan demikian tidak

didapati penyelesaian yang unik dalam persamaan.tersebut.

Just-identified model adalah model dimana jumlah parameter yang diestimasi sama

dengan data yang diketahui. Pada kondisi just-identified, model yang dispesifikasikan hanya

memiliki satu penyelesaian. Sebagai contoh jika kita memiliki dua persamaan berikut :

2X + 2Y = 12

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

24

2X + Y = 10

Pada kondisi adanya 2 persamaan dengan 2 bilangan tidak diketahui ini, hanya ada 1

penyelesaian yaitu X = 4 dan Y = 2.

Over-identified model adalah model dimana jumlah parameter yang diestimasi lebih

kecil dari jumlah data yang diketahui. Pada kondisi over-identified, penyelesaian model

diperoleh melalui proses estimasi iteratif. Penyelesaian model diperoleh melalui proses

estimasi iteratif. Penyelesaian yang diperoleh biasanya merupakan nilai-nilai yang konvergen

ke nilai-nilai yang stabil. Sebagai contoh jika kita memiliki 3 persamaan dengan 2 bilangan

tidak diketahui.

2X + 2Y = 12

6X + 3Y = 30

6X + 2Y = 24

Maka penyelesaian yang diperoleh melalui estimasi iteratif dan yang cukup mendekati adalah

X = 3.0 dan Y = 3.3

Untuk memperoleh model SEM yang over-identified perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

1. Jumlah varian-kovarian non-redundan variabel teramati (jumlah data) >= jumlah

parameter model diestimasi.

2. Setiap variabel latent dalam model yang harus diberi sebuah unit pengukuran. Untuk itu

dapat digunakan salah satu dari dua cara di bawah ini :

- Mendapatkan salah satu koefisien struktual (faktor loading), lambda dengan nilai 1.0

- Variabel latent distandarisasikan ke unit variance, yaitu dengan menetapkan nilai 1

pada komponen diagonal dari matrik variances.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

25

3. Untuk variabel latent yang hanya mempunyai sebuah variabel teramati, maka koefisien

struktual (faktor loading) lambda di tetapkan = 1.0 dan ini berarti errorvariance (delta)

terkait = 0.

2.6.2 Tools SEM (LISREL – Linear Structural Relationship)

Istilah model persamaan struktural dikenal juga dengan nama LISREL (LIniear

Structural RELationships) adalah paket program statistik untuk SEM, yang pertama kali

siperkenalkan oleh Karl Joreskog pada tahun 1970 dalam suatu pertemuan ilmiah. Istilah lain

untuk SEM sering kali disebut juga anaisisfaktor konfirmatori (confimatory factor analysis),

model struktur kovarians (covariance structure models) dan model variabel laten (laten

variable modelling).

Pengolahan data dalam SEM dilakukan menggunakan prosedur iteratif yang sangat

memakan waktu dan ketelitian jika dilakukan secara manual. Perkembangan teknologi

komputer sangat membantu pengolahan data dengan SEM dan menjadikan SEM semakin

banyak digunakan oleh para peneliti maupun pebisnis. Dewasa ini telah dikembangkan

beberapa program komputer yang dapat digunakan untuk menganalisis SEM, antara lain

EQS, AMOS, LISREL, SAS PROC CALIS, STATISTICA-SEPATH, dan lain-lain.

LISREL, merupakan salah satu program komputer yang dapat mempermudah analisis

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh alat analisis yang

konvensional.

LISREL diperkenalkan oleh Karl Joreskog pada tahun 1970 dan sejauh ini telah

dikembangkan serta digunakan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan sosial. Dalam versi

yang lebih maju, penggunaan LISREL menjadi lebih interaktif, lebih mudah, banyak fitur

statistik yang baru terkait dengan penanganan missing data, imputatuion data serta

multilevel data analysis. Terapannya pada persoalan ilmu sosial dan ilmu perilaku dapat kita

temui secara luas yang sangat berguna sebagai acuan pengambilan keputusan dalam kondisi

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

26

yang makin rumit. Secara umum analisis dalam LISREL dapat dipilah dalam dua bagian :

pertama yang terkait dengan model pengukuran (measurement model) dan kedua yang

terkait dengan model struktual (structural equation model). Dengan menggunakan LISREL,

kita dapat menganalisis struktur covariance yang rumit. Variabel latent, saling

ketergantungan antar variabel, dan sebab akibat yang timbal balik dapat ditangani dengan

mudah dengan menggunakan model pengukuran dan persamaan yang terstruktur.

Pada dasarnya pengolahan SEM dengan LISREL dapat dilakukan dengan empat cara,

yaitu menggunakan PRELIS Project, SIMPLIS Project, LISREL Project maupun PATH

DIAGRAM. Dalam buku ini akan dijelaskan konsep-konsep terkait dan prosedur Path Diagram

serta Simplis secara sangat sederhana sehingga memudahkan pembaca memahami

Penggunanaan Lisrel untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan Structural

Equation Model. Pada edisi selanjutnya secara bertahap akan dilakukan penyempurnaan

pemaparan mencakup empat cara tersebut berikut penjabarannya secara mendetil.

2.6.3 Prosedur SEM

Penerapan SEM didasarkan atas kovarian dari nilai-nilai yang ada di dalam sampel,

sedangkan kovarian kurang stabil jika diestimasi dari sampel yang berukuran kecil. Karena itu

penerapan SEM membutuhkan sampel yang yang berukuran besar. Jika dalam analisis

statistika lainnya, residual yang ingin diminimumkan diperoleh dari perbedaan model dengan

nilai amatan, maka dalam SEM, residual merupakan perbedaan antara kovarian yang

diprediksi dengan kovarian yang diamati. Dalam SEM fungsi yang diminimumkan adalah

perbedaan antara kovarian sampel dengan kovarian yang diprediksi oleh model. Untuk itu

hipotesis nol ditetapkan Σ = Σ (θ), dengan adalah matrik kovarian populasi dari variabel-

variabel teramati dan adalah matrik kovarian dari model yang didefisiasikan (dihipotesiskan).

Jika pada statistik biasanya yang dipentingkan adalah signifikansi atau yang dicari adalah

penolakan terhadap H0 (seperti pada regresi berganda), pada SEM yang diusahakan adalah

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

27

agar H0 tidak ditolak atau H0 diterima. Penerimaan hipotesis nol berarti matrik kovarian

populasi dari variabel-variabel teramati tidak berbeda signifikan dari matrik kovarian model

yang dispesifikasikan (dihipotesiskan) sehingga errornya kecil.

Penerapan SEM mengikuti prosedur umum berikut :

A. Spesifikasi Model (Model Specifikation)

B. Identifikasi (Identification)

C. Estimasi (Estimation)

D. Uji Kecocokan (Testing Fit)

E. Respesifikasi (Re-specification)

2.6.3.1 Spesifikasi Model

Spesifikasi model dilakukan terhadap permasalahan yang diteliti. Sangat disarankan

agar penetapan model tidak dilakukan secara asal tetapi didasarkan pada rujukan yang

relevan. Model yang dibentuk akan kuat bila sudah ada teori yang mendasarinya. Meski

demikian untuk paradigma baru, teori bagi topik yang terkait mungkin belum ada sehingga

temuan-temuan terbaru yang relevan bisa dijadikan sebagai dasar rujukan yang bermakna.

Spesifikasi model secara garis besar dijalankan dengan menspesifikasi model pengukuran

serta menspesifikasi model struktural. Spesifikasi model pengukuran meliputi aktivitas

mendefinisikan hubungan antara variabel laten dengan variabel-variabel teramati. Spesifikasi

model struktual dilakukan dengan mendefinisikan hubungan kausal diantara variabel-variabel

latent. Tahapan selanjutnya (optional) adalah menetapkan gambaran path diagram model

hybrid yang merupkan kombinasi model pengukuran dan struktural.

2.6.3.2 Identifikasi

Tahapan identifikasi dimaksudkan untuk menjaga agar model yang dispesifikasikan

bukan merupakan model yang under-identifield atau unidetifield. Sebagaimana diketahui,

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

28

terdapat tiga kemungkinan dalam persamaan simultan, yaitu under-identified, just-identified

atau over-identified.

Under-identified model adalah model dimana jumlah paramater yang diestimasi lebih

besar dari jumlah data yang diketahui. Pada kondisi under-identified model yang

dispesifikasikan tidak memiliki penyelesaian yang unik. Sebagai gambaran sederhana dari

underidentified adalah persamaan 2X + 3Y = 6. Dalam 1 persamaan ini didapati dua

bilangan yang nilainya tergantung satu sama lain. Banyak sekali kemungkinan yang dapat

muncul untuk menyelesaikan persamaan tersebut. Misalkan jika nilai X = 1 maka nilai Y

adalah 4/3.

2.6.3.3 Estimasi Parameter

Tahapan ini ditujukan untuk memperoleh estimasi dari setiap parameter yang

dispesifikasikan dalam model yang membentuk matrik Σ (θ) sedemikian rupa sehingga nilai

parameter menjadi sedekat mungkin dengan nilai yang ada didalam matrik S (matrik

kovarian sampel dari variabel teramati). Matrik kovarian sampel S digunakan untuk mewakili

Σ (matrik kovarian populasi) karena matrik kovarian populasi tidak diketahui. Berdasarkan

hipotesis nol, diusahakan agar selisih S dengan mendekati atau sama dengan nol. Hal ini

dapat dilaksanakan dengan meminimumkan suatu fungsi F (S, Σ (θ) ) melalui iterasi. Estimasi

terhadap model dapat dilakukan menggunakan salah satu dari metode estimasi yang

tersedia, sebagai berikut.

• Instrumental Variable (IV)

• Two Stage Least Square (TSLS)

• Unweighted Least Squares (ULS)

• Generalized Least Squares (GLS)

• Maximum Likelihood (ML)

• Generally Weighted Least Squares (WLS)

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

29

• Diagonally Weighted Least Squares (DWLS)

Diantara berbagai metode yang tersedia, metode estimasi yang paling banyak

digunakan adalah Maximum Likelihood dan Weighted Least Squares. Minimisasi fungsi

tersebut dapat dilakukan melalui iterasi (dimulai dengan nilai awal) sampai diperoleh nilai

yang kecil atau minimal.

Metode Estimasi

Pada LISREL terdapat tujuh metode yang dapat digunakan untuk mengestimasikan

parameter dari suatu model, yaitu: Instrumental variables (IV), Two Stage Least Square

(TSLS), Unweighted Least Squares (ULS), Generalized Least Squares (GLS), Generally

Weighted Least Square (GWLS), Diagonally Weighted Least Square (DWLS), dan Maximum

Likelihood (ML). Ketujuh metode estimasi tersebut merupakan bagian dari dua kelompok

besar tehnik estimasi yaitu :

a. Limited Information Techniques

Contoh dari tehnik dengan menggunakan informasi yang terbatas ini (limited information

techniques) ini adalah metode estimasi instrumental variabels (IV) dan Two Stage Least

Square (TSLS). IV dan TSLS adalah metode estimasi yang cepat, dan tidak

menggunakan iteratif. IV dan TSLS mengestimasi persamaan secara independen dan

terpisah dimana kedua metode tersebut tidak menggunakan informasi dari persamaan

lain pada suatu model, IV dan TSLS umumnya digunakan untuk menghasilkan starting

values untuk dapat digunakan dengan menggunakan metode estimasi yang lain pada

suatu model. Metode IV biasanya digunakan untuk menghasilkan starting values untuk

digunakan pada metode estimasi ULS. Sedangkan TSLS digunakan untuk menghasilkan

strating values untuk digunakan pada metode estimasi GLS, ML, WLS, dan DWLS.

b. Full Information Techniques

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

30

Full information techniques adalah suatu tehnik untuk mengestimasi seluruh sistem

persamaan secara simultan dimana informasi yang digunakan untuk mengestimasi suatu

parameter diperoleh dari seluruh sistem persamaan pada suatu model. Salah satu

kelemahan dari estimasi jenis ini adalah, jika suatu model memiliki specification error

yang timbul akibat dimasukkan hubungan yang tidak relevan akan berpengaruh terhadap

seluruh model.

Beberapa estimasi yang termasuk dalam Full Information Techniques, berbagai

asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dan jumlah ukuran sampel yang dianjurkan dibahas

berikut ini:

Maximum Likelihood (ML)

Metode estimasi yang paling populer digunakan pada penelitian SEM, dan secara

default digunakan oleh LISREL adalah Maximum Likelihood. Maximum Likelihood akan

menghasilkan estimasi parameter yang valid, efisien dan reliable apabila data yang

digunakan adalah mulivariate normality (normalitas multivariate) dan akan robust (tidak

terpengaruh/ kuat) terhadap penyimpangan multivariate normality yang sedang (moderate).

Tetapi estimasi pada ML akan bias apabila pelanggaran terhadap multivariate normality

sangat besar.

Maximum Likelihood memiliki hasil yang cukup valid dengan besaran sampel

minimal, tetapi menurut Hair et.al (1998) ukuran sampel sebesar itu tidak dianjurkan. Ukuran

sampel yang disarankan untuk penggunaan estimasi Maximum Likelihood adalah sebesar 100

– 200. kelemahan dari metode ML ini adalah ML akan menjadi ”sangat sensitif” dan

menghasilkan indeks goodness of fit yang buruk apabila data yang digunakan adalah besar

(antara 400 – 500).

Generalized Least Square

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

31

Generalized Least Square akan menghasilkan estimasi hasil yang hampir sama

dengan estimasi Maximum Likelihood apabila asumsi multivariate normality dipenuhi dan

ukuran sampel adalah sama. LS, dilain pihak, akan sedikit lebih robust terhadap dilanggarnya

asumsi multivariate normality. GLS akan menghasilkan estimasi yang kurang baik dengan

ukuran sampel kecil atau kurang dari 200.

Weighted Least Square

Metode Weighted Least Square, atau juga disebut (Asymptotically Distribution Free/

ADF) merupakan suatu metode yang tidak terpengaruh oleh dilanggarnya multivariate

normality. Kelemahan metode ini adalah jumlah variabel dalam model harus sedikit (kurang

dari 20 variabel). Disamping itu, WLS memerlukan ukuran sampel yang nyaris

”unreasonable” untuk penelitian, yaitu minimal 1000 (Diamantopaulus dan Siguaw, 2000).

Bahkan beberapa penelitian simulasi menganjurkan penggunaan ukuran sampel sebear 5000

agar metode WLS ini dapat menghasilkan estimasi yang baik. Sehingga dengan berbagai

keterbatasan yang ada, metode ini tidak begitu diminati. Meskipun asumsi normalitas

dilanggar, belum ada suatu kesepakatan bahwa metode WLS lebih baik digunakan daripada

Maximum Likelihood atau Generalized Least Square.

2.6.3.4 Uji Kecocokan

Tahapan ini ditujukan untuk mngevaluasi derajat kecocokan atau Godness Of Fit

(GOF) antara data dan model. Menurut Hair et.al. (1995) evaluasi terhadap GOF model

dilakukan melalui beberapa tingkatan, yaitu: (LISREL, p67)

• Kecocokan keseluruhan model (overall model fit)

• Kecocokan model pengukuran (measurement model fit)

• Kecocokan model struktual (structural model fit).

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

32

2.6.4 Penilaian Model

2.6.4.1 Kecocokan Keseluruhan Model

Penilaian derajat kecocokan suatu SEM secara menyeluruh tidak dapat dijalankan

secara langsung sebagaimana pada teknik multivariat yang lain. SEM tidak mempunyai uji

statistik terbaik yang dapat menjelaskan kekuatan prediksi model. Untuk itu telah

dikembangkan beberapa ukuran derajat kecocokan yang dapat digunakan secara saling

mendukung. Hair et al. (1998 : 660, Wijanto, 2003: 17-20) mengelopokkan ukuran-ukuran

GOF yang ada kedalam 3 bagian yaitu :

• Absolute fit measures (ukuran kecocokan absolut)

- Menentukan derajat prediksi model keseluruhan (model struktural dan pengukuran)

terhadap matrik korelasi dan kovarian.

• Incremental Fit Measures (ukuran kecocokan inkremental)

- Membandingkan model yang diusulkan dengan model dasar yang sering disebut

sebagai null model atau independence model.

• Parsiminous Fit Measures (ukuran kecocokan parsimoni)

- Mengaitkan model dengan jumlah koefisien yang diestimasi yakni yang diperlukan

untuk mencapai kecocokan pada tingkat tersebut. Sesuai dengan prinsip parsimoni

atau kehematan berarti memperoleh degree of fit setingg-setingginya untuk setiap

degree of freedom.

Tabel 2.1 Absolute fit measures

UKURAN KECOCOKAN ABSOLUT

UKURAN DERAJAT KECOCOKAN

TINGKAT KECOCOKAN YANG BISA DITERIMA

Statistic Chisquare (X2) Mengikuti uji statistik yang berkaitan dengan persyaratan signifikan. Semakin kecil semakin baik. Diinginkan nilai chi square yang kecil agar H0 : Σ = Σ (θ), tidak ditolak.

Non-Centrality Parameter (NCP) Dinyatakan dalam bentuk spesifikasi ulang dari Chi-

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

33

square. Penilaian didasarkan atas perbandingan dengan model lain. Semakin kecil semakin baik.

Scaled NCP (SNCP) NCP (non centrality parameter) yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata perbedaan setiap observasi dalam rangka perbandingan antar model. Semakin kecil semakin baik.

Goodness of Fit Index (GFI) Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik. GFI > 0.90 adalah good fit, sedang 0.80 < GFI < 0.90 adalah marginal fit

Root Mean Square Residual (RMSR)

Residual rata-rata antara matrix (korelasi atau kovarian) teramati dan hasil estimasi, RMSR < 0.05 adalah good fit

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

Rata-rata perbedaan per degree of freedom yang diharapkan terjadi dalam populasi dan bukan dalam sampel. RSMEA < 0.05 adalah close-fit.

Expected Cross Validation Index (ECVI)

GOF yang diharapkan pada sampel yang lain dengan ukuran sama. Penilaian didasarkan atas perbandingan antar model. Semakin kecil semakin baik.

Imam Ghozali dan Fuad. Structural Equation Modeling. 2005. Hal 236

Tabel 2.2 Incremental Fit Measures

UKURAN KECOCOKAN INKREMENTAL

UKURAN DERAJAT KECOCOKAN

TINGKAT KECOCOKAN YANG BISA DITERIMA

Tucker-Lewis Index atau Non Normed Fit Index

Nilai berkisar antara 0-1, dengan niali lebih tinggi adalah lebih baik. TLI > 0.90 adalah marginal fit.

Normed Fit Index (NFI) Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik NFI > adalah good-fit, sedang 0.80 < NFI < 0.90 adalah marginal fit

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

Nilai berkisar antara 0-1, dengan niali lebih tinggi adalah lebih baik AGFI > 0.90 adalah good fit, sedang 0.80 < AGFI < 0.90 adalah imarginal fit

Incremental Fit Index (IFI) Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik. IFI > 0.90 adalah good fit, sedang 0.80 < IFI < 0.90 adalah marginal fit.

Comparative Fit Index Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik CFI > 0.90 adalah good fit, sedang 0.80 < CFI < 0.90 adalah marginal fit

Imam Ghozali dan Fuad. Structural Equation Modeling. 2005. Hal 237

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

34

Tabel 2.3 Parsiminous Fit Measures

UKURAN KECOCOKAN ABSOLUT

UKURAN DERAJAT KECOCOKAN

TINGKAT KECOCOKAN YANG BISA DITERIMA

Parsimonious Goodness of Fit (PGFI)

Spesifikasi ulang dari GFI, dimana nilai lebih tinggi menunjukkan parsimoni yang lebih besar. Ukuran ini digunakan untuk perbandingan diantara model-model.

Normed Chi-Square Rasio antara Chi- square dibagi degree of freedom. Nilai yang disarankan : batas bawah = 1.0, batas atas = 2.0 atau 3.0 dan lebih longgar 5.0

Parsimonoious Normed Fit Index (PNFI)

Nilai tinggi menunjukkan kecocokan lebih baik, hanya digunakan untuk perbandingan antar model alternatif.

Akaike Information Criterion (AIC)

Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni lebih baik, digunakan untuk perbandingan antar model.

Consistent Akaike Information Criterion (CAIC)

Nilai positif lebih kecil menunjukkan parsimoni lebih baik, digunakan untuk perbandingan antar model.

Critical N (CN) Estimasi ukuransampel yang mencakupi untuk menghasilkan suatu adequate model fit untuk Chi-square test. CN > 200 mengindikasikan bahwa sebuah model cukup mewakili sampel data.

Imam Ghozali dan Fuad. Structural Equation Modeling. 2005. Hal 241

2.6.4.2 Kecocokan Model Pengukuran

Evaluasi ini dilakukan terhadap setiap construct secara terpisah melalui terhadap

validitas construct dan evaluasi terhadap reabilitas construct. (LISREL, p710)

VALIDITAS

Validitas berhubungan dengan apakah suatu vaiabel mengukur apa yang seharusnya

diukur. Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian

terhadap isi atau arti sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan dalam

suatu penelitian mengukur apa yang ingin diukur. Dengan uji ini dilakukan pemeriksaan

apakah item-item yang dieksplorasi mendukung item total atau tidak. Suatu instrumen

penelitian dianggap valid jika informasi yang ada pada tiap item berkorelasi erat dengan

informasi dari item-item tersebut sebagai suatu kesatuan.

Validitas dapat dibedakan menjadi: content validity, criterion validity, construct

validity, dan convergent and discriminant validity. Bollen (1989) mengusulkan definisi

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

35

alternatif dari validitas sebuah variabel teramati adalah muatan faktor (factor loadings) dari

variabel tersebut terhadap variabel latennya. Rigdon dan Ferguson (1991), Doil, Xia,

Torkzadeh (1994), menyatakan bahwa suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang

baik terhadap konstruk atau variabel lainnya, jika:

• Nilai t muatan faktornya (factor loadings) lebih besar dari nilai kritis (> 1.96 atau

praktisnya >=2)

• Muatan faktor standarnya (standarized factor loading) lebih besar atau sama dengan

0.70.

• Iqbaria, et.al. (1997) yang menggunakan guideliness dari Hair et.al. (1995) tentang

relative importance and significant of the factor loading of each items : loading > 0.50

adalah sangat signifikan.

REALIBILITAS

Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan

dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang diinginkan dapat dipercaya (terandal)

sebagai alat pengumpul data serta mampu mengungkap informasi yang sebenarnya di

lapangan. Instrumen yang realibel adalah instrumen yang bilamana dicobakan secara

berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama dengan

asumsi tidak terdapat perubahan psikologis pada responden. Instrumen yang baik tidak

bersikap tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu sebagaimana

dikehendaki oleh peneliti. Intrumen yang realibel akan menghasilkan data yang sesuai

dengan kenyataannya, dalam artian berapa kalipun penelitian diulang dengan instrumen

tersebut akan tetap diperoleh ”kesimpulan” yang sama (walaupun perolehan angka

nominalnya tidak harus sama).

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

36

• Secara prinsip realibilitas mencerminkan konsistensi suatu pengukuran. Realibilitas yang

tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator (variabel-variabel teramati) mempunyai

konsistensi tinggi dalam mengukur variabel latentnya.

• Tehnik yang paling banyak digunakan untuk mengukur realibilitas adalah Croncbach’s

Alpha. Meskipun demikian, Croncbach’s Alpha akan memberikan estimasi terlalu rendah

jika digunakan untuk mengestimasikan realibilitas congeneric measure (Bollen, 1989).

Menurut Hair et.al (1995) pengukuran realibilitas untuk SEM dapat dilakukan dengan

menggunakan Composite/ Construct Realibility Measure (Ukuran Ekstrak Varian). Ekstrak

varian mencerminkan jumlah varian keseluruhan dalam indikator yang dijelaskan oleh

construct latent. Realibilitas construct dikatakan baik, jika nilai construct reability-nya >

0.70 dan nilai variance extracted-nya > 0.50.

ANALISIS FAKTOR

Berikut dijelaskan mengenai analisis faktor diambil dari buku karangan Achmad

Bachrudin, Harapan L. Tobing (Analisis Data Untuk Penelitian Survai dengan

menggunakan LISREL 8, 2003, hal. 43)

Analisis faktor dapat digunakan untuk mengetahui pola-pola yang tersembunyi atau

hubungan dari sejumlah besar variabel dan menentukan apakah informasi tersebut dapat

”dipadatkan” ke dalam sejumlah kecil faktor atau komponen dengan syarat bahwa informasi

tersebut hilang sekecil mungkin.

Analisis faktor sudah menjadi nama generik yang diberikan ke dalam kelompok

teknik statistik multivariat yang tujuan utamanya adalah meredusir data. Penerapan analisis

faktor sering digunakan sebagai awal untuk pengolahan analisis berikutnya, misalnya analisis

regresi, analisis kelompok (cluster), analisis lainnya, dan sering juga digunakan untuk

menghitung construct validity dalam mengevaluasi item-item kuesioner.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

37

Dalam analisis factor, peneliti secara subjektif memutuskan suatu variabel

masuk ke dalam suatu faktor dengan menilai dari nilai loading-nya. Berikut ini akan

dikemukakan dua saran dalam mengevaluasi atau mengintepretasikan nilai suatu loading,

yaitu: (Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing, Analisis Data Untuk Penelitian Survai

dengan menggunakan LISREL 8, 2003, hal. 47)

1) Saran pertama tidak didasarkan pada proporsi matematis, ini hanya petunjuk praktis (rule

of thumb) yang kerapkali dipakai dalam analisis faktor. Aturannya, nilai loading lebih dari

+0.30 dinyatakan sebagai bermakna atau berarti (signifikan); nilai loading lebih dari +0.40

dinyatakan lebih bermakna; dan jika nilai loading lebih dari +0.50 dikatakan sangat

bermakna. Petunjuk ini disarankan untuk ukuran sampel lebih dari 50.

2) Seperti sudah dikatakan bahwa loading menunjukkan ukuran korelasi antara variable dan

faktornya. Oleh karena itu, signifikansi loading bisa digunakan signifikansi korelasi sederhana

biasa. Dengan taraf arti 5% dan 1% masing-masing nilai loading paling sedikit +0.19 dan +

0.26 jika ukuran sampel paling sedikit 100. Jika ukuran sampel paling sedikit +0.14 dan

+0.18; akhirnya, ukuran sampel paling sedikit 300, nilai loading nya +0.11 dan +0.15.

2.6.4.3 Kecocokan Model Struktrural

Uji kecocokan ini dilakukan terhadap koefisien-koefisien persamaan struktural

dengan menspesifikasikan tingkat significan tertentu. Dalam hal signifikansi adalah 0.05,

maka nilai t dari persamaan struktural harus > 1.96. selain itu juga perlu dilakukan evaluasi

terhadap solusi standar dimana semua koefisien mempunyai varian yang sama dan nilai

maximumnya adalah 1. Sebagai ukuran menyeluruh terhadap persamaan struktual, overall

coeficient of determination (R2) dievaluasi seperti pada regresi berganda.

2.6.4.4 Respesifikasi

Berdasarkan buku LISREL, p72-p73. Tahapan ini ditujukan untuk melakukan spesifikasi

ulang terhadap model untuk memperoleh derajat kecocokan yang lebih baik.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

38

Respesifikasi ini sangat tergantung kepada strategi pemodelan yang dipilih. Dalam SEM

tersedia 3 strategi pemodelan yang dapat dipilih (Joreskog dan Sorbom 1993, Hair et. Al.

1995), yaitu:

Strictly Confirmatory atau Confirmatory Modeling Strategy. Untuk ituterlebih dahulu

dispesifikasikan suatu model tunggal, lalu dilakukan pengumpulan data empiris.

Pengujian dilakukan untuk menghasilkan penerimaan atau penolakan terhadap

model tersebut sebagaimana criteria dari hipotesis nol. Model dinyatakan bagus bila

mampu mempresentasikan data empiris. Dalam strategi ini tidak ada respesifikasi

model.

Alternative (Competing) Models atau Competing Model Strategy. Tahapan yang

dilakukan sama dengan pada Strictly Confirmatory, hanya saja beberapa model

alternative dispesifikasikan dan dipilih salah satu model yang paling sesuai.

Respesifikasi hanya diperlukan jika model-model alternative dikembangkan dari

beberapa model yang ada.

Model Generating atau Model Development Strategy. Tahapan yang dilakukan

dimulai dari spesifikasi suatu model awal, dilanjutkan dengan pengumpulan data

empiris. Selanjutnya dilakukan analisis dan pengujian apakah data cocok dengan

model. Jika tingkat kecocokan kurang baik, maka model dimodifikasi dan diuji

kembali dengan data yang sama. Respesifikasi model diperlukan jika modelnya tidak

memiliki kemampuan yang diharapkan. Proses respesifikasi dapat dilakukan

berulang-ulang sapai didapati tingkat kecocokan terbaik. Proses dapat dilakukan

berdasarkan theory driven atau data driven, meskipun respesifikasi berdasar theory

driven lebih dianjurkan.

Dari ketiga strategy yang dapat dipilih, model generating merupakan strategy yang

paling banyak diterapkan.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

39

2.6.5 Modifikasi Model

Salah satu tujuan utama dari modifikasi model ini adalah untuk menghasilkan model

fit yang lebih baik, atau dalam bahasa statistik, nilai selisih antara kovarians matriks yang

diperoleh dari sampel dan kovarians matriks yang dinilai dari model yang lebih kecil. Namun,

sebagaimana telah dinyatakan berkali-kali sebelumnya, apapun modifikasi yang dilakukan

harus sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan teori.

Modifikasi model biasanya dilakukan pada dua keadaan berikut :

1. Meningkatkan model fit pada model penelitian yang telah memiliki fit yang bagus.

Meskipun banyak para peneliti yang tidak melakukan hal tersebut, namun masih banyak

peluang untuk meningkatkan model fit. Masalahnya adalah modifikasi pada model yang

telah menunjukan fit yang baik belum tentu akan memberikan hasil penelitian yang sama

apabia digunakan pada sampel yang berbeda. Sehingga, opsi ini seharusnya dihindari.

2. Modifikasi model yang dilakukan untuk meningkatkan model fit yang sebelumnya sangat

buruk, terdapat beberapa alasan kenapa suatu model memiliki fit yang buruk,

diantaranya adalah dilanggarnya asumsi normalitas, non linearitas, adanya missing data

(data yang tidak lengkap), atau adanya spesification error. Specification Error timbul

karena dihapusnya variabel eksogen yang relevan atau dihapusnya hubungan-hubungan

yang penting antara variabel-variabel pada suatu model, atau adanya hubungan-

hubungan yang tidak relevan, dan indikator yang tidak valid dan memiliki kredibilitas

yang kurang. Modifikasi mode sendiri hanya berlaku untuk internal specification errors,

yaitu dihilangkannya (atau dimasukannya) parameter-parameter yang penting (tidak

relevan) pada variabel-variabel dalam suatu model, sedangkan untuk external

specification errors, yaitu dihapusnya variabel, tidak akan dibahas oleh prosedur-

prosedur yang dibahas pada bab ini. (Diamantopoulus dan Siguaw, 2000).

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

40

a. Deteksi Spesifikasi Error

Tujuan dari deteksi spesifikasi error ini adalah untuk menemukan model yang secara

benar menggambarkan hubungan-hubungan antara variabel manifest (indikator) dan

variabel laten dalam suatu populasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan berdasarkan

definisi di atas adalah :

1. Sifat dari analisis harus merupakan exploratory dan tidak merupakan confirmatory.

Exporatory yang dimaksud dalam hal ini adalah model baru yang telah diperoleh

berdasarkan modifikasi model haruslah tentatif (sementara), dan dapat dipertanggung

jawabkan atau diverifikasi dengan menguji ulang model tersebut pada sampel yang

berbeda. Umumnya, modifikasi model pada penelitian-penelitian di Indonesia bersifat

confirmatory dan cenderung “asal model fit” tanpa menghiraukan pertanyaan mendasar

dari modifikasi model, yaitu “bedasarkan teori, bagaimana caranya agar model bisa lebih

baik?”. Oleh karena itu, hal filosofi “asal model fit” tersebut sebaiknya dihindari.

2. Modifikasi model biasanya akan menghasilkan model baru yang berbeda dari model

sebelumnya. Terdapat beberapa kasus, bahwa modifikasi model yang baru menyebabkan

model fit tersebut tidak dapat diidentifikasi (degrees of freedom kurang dari 0).

Sekarang pertanyaan yang paling relevan dalam hal modifikasi model adalah,

modifikasi apa saja yang mungkin dapat dilakukan? Seperti telah dinyatakan sebelumnya,

bahwa spesifikasi formal pada model LISREL direfleksikan pada bentuk parameter yang tetap

(fixed parameter) dan parameter bebas (Free Parameter). Sehingga setiap perubahan dalam

hal tersebut (menjadikan parameter bebas yang sebelumnya merupakan parameter tetap

(fixed parameter) dan atau menjadikan parameter tetap yang mana sebelumnya merupakan

parameter bebas (free parameter) akan merubah spesifikasi model asli. Uraian dibawah ini

meringkas modifikasi-modifikasi yang mungkin dapat dilakukan pada model LISREL.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

41

a. Merubah loading (ë) yang menghubungkan indikator dengan variabel laten dari fixed

menjadi free atau sebaliknya (sehingga akan merubah bentuk matriks LAMBDA-X

dan/atau LAMBDA-Y).

b. Tidak mengkorelasikan (atau melakukan korelasi) diantara measurement error (error dari

indikator), sehingga akan merubah matrix THETA-DELTA, THETA-EPSILON atau THETA-

DELTA EPSILON.

Sedangkan modifikasi pada model struktual dapat dilakukan dengan :

a. Merubah koefisien path yang menghubungkan variabel laten eksogen kepada variabel

laten endogen (ã) ataupun antara variabel endogen (ã) dengan menjadikan parameter

yang sebelumnya free dijadikan fixed, dan sebaliknya.

b. Mengkorelasi atau mengkonstrain korelasi pada measurement error (æ), sehingga akan

merubah matriks PSI.

Demikian juga dengan modifikasi yang dilakukan dengan meningkatkan atau

menurunkan konstrain. ”Mempermainkan” jumlah konstrain tersebut akan berpengaruh besar

terhadap spesifikasi model dan fit. Dengan meningkatkan jumlah konstrain, yang umumnya

berarti bahwa paremeter yang sebelumnya merupakan parameter bebas (parameter yang

diestimasi) sekarang di fixed-kan (tidak diestimasi). Sehingga, parameter yang akan

diestimasi menjadi lebih sedikit dan akan meningkatkan jumlah derajat kebebasan (degrees

of freedom). Nilai chi-square juga akan selalu meningkat jika suatu parameter dihapus tetapi

kenaikan nilai chi-square tersebut kecil, tetapi degrees of freedom meningkatkan, sehingga

kemungkinan fit akan semakin kecil. Sebaliknya, dengan mengurangi jumlah konstrait

dengan meningkatkan parameter (meskipun yang tidak relevan) akan selalu menghasilkan

penurunan chi-square dan menghasilkan model fit yang lebih baik.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

42

b. Mendiagnosa

Dengan berfokus pada modifikasi yang bertujuan untuk meningkatkan model fit, informasi

dianosa yang relevan dapat diperoleh dengan menguji residual statistik (dapat dilihat pada

output Completely Standarlized Solutions) dan modification indices yang merupakan bagian

dari output program. Baik output format SIMPLIS atapun LISREL, modification indices sama-

sama dapat ditampilkan.

Begitu pula dengan steam-leaf plots, jika model adalah fit, maka steam-leaf plots

akan memiliki residual yang akan mengelompok secara simetris sekitar nilai nol, dimana nilai

residual paling banyak terdapat pada tengah distribusi dan akan semakin sedikit pada bagian

bawah dan atas. Kelebihan residual pada salah satu bagian steam leaf plots tersebut (bagian

bawah atau atas) berarti bahwa kovarians secara sistematis dinilai rendah (underestimated)

ataupun dinilai tinggi (overestimated) oleh suatu model. Perhatikan bahwa residual positif

mengindikasikan bahwa model merendahkan (underestimate) kovarians antara variable

manifest pada data empiris. Sehingga untuk mengatasi adanya underestimate tersebut,

model seharusnya dimodifikasi dengan menambah jumlah path (dengan membebaskan

parameter). Sebaliknya, residual negatif berarti bahwa model menilai lebih (overestimates)

konvarians matriks pada data empiris yang dimiliki.Sehingga, modifikasi pada keadaan

tersebut seharusnya dilakukan dengan dihilangkan path (misalnya, dengan menghilangkan

(fix) parameter) yang berhubungan dengan kovarians tersebut.

1. Modifikasi indeks seharusnya dilakukan bersama-sama dengan menggunakan nilai-

nilai expected parameter change (perubahan parameter yang diharapkan /EPC),

yang merupakan perubahan diharapkan pada estimasi parameter yang baru . Tabel

berikut menunjukkan empat skenario berdasarkan yang diharapkan (New Estimate).

Masing-masing skenario tersebut memiliki dampak yang sangat berbeda terhadap

modifikasi model.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

43

Perubahan Estimasi

Parameter yang diharapkan

Besar Kecil

Modification Besar

Index Kecil

Pada skenario pertama, modification indeks yang besar juga diikuti dengan

perubahan parameter yang besar pula sehingga seharusnya melakukan Estimasi

baru terhadap parameter tersebut. Pada skenario ke2, modifikasi indeks yang besar

diikuti dengan nilai estimasi baru yang kecil. Dalam hal ini, meskipun kita akan

menghasilkan penurunan chi-square yang signifikan, namun perubahan yang kecil

pada parameter mungkin akan menghasilkan hal tersebut tidak terlalu signifikan.

Sedangkan pada skenario ke 3 modification indeks yang kecil pada suatu

parameter akan menghasilkan estimasi parameter baru yang besar. Apa yang

seharusnya dilakukan dalam hal ini tidak begitu jelas, karena besarnya estimasi baru

tersebut bisa jadi dikarenakan variabilitas sampling dan kurang sensitifnya uji chi-

square pada parameter tersebut. Namun, disarankan modifikasi pada skenario ketiga

ini tidak dilakukan.

Skenario ke 4, modifikasi indeks suatu parameter yang kecil juga memiliki

estimasi parameter baru yang kecil pula. Sehingga, hal ini tidak akan memberikan

manfaat apapun dalam hal model fit.

2.6.6 Notasi-Notasi Model Persamaan Struktural

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa model persamaan struktural terdiri

persamaan pengukuran dan persamaan struktural. Hubungan antara variabel indikator

Skenario 1 Skenario 2

Skenario 3 Skenario 4

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

44

dengan variabel latennya merupakan persamaan pengukuran sedangkan hubungan antara

variabel laten dikenal sebagai persamaan struktural.

Model persamaan struktural melibatkan sejumlah simbol-simbol matematis (greek),

terutama model persamaan struktural ala Prof. Karl G. Joreskog dan Prof. Dag Sorbom

menggunakan simbol-simbol tersebut mewarnai paket program LISREL.

Model persamaan structural:

ῃ = B ῃ + Γξ + ζ

Model persamaan pengukuran untuk y

y = Λy ῃ + ε

Model persamaan pengukuran untuk x

x = Λx ξ + δ

Notasi-notasi pada persamaan-persamaan didefinisikan sebagain berikut:

y : adalah vector variabel endogen yang dapat diamati berukuran p x 1

x : adalah vektor variable eksogen yang dapat diamati berukuran q x 1

ῃ : adalah vektor random dari variabel laten endogen berukuran m x 1

ξ : adalah vektor random dari variabel laten eksogen berukuran n x 1

ε : adalah vektor kekeliruan pengukuran dalam y berukuran p x 1

δ : adalah vektor kekeliruan pengukuran dalam x berukuran q x 1

Λy : adalah matriks koefisien regresi y atas ῃ berukuran p x m

Λx : adalah matriks koefisien regresi x atas ξ berukuran q x n

Γ : adalah matriks koefisien variabel ξ dalam persamaan struktural berukuran m x n

B : adalah matriks koefisien variabel ῃ dalam persamaan struktural berukuran m x m

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

45

ζ : vektor kekeliruan persamaan dalam hubungan struktural antara ῃ dan ξ berukuran

m x 1

Berikut ini beberapa asumsi pemodelan persamaan structural:

1. ε tidak berkorelasi dengan ῃ

2. δ tidak berkorelasi dengan ξ

3. ζ tidak berkorelasi dengan ξ

4. ε, δ, dan ζ saling bebas.

2.6.7 Jenis-Jenis Model Persamaan Struktural

Terdapat beberapa jenis umum model-model persamaan struktural (Raykov &

Marcoulides, p5, 2000):

1. Model-model analisis jalur (path analysis models). Dalam model-model analisis jalur

biasanya analisis hanya melibatkan variabel-variabel indikator tanpa melakukan

analisis terhadap konstruk atau konsep yang ingin diukur. Model seperti ini untuk

pertama kali diperkenalkan oleh Sewell Wright (1921). Umumnya, teknik analisisnya

digunakan analisis regresi multipel dimana salah satu asumsinya adalah tidak ada

kekeliruan pengukuran (measurement error) dalam variabel bebas. Dalam analisis

jalur tersebut tidak mempertimbangkan kekeliruan pengukuran. Misalnya, diagram

jalurnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Contoh Diagram Path Analysis.

Sumber: Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing, Analisis Data Untuk Penelitian Survai dengan

menggunakan LISREL 8, 2003, hal. 6.

Jam Kerja

Pendidikan

PendapatanLamanya nonton TV

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

46

2. Model-model analisis farkor konfirmatif (confirmatory factor analysis models).

Umumnya, dalam analisis ini bertujuan untuk mengevaluasi pola-pola antar

hubungan antara beberapa konstruk. Setiap konstruk dibangun oleh indikator-

indikator. Model analisis faktor konfirmatori biasanya tidak diasumsikan arah

hubungan antara konstruk, tetapi hanya adanya hubungan korelatif antara konstruk.

Contoh kasus model ini dinyatakan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Contoh Diagram Jalur Analisis Faktor Konfirmatori

Sumber: Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing, Analisis Data Untuk Penelitian Survai dengan

menggunakan LISREL 8, 2003, hal. 7.

3. Model-model persamaan struktural (Structural equation models), dalam model-model

seperti ini diasumsikan secara spesifik arah hubungan antara konstruk. Model-model

ini dapat digunakan untuk menguji apakah teori-teori yang diusulkan (proposed

theories) sesuai dengan model-model empirisnya. Gambar 2.3 merupakan contoh

diagram jalur bagi model ini.

x1

x2

x3

x4

x5

x6

ASC

SSC

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

47

Gambar 2.3 Contoh Diagram Jalur Model Persamaan Struktural

Sumber: Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing, Analisis Data Untuk Penelitian Survai dengan

menggunakan LISREL 8, 2003, hal. 7.

Model ini disebut juga Model Hybrid (Full SEM model) di buku LISREL (Tumpal

JR. Sitinjak, Sugiarto, 2006, p60). Model hybrid merupakan gabungan model

struktural dan model pengukuran. Dalam model hybrid, selain digambarkan hubungan-

hubungan yang ada diantara variabel latent, juga digambarkan hubungan variabel latent

dengan variabel-variabel teramati yang terkait. Berikut contoh model hybrid yang

sederhana.

X1 X2 X3 X4 Y3 Y4

IC

CPP

ESR

CNP

Y5

Y6

Y7

Y1 Y2

E2

E3E1

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

48

Gambar 2.4 Contoh Sederhana Diagram Model Hybrid

Sumber: Tumpal JR Sitinjak, Sugiarto, Lisrel, 2006, hal. 61.

4. Model-model perubahan laten (latent change models). Yang dimaksud dengan

model-model perubahan laten adalah memungkinkan untuk melakukan studi pola

perubahan karena waktu. Model-model ini terutama berfokus untuk memantau pola

perubahan, seperti pola pertumbuhan (growth), penurunan (decline). Model seperti

ini termasuk longitudinal. Contoh diagram jalur untuk model ini dapat dilihat pada

Gambar 2.5.

HRA1

HRA2

HRA3

HRA4

HRA5

hr pkp

PKPA1

PKPA2

PKPA3

PKPA4

PKPA5

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

49

Gambar 2.5 Contoh Diagram Jalur Model Perubahan Laten

Sumber: Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing, Analisis Data Untuk Penelitian Survai dengan

menggunakan LISREL 8, 2003, hal. 8.

2.6.8 Keterkaitan Antar Variabel

Konsep dasar yang melandasi keterkaitan antar variabel, yaitu konsep tentang

”obyek penelitian”, ”variabel” dan ”hubungan”.

2.6.8.1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian atau sering juga disebut sebagai unit pengamatan, adalah sesuatu

yang akan menghasilkan karaterstik-karateristik atau sifat-sifat yang akan menjadi perhatian

peneliti (Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing, LISREL, p12, 2003). Dalam penelitian

ini, yang menjadi obyek penelitian adalah pelanggan majalah Behind The Screen

2.6.8.2 Variabel

Karateristik adalah ciri yang dipunyai oleh unit pengamatan yang akan menjadi

perhatian seseorang. Bila suatu karakteristik tidak berbeda diantara unit-unit pengamatan,

maka karakteristik tersebut dinamakan konstanta. Dengan demikian unit-unit yang berbeda

akan menghasilkan nilai atau skor yang sama. Bila dilain sisi unit-unit tersebut akan

F1 F2

T1 T2

1

1 0

1

E1 E2

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

50

memberikan nilai yang berlainan untuk suatu karakteristik tertentu, maka karakteristik

tersebut dinamakan variable (Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing, Analisis Data

Untuk Penelitian Survai dengan menggunakan LISREL 8, p13-14, 2003).

Tipe-tipe variabel :

a) Variabel Kuantiatif : Data berupa angka.

- Variabel Rasio : Berat benda (kg), tinggi (cm), kepadatan penduduk

- Variabel Interval : Variable suhu.

b) Variabel Kualitatif : Data berupa kategori.

- Variabel Ordinal : Variabel sikap (sangat setuju, setuju, kurang setuju, dst.)

- Variabel Nominal : Variabel kepangkatan (gol IVa, IIId, IIIc, dst.)

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel kualitatif yang merupakan

variabel data berupa kategori, dengan tipe pertama yaitu variabel ordinal.

2.6.8.3 Hubungan

Dari suatu pengamatan sering muncul suatu keadaan atau fenomena yang

cenderung maju atau bergerak beriringan dengan kejadian atau fenomena lainnya. Suatu

teori dikatakan haruslah merupakan (sekumpulan) pernyataan yang mengaitkan atau

menghubungkan variabel. Oleh karena itu, hubungan antar variabel perlu kita formulasian.

Terdapat beberapa bentuk hubungan antar variabel (Achmad Bachrudin, Harapan L.

Tobing, Analisis Data Untuk Penelitian Survai dengan menggunakan LISREL 8, p15-18,

2003).

(a) Korelasi dan Kausasi. Dua bentuk hubungan ini sering disalahartikan, bahkan

dicampuradukkan. Suatu bentuk hubungan yang sebenarnya korelasi disebut sebagai kausasi

(kausalitas) dan sebaliknya. Pada dasarnya, suatu fenomena bentuk hubungan disebut

bentuk hubungan korelasi bila perubahan dari nilai-nilai atau skor suatu variabel beriringan

searah atau bertolak belakang dengan perubahan nilai-nilai atau skor variabel lainnya.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

51

Intinya tidak semua hubungan korelasi adalah hubungan kasualitas atau sebab-akibat.

Hubungan korelasi tidak mengangkat variabel sebab-akibat, dependent-independent, akan

tetapi hanya melihat ada atau tidaknya hubungan searah atau tidak searah.

(b) Spurious. Dalam hubungan kausalitas ataupun korelasi, terlibat dua variabel, berbeda

halnya dengan hubungan spurious. Dalam hubungan spurious dilibatkan paling sedikit tiga

variabel. Dalam hubungan spirious, terjadi hubungan korelasi atau kasualitas antar variabel

disebabkan oleh kehadiran variabel lainnya.

(c) Hubungan langsung dan tidak langsung. Diatas diuraikan tentang hubungan

kausalitas asimetris, yang menyatakan pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel

lainnya. Hubungan seperti ini adalah hubungan langsung, artinya sebuah variabel secara

langsung menjadi sebab terjadinya variabel lain. Ada suatu keadaan dimana sebuah variabel

sebab akan mempengaruhi variabel lain melalui mediasi variabel ketiga, yang disebut

variabel intervening (perantara/ penyela). Hubungan kasualitas seperti ini dinamakan

hubungan kasualitas tak langsung.

(d) Hubungan Bersyarat. Diatas sudah diuraikan tentang variabel sebab dan akibat. Selain

kedua jenis variabel tersebut, terdapat pula jenis variabel lain yang disebut variabel bersyarat

(conditional variable). Variabel bersyarat adalah variabel yang menentukan derajat hubungan

sebab akibat. Suatu akibat dari sebuah variabel bisa hilang ketika variabel bersyarat

dipertimbangkan.

Hubungan antar variabel yang diangkat dalam penelitian ini adalah hubungan variabel

KAUSASI atau hubungan KAUSALITAS.

Konsep Dasar Teori Kasualitas

Pernyataan bersifat kausalitas mempunyai 2 komponen, yaitu sebab (cause) dan

Akibat (effect). Secara umum, suatu pernyataan dikatakan bersifat kausalitas (Kenny, 1979;

& Greene, 1993) jika memenuhi ketiga persyaratan berikut ini:

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

52

1. Time Precedence.

2. Relationship.

3. Nonspuriousness.

Maksud dari persyaratan yang pertama adalah jika variable x mempengaruhi y, maka waktu

“kejadian” variabel x harus lebih dulu dari variabel y atau dapat dinyatakan x, mempengaruhi

yt+k, t adalah waktu dan k > 0. Dengan demikian suatu hubungan bersifat kausalitas adalah

asimetris, ukuran-ukuran statistic seperti korelasi merupakan hubungan simetris sehingga

tidak layak untuk menjelaskan hubungan kausalitas, sedangkan analisis regresi merupakan

hubungan asimetris.

Persyaratan yang kedua menyatakan bahwa hubungan bersifat kausalitas ditandai

dengan adanya hubungan fungsionalitas antara sebab dan akibat. Misalnya, hubungan antar

kuat arus listrik dengan luas penampang penghantar merupakan hubungan kausalitas.

Sedangkan, persyaratan ketiga menyatakan bahwa hubungan bersifat kausalitas

bukan merupakan hubungan spurious. Maksudnya adalah jika variabel ketiga mempengaruhi

variabel eksogen dan endogen, maka hubungan kedua variabel tersebut sebenarnya tidak

ada.

2.6.9 Analisis Regresi Linier

(Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing, Analisis Data Untuk Penelitian Survai

dengan menggunakan LISREL 8, p32-34, 2003). Seperti sudah diungkapkan sebelumnya

bahwa analisis korelasi merupakan hubungan bersifat simetris. Sebaliknya, analisis regresi

merupakan hubungan bersifat asimetris (kausalitas). Dalam analisis ini sudah harus

dibedakan mana yang berlaku sebagai variabel bebas dan variabel tak bebas. Dengan

demikian bahwa regresi merupakan suatu analisis bagaimana hubungan satu variabel tak

bebas, dengan notasi y, denagn satu atau lebih variabel bebas, dinotasikan x, dan hubungan

tersebut dinyatakan dalam suatu persamaan:

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

53

yi = βо + ... + βрxір + εі , i = 1,...,n

dalam bentuk matriks:

y = Xβ + ε

dimana,

y1 1 x11 ... x1p β0 ε1

y= . , x = 1 x21 ... x2p , β = . , dan ε = .

. . . ... . . .

yn 1 xn1 ... xnp βp εn

Untuk р = 1 disebut regresi sederhana.

Di mana βо,...,βр adalah koefisien regresi parsial dan ε merupakan kekeliruan (disturbance

term) mendeskripsikan variabel-variabel lain yang menentukan variabel tak bebas y. Variabel

x sering kali dikenal sebagai variabel eksogen, prediktor, bebas, regresor, atau stimulus.

Sedangkan variabel y disebut juga variabel tak bebas, prediktan, respons, atau endogen.

Pengertian linier dalam analisis regresi bukan pada variabel bebas, tetapi lebih ditekankan

pada parameter koefisien regresi parsial.

Persamaan regresi tersebut ditaksir oleh:

Ŷi = bо + b1xi1 + ... + bpxip, i = 1,2,...,n

Asumsi-asumsi regresi klasik:

1. Linier dalam parameter

2. Rank (X) = p + 1, rank penuh

3. E(ε|x) = 0, i

4. Var(ε|x) = σ², i

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

54

5. Matrix X adalah fixed

6. ε berdistribusi normal dengan rata-rata nol dan simpangan baku σ.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, taksiran kuadrat terkecil (ordinary least squares, OLS)

diberikan oleh:

b = [X’X]¯¹X’y

Sifat taksiran ini diungkapkan dalam suatu teorema yang sangat terkenal, yaitu Gauss-

Markov. Berdasarkan teorema tersebut, baik untuk matrix X yang fixed maupun random,

taksiran tersebut memiliki sifat perilaku penaksir terbaik (best linear unbiased estimator,

BLUE) (Greene, 1993).

Sering kali dalam analisis regresi diinginkan satuan pengukuran dihilangkan, dengan

cara setiap variabel dikurangi rata-ratanya, dan selanjutnya dibagi dengan simpangan baku

sehingga persamaan regresinya menjadi:

yi = pyx1xi1 +...+ pyxpxip + εi

Taksiran koefisian regresi tersebut diberikan oleh

Pyxj = bj sxj, j = 1,...,p

sy

dalam hal ini, sxi dan sy masing-masing menunjukkan simpangan baku untuk variabel

prediktor xj dan variabel y dan bj adalah koefisian regresi.

Koefisien regresi pyxi dikenal koefisien regresi parsial standardized yang sering digunakan

dalam analisis jalur.

2.6.10 Sampel Model Persamaan Struktural

Salah satu kelemahan penggunaan model persamaan struktural umumnya akan

sesuai untuk ukuran sampel sangat besar. Kebutuhan teoritis metode penaksiran

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

55

kemungkinan maksimum dan uji kesesuaian (fit) model didasarkan kepada asumsi sampel

besar. Secara umum, ukuran sampel untuk model persamaan struktural paling sedikit 200

pengamatan (Kelloway, 1998; Marsh et.al.). Bentler dan Chou (1987, dalam Kelloway, 1998)

menyarankan bahwa rasio antara ukuran sampel dan parameter yang ditaksir adalah 5:1 dan

10:1. Joreskog dan Sorbom (1988, hal.32) menyatakan bahwa hubungan antara banyaknya

variabel dan ukuran sampel minimal dalam model persamaan struktural adalah:

Tabel 2.4 Ukuran Sampel Minimal dengan Banyaknya Variabel

Banyaknya

Variabel

Ukuran

Sampel

Minimal

3

5

10

15

20

25

30

200

200

200

360

630

975

1395

Sumber: Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing, Analisis Data Untuk Penelitian Survai dengan

menggunakan LISREL 8, 2003, hal. 68.

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library & …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-3-00333... · 2008-07-08 · 8 • Joseph M. Juran (1954) dalam bukunya Juran

56

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.6: Kerangka Pemikiran Teoritis

Bauran Pemasaran Jasa :

- People (SDM)

- Products (Produk)

- Place (Tempat)

- Price (Harga)

- Promotion (Promosi)

LISREL (SEM)

Inovasi Produk Kepuasan Pelanggan

Kepuasan Pelanggan :

- Setia lebih lama

- Membeli lebih banyak

- Kurang terpengaruh terhadap

daya tarik barang lain

- Frekuensi rekomendasi kepada

orang lain