Upload
alfin-mubarack
View
276
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Buletin PPI Yaman
Citation preview
Sajian Utama: TIJARAH DALAM ISLAM
PROGRESIFMenuju Peradaban Baru
Redaksi Buletin PROGRESIF menerima tulisan pembaca yang berupa artikel, opini, puisi,
humor islami, dll. Tulisan ditulis dengan rapi atau diketik dengan font Calibri 11 spasi 1.
Redaksi Buletin PROGRESIF berhak mengedit naskah yang masuk tanpa mengurangi inti
tulisan. Tulisan bisa dikirimkan melalui redaksi atau via Email buletin PROGRESIF dengan
disertai nama dan alamat penulis. Tulisan yang telah dikirim menjadi hak redaksi sepenuhnya.
Ha
rap
me
leta
kk
an
bu
leti
n i
ni
di
tem
pa
t y
an
g s
em
est
iny
a k
are
na
me
ng
an
du
ng
ay
t Q
ur’
an
, H
ad
ist
da
n a
sma
All
ah
a
REVITALISASI EKONOMI ISLAM[Menjadikan Ekonomi Syar’i sebagai Acuan dan Pacuan untuk Pertumbuhan Negara dan Bangsa yang Makmur]
Buletin
Edisi 06 | 10 Februari 2013
SALAM REDAKSI
SUSUNAN REDAKSI: DEWAN PELINDUNG: DPW Hadhromaut, PENANGGUNGJAWAB: Dept. Informasi dan Komunikasi, REDAKSI AHLI: Muh. Robi’ Zt, Chafidz Ali W, PIMRED: Ismail Sunni Muhammad, SEKRETARIS: Abdul Muhith, EDITOR: Taufiq Hamid, REPORTER: Deni, Mahmuddin Hasibuan, LAY-OUTER: Asep Mahfudz, KORESPONDEN CAB. DARUL MUSTHAFA: Ubaidillah Muhammad, CAB RIBAT HAUTHOH: Ahmad Musyaffa’, CAB DAR EL-GHUROBA’: Fikri Ahmad, CAB RIBAT TARIM: Zaenal Arifin, CAB HUDAIDAH: M. Khoiruz Zadith T, ALAMAT: Aidid, Tarim, Hadhromaut, EMAIL: [email protected] / [email protected].
lhamdulillah, untaian puja dan puji syukur
hanyalah terhaturkan dan milik Allah SWT. ADzat yang te lah memberikan ki ta
kesempatan untuk dapat bernafas dan mengemban
amanah sebagai sang khalifah di Bumi ini. Semoga kita
senantiasa diberikan hidayah dan inayah-Nya untuk
selalu didekatkan pada aktifitas yang positif dan
bermanfaat, serta dijauhkan dari hal yang sia dan
bermaksiat.
Sholawat serta salam, takkan pernah terlupa,
semoga selalu terucapkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW. Panglima perang teragung,
manusia sederhana termulia, pemimpin shaleh terbijak
yang menjadi uswah dan qudwah hasanah bagi kita.
Untuknya, darinya dan karenanya, kita dapat
merasakan hangatnya cahaya Islam, manisnya buah
iman dan kukuhnya pilar ihsan dalam hidup kita.
Setelah beberapa bulan tidak hadir dihadapan
para pembaca, terhitung sejak awal pelantikan DPW
PPI Hadhramaut, Alhamdulillah, di bulan Februari ini
kami dapat menghadirkan kembali buletin
PROGRESIF. Berbeda dengan sebelumnya, format
Buletin PROGRESIF kali ini jauh lebih besar dari
sebelumnya yang berefeksamping jumlah halamannya
lebih tipis pula.
Masih dalam tahap uji-coba, kami ingin melihat
bagaimana Buletin PROGRESIF ini beradaptasi dan
bagaimana aksi dan reaksi dari teman-teman pembaca.
Mengangkat tema Ekonomi pada edisi kali ini memang
cukup berat bagi kami. Selain minimnya kanal
pengetahuan juga terbatasnya penulis dengan aktifitas
yang begitu padat.
Edisi 06 | 10 Februari 2013
Di antara alasan terlambatnya penerbitan
Buletin PROGRESIF adalah minimnya penulis
dari teman-teman pelajar Indonesia di masing-
masing lembaga atau instansi Islam yang tersebar
di Yaman. Kami telah mengajukan permohonan
pada tiap koresponden dari tiap lembaga. Target 2
edisi dalam satu kali terbit kali ini belum dapat
terlaksana karena tidak ada respon yang massif
dan konstruktif dari lembaga.
Karena Buletin PROGRESIF adalah milik
bersama dan sebagai wadah penggemblengan
kreasi verbal dan visual, maka kami mengajak
teman- teman pembaca seka l ian untuk
bersemangat mengirimkan kreatifitasnya pada
kami.
Terima kasih kami ucapkan atas kesabaran
dan antusias teman-teman pembaca yang
berkenan menunggu dan meluangkan waktunya
membaca Buletin PROGRESIF ini. Kami turut
mohon maaf sedalamnya atas keterlambatan kami
dalam penerbitan.
Demikian “sepatah dua patah kata” dari
kami. Selamat menikmati ulasan Tijarah dan
hembusan nafas ekonomi Islam dalam Buletin
PROGRESIF. Ohya, Buletin PROGRESIF hadir
dengan dua macam style, edisi Gray (Hitam-Putih)
dan Colorful (Berwarna). Buat teman-teman yang
ingin memesan edisi warna cetak atau soft file-nya
dapat menghubungi redaksi Buletin PROGRESIF
atau download langsung di halaman Buletin
PROGRESIF di Facebook.
Selamat Membaca!!
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
[SEKAPUR SIRIH]
TIJARAH;Salah Satu Manifestasi Syariah
dalam Menstabilisasi Fluks Problema Perekonomian
Oleh Abdul Muhith*(Penulis adalah Mahasiswa Tingkat 2 Fak. Syariah & Hukum Univ. Ahgaff)
Syariat Ekonomi Berdagang Dalam Islam
alam Al-Qur'an, Ekonomi Dagang
diungkapkan dengan berbagai kata, Dyaitu Tijarah (perdagangan), bay'
(menjual) dan syira' (membeli). Term lain yang berkaitan
juga disebutkan dengan redaksi dayn, amwal, rizq, syirkah,
dharb, sedangkan perintah dagang secara global termuat
disurah Al-Jum;ah ayat: 9.
Tijarah adalah bentuk masdar dari kata kerja yang
artinya menjual atau membeli. Dalam al-qur'an disebutkan
sebanyak 8 kali dalam Alquran yang tersebar dalam tujuh
surat, yaitu surah Albaqarah :16 dan 282 , An-Nisa' : 29, at-
Taubah : 24, An-Nur:37, Fathir : 29 , Shaf : 10 dan Al-Jum'ah
:11. Sedangkan kata ba'a (menjual) disebut sebanyak 4 kali
dalam Al-quran, yaitu Surah Al-Baqarah :254, Al-Baqarah :
275, Surah Ibrahim : 31 dan Surah Al-Jum'ah : 9.
Riwayat dari Mu'az bin Jabal, bahwa Nabi bersabda
”Sesungguhnya sebaik-baik usaha adalah usaha perdagangan”
(H.R. Baihaqi dan dikeluarkan oleh As-Ashbahani). Hadits
ini dengan tegas menyebutkan bahwa profesi terbaik
menurut Nabi Muhammad adalah perdagangan.
Sangat disayangkan, umat Islam saat ini masih
menduduki stadium nadir. Karena kurangnya pemahaman
syariah dagang yang telah digariskan Islam secara masif
dalam realitas kehidupan. Akibatnya
ekonomi Islam dalam kondisi terpuruk.
Fenomena ini pernah terjadi saat masa
kekhalifahan Umar bin Khattab, yaitu ketika
para sahabat mendapat harta ghanimah yang
melimpah melalui ekspansi wilayah Islam ke
Persia, Palestina dan negara-negara tetangga.
Para pejabat dan panglima tentera Islam mulai
m e n i n g g a l k a n p e r d a g a n g a n . U m a r
mengingatkan mereka, ”Saya lihat orang asing
mulai banyak menguasai perdagangan, sementara
kalian mulai meninggalkannya (karena telah menjadi
pejabat di daerah dan mendapat harta ghanimah),
Jangan kalian tinggalkan perdagangan, nanti laki-laki
kamu tergantung dengan laki-laki mereka dan wanita
kamu tergantung dengan wanita mereka”.
Kemelut problematika yang masih akut dan aktual dibeberapa akhir dekade ini adalah ketika kita diposisikan dengan
ekonomi. Ukuran yang mereka jadikan patokan di segala sisi permasalahan adalah, perbaikan ekonomi. Kecondongan
materialistis sudah menjadi keutuhan manusia dalam bermuamalat. Dari sinilah muncul bahwa kesejahteraan diukur
dengan jumlah perekonomian mereka. Lalu bagaimana syariah menghadapi paradigma yang sudah menjamur selama ini.
“Menurut buku Menuju Tata Baru Ekonomi Islam (2001, terbitan Malaysia), 93 % perdagangan dunia dikuasai oleh negara-negara bukan muslim. Padahal ummat Islam hampir 20 % dari penduduk dunia atau sekitar 1,2 milyar orang”.
Edisi 06 | 10 Februari 2013 [SAJIAN UTAMA]
Edisi 06 | 10 Februari 2013
Keterangan Gambar:1. Diskusi FIKROH Perdana2. Launching Simfoni Ratu Balqis di Hongkong3. Bedah Buku “PESANTREN STUDIES
1
2
3
GALERI FOTO
[SAJIAN UTAMA]
Figur kita nabi Muhammad telah merealisasikan ekonomi
dagang ketika usia 17 tahun, beliau telah memimpin sebuah
ekspedisi perdagangan ke berbagai negara. Afzalur Rahman
dalam buku “Muhammad A Trader” menyebutkan, bahwa
reputasi nabi Muhammad dalam dunia bisnis demikian bagus,
sehingga beliau dikenal luas di Yaman, Syiria, Yordania, Iraq,
Basrah dan kota-kota perdagangan lainnya di jazirah Arab.
Dalam konteks profesinya sebagai pedagang inilah ia
dijuluki gelaran mulia, Al-Amin. Afzalur Rahman juga mencatat
dalam ekspedisi perdagangannya, bahwa Muhammad Saw telah
mengarungi 17 negara ketika itu, aktivitas perdangangan yang
luar biasa. Berpijak dari itulah, seharusnya umat Islam kembali
tergugah merombak perekonomian. Tijarah, yang telah diusung
dan sukses ditangan Islam kini sudah saatnya kita rebut kembali.
Sektor Perekonomian Ummat Islam Sekarang
Bisnis syari'ah, baik perbankan syari'ah, asuransi syari'ah,
pasar modal syari'ah, (obligasi syari'ah dan reksadana syari'ah),
Multi Level Marketing Syari'ah, BMT, BAZ, LAZ, dan sebagainya
yang marak di era modern merupakan loncatan positif dalam
pengaplikasian syariah dan ekonomi. Cadangan minyak dunia
Islam memiliki 70% dan menguasai 30% sumber gas asli dunia.
Negara-negara Islam memasok dan menyuplai 42% permintaan
petrolium (minyak) dunia. Data-data tersebut menunjukkan
bahwa negeri-negeri muslim memiliki potrensi ekonomi yang
cukup besar dan strategis.
Namun dalam sektor perdagangan jauh dari dominasi
ummat Islam. Menurut buku Menuju Tata Baru Ekonomi Islam
(2001, terbitan Malaysia), 93% perdagangan dunia dikuasai oleh
negara-negara bukan muslim.
Dengan demikian negeri-negeri muslim hanya menguasai
7% perdagangan dunia. Padahal umat Islam hampir mencapai
20% dari jumlah total penduduk dunia atau sekitar 1,2 milyar
orang. Idealnya paling tidak negara –negara Islam bisa
menguasai 20% perdagangan dunia, bahkan lebih dari itu, karena
hampir 70 % sumber-sumber alam terdapat di negara-negara
Islam.
Mampukah kita mengambil alih dalam perdagangan ini,
teruntuk kita sebagai anak harapan bangsa khususnya bagi umat
Islam adalah manifestasi dan sumbangsih kita sangat-sangat
dinantikan untuk merebut kembali estafet kesuksesan nabi dalam
ekonomi dagang. Semangat!/end/.
REVITALISASIEKONOMI ISLAM
Oleh Muhammad Imam Rahmatullah*(Penulis adalah Mahasiswa Tingkat 1 Fak. Syariah & Hukum Univ. Ahgaff asal Sarang)
e w a s a i n i ,
k e m a j u a n Dekonomi Is lam
dalam perbankan syariah sangatlah
pesat. Hal ini dibuktikan, karena
gagalnya perbankan yang berbasis
konvensional (kapitalis) dalam
mensejahterakan ekonomi. Namun
sayangnya kemajuan itu tidak
disertai dengan penerapan prinsip-
prinsip Islam dalam ranah konkrit
( p a s a r ) , b a i k d a l a m s e k t o r
kewirausahaan, perniagaan, dan lain
sebagainya. Karena kapitalisme telah
merubah paradigma kebanyakan
umat Islam, khususnya pada sektor
ekonomi. Sehingga muncul sebuah
asumsi "Islam itu hanya mengatur
hubungan antara makhluk dan
pencipta". Padahal syari'ah Islam itu
m e r u p a k a n a j a r a n y a n g
komprehensif, mencakup semua
aspek kehidupan. Bahkan syariat
Islam menempatkan kesejahteraan
ekonomi sebagai salah satu maqâsid-
nya.
Dr. Yusuf Hamid dalam
kitabnya, Maqâsidu al-'ammah lî as-
syari'ah al-Islâmiyah mengatakan:
"Harta adalah suatu hal yang primer
bagi manusia, ia diciptakan untuk
menopang kemaslahatan manusia baik di
dunia maupun di akhirat. Oleh
karena itu, Allah melalui syari'at-Nya
telah menciptakan sebuah aturan-aturan
yang bisa menjamin kemaslahatan
manusia, baik dalam cara mendapatkan
harta , mengelo lahnya, maupun
penggunaannya" . Be l iau juga
menambahkan, "Barangsiapa yang
mengikuti konsep syari'at dalam
mengelola dan menggunakan hartanya
maka hartanya akan menjadi sebuah
wasilah untuk kemaslahatan agama dan
kesejahteraan dunia. Dan sebaliknya,
barangsiapa yang tidak mengukuti
syari'at maka hartanya akan menjadi
bumerang yang bisa menjatuhkannya
pada jurang kenistaan".
Ironisnya justru selama ini
umat muslim malah terjerumus
dalam derasnya arus mekanisme
pasar yang berpaham konvensioanal
(kapitalis) yang terus dihembuskan
oleh sebagian besar negara Eropa
dan Amerika. Paham yang
beranggapan bahwa setiap indvidu
mempunyai kebebasan yang absolut
dalam berbisnis. Sebuah paham yang
dirumuskan oleh Adam Smith,
seorang f i losof Peranc is in i
mengatakan, "Mekanisme hukum
pasar terbentuk atas dorongan
kepentingan-kepentingan pribadi,
karena kompetisi dan kekuatan
individualisme lah yang menurutnya
mampu mensejahterakan ekonomi".
B e r p i j a k d a r i s i s t e m
konvensional, setiap pelaku bisnis
bebas untuk menuai laba sebanyak-
banyaknya dengan cara apapun. Ini
tentunya berdampak pada ketatnya
persaingan pasar, dan dapat
menimbulkan situasi yang tidak
sehat karena dipenuhi praktek
kecurangan demi kemenangan
persaingan pasar. Seperti yang
terjadi di Indonesia, banyak sekali
praktek kecurangan semisal ayam
tiren, sapi gelonggong, penipuan
yang berkedok investasi kilat, dan
masih banyak lagi kasus-kasus yang
menggambarkan betapa buruknya
mental masyarakat Indonesia. Yang
lebih memprihatinkan, kebanyakan
dari mereka adalah orang Islam.
Seakan mereka sudah t idak
mempedulikan rambu halal-haram
yang telah ditetapkan oleh syari'ah.
Situasi seperti ini sebenarnya sudah
jauh diprediksikan oleh Rasulullah
SAW. Beliau bersabda: "Kelak akan
tiba sebuah masa di mana seseorang
sudah tidak memperdulikan lagi
apa-apa yang ia peroleh, apakah itu
halal atau haram". (HR. Bukhori).
Edisi 06 | 10 Februari 2013 [OPINI]
Imbas dari ketatnya situasi
ini, pada tahun 2008 ekonomi dunia
diguncang oleh krisis global yang
melanda Eropa dan Amerika,
sehingga tak sedikit industri dan
p e r b a n k a n y a n g b e r b a s i s
konvensional terpaksa gulung tikar
karena mengalami kebangkrutan.
Bukan hanya itu, kebebasan yang
diusung oleh sistem konvensioanal
sebenarnya lebih menguntungkan
pihak yang memiliki budget besar,
mereka bebas berinvestasi sesuka
hati dengan modal tinggi tanpa
memikirkan usaha-usaha kecil yang
bermodal minim, sehingga terjadi
kesenjangan ekonomi di tengah
masyarakat.
Di samping itu, disadari dan
diyakini pula bahwa ekonomi
k o n v e n s i o n a l i s m e y a n g
berlandaskan pada sistem ribâwi,
ternyata banyak memiliki kekeliruan
dan kesalahan dalam sejumlah
premisnya, terutama rasionalitas
ekonomi yang telah mengabaikan
moral.
Bahkan para pakar ekonomi
seperti Fritjop Chapra dalam
bukunya, The Turning Point, Science,
Society and The RisingCulture (terj.
1999) dan Ervin Laszio dalam 3rd
Millenium, The Challenge and The
Vision (terj. 1999) mengungkapkan
bahwa kelemahan dan kekeliruan
itulah yang antara lain menyebabkan
ekonomi (konvensional) tidak
berhasil menciptakan keadilan
ekonomi dan kesejahteraan bagi
umat manusia.
Y a n g t e r j a d i j u s t r u
sebaliknya, ketimpangan yang
semakin tajam antara negara-negara
dan masyarakat yang miskin dengan
n e g a r a - n e g a r a d a n
masyarakat yang kaya. Demikian
pula, antara sesama anggota
masyarakat di dalam suatu negeri.
Lebih lanjut mereka menegaskan
bahwa untuk memperbaiki keadaan
ini, tidak ada jalan lain kecuali
mengubah paradigma dan visi, yaitu
melakukan satu titik balik peradaban
dalam ar t i membangun dan
mengembangkan sistem ekonomi
yang memiliki nilai dan norma yang
bisa dipertanggung jawabkan.
Realita itu setidaknya menjadi
renungan bagi umat Islam untuk
kembali kepada praktek ekonomi
s y a r i ' a h y a n g t e l a h l a m a
ditinggalkan.
D e m i m e n i n g k a t k a n
pembangunan ekonomi Islam,
tentunya membutuhkan perubahan
sistem dalam setiap sektor ekonomi.
Dan tak ada pilihan lagi tentunya
bagi kita selain kembali pada sistem
ekonomi syariah yang memiliki 3
prinsip utama:
Pertama, kejujuran (Al-
Shidq). Kejujuran adalah ruh dari
ekonomi syariah. Kejujuran menjadi
bukti adanya komitmen akan
pentingnya perkataan, tindakan dan
s e m u a y a n g t e r k a i t d e n g a n
perserikatan dalam sistem ekonomi
syari'ah.
Kedua, kesetaraan (Al-
Musâwah) . Prinsip kesetaraan
menegaskan bahwa setiap pihak
berada pada posisi yang sama dalam
mu'âmalat.
K e t i g a , k e a d i l a n d a n
kebenaran (Al-'adâlah).
Mengacu dari berbagai
paradigma di atas, setidaknya ada
tiga langkah strategis yang perlu
problem ekonomi umat Islam
yang te lah lama d i rundung
kemunduran ini.
Pertama, mengembalikan
paradigma umat Islam bahwa tidak
ada sistem apapun yang menjamin
kebahagian haqiqi selain syari'at
Islam, dengan mengembangkan
konsep ekonomi syari'ah dengan
wajah kekinian agar selaras pada
k e m a j u a n z a m a n d a n
mensosialisakannya ke berbagai
lembaga pendidikan maupun media
umum.
Kedua, meningkatkan etos
kerja umat Islam sesuai dengan
sistem syari'ah dalam setiap praktek
ekonomi, baik dalam transaksi jual
beli, persewaan, gadai, asuransi dan
lain sebagainya. Hal ini tentunya
juga dengan meningkatkan mental
agama setiap umat Islam.
Ket iga , menumbuhkan
r e g u l a s i d a n s a r a n a y a n g
mendukung penguatan ekonomi
syari'ah dalam praktek, baik melalui
institusi keuangan maupun melalui
kegiatan bisnis dan usaha riil. Serta
menciptakan mekanisme pasar yang
berbasis syariah dan meningkatkan
jalur ekonomi antar negara Islam
dengan melakukan kesepakatan
ekonomi.
Jika tiga langkah ini sudah
terealisasikan maka kebangkitan
ekonomi Islam bukanlah kenisbian
lagi, melainkan niscaya akan menjadi
kenyataan setelah sekian lama kita
tertunduk terhadap ekonomi
kapitalis.
Mari mulai dari sekarang kita
bersama-sama saling membantu
untuk menyongsong kemajuan
Islam./end/
Edisi 06 | 10 Februari 2013 [OPINI]
(DPW HADRAMOUT PPI YAMAN)Periode 2012-2013
A. PENGURUS HARIAN1. Ketua : Pandi Yusron (Universitas Al-Ahgaff)2. Wakil Ketua : Ahmad Arif Salman (Universitas Al-Ahgaff)3. Sekretaris : Masruhin (Universitas Al-Ahgaff)4. Wakil Sekretaris: Zainal Arifin (Rubat Tarim)5. Bendahara : Ahmad Zaki Hijriana(Universitas Al-Ahgaff)6. Wakil Bendahara: Sholeh Madadi (Darul Musthofa)
B. PENGURUS DEPARTEMEN1. Departemen Pendidikan dan DakwahKetua : Zainal Fanani (Universitas Al-Ahgaff)Anggota :1. Mu'tazim Fauroq (Universitas Al-Ahgaff)
2. Abdul Basith (Universitas Al-Ahgaff) 3. Ridwan Agustiawan (Universitas Al-Ahgaff)
4. Umar Nawawi (Universitas Al-Ahgaff) 5. Syaiful Arif (Universitas Al-Ahgaff) 6. Muhammad Zuhair (Rubat Tarim) 7. Zainul Hasan (Darul Mushthofa)
2. Departemen Seni dan BudayaKetua : Risan Wulli Windarko (Universitas Al-Ahgaff)Anggota:1. Muhlisin (Universitas Al-Ahgaff) 2. Muhammad Taufiq (Universitas Al-Ahgaff)
3. Muhammad Akbar R.D. (Universitas Al-Ahgaff) 4. Asep Zakariya (Universitas Al-Ahgaff) 5. Imam Syarifuddin (Darul Mushthofa)
3. Departemen Usaha dan DanaKetua : Ahmad Sahal (Universitas Al-Ahgaff)Anggota: 1. M. Bachtiar Ali Basya (Universitas Al-Ahgaff) 2. Ahmad Ubaidillah (Universitas Al-Ahgaff)4. Departemen Informasi dan KomunikasiKetua : Alfin Mubarack (Universitas Al-Ahgaff)Anggota : 1. M. Ismail Sunni (Universitas Al-Ahgaff)
3. Muhammad Syahid (Universitas Al-Ahgaff) 4. Ubaidillah (Darul Mushthofa) 5. Zainal Arifin (Rubat Tarim)
6. Rispan Nur (Darul Ghuroba')
2. Reza (Universitas Al-Ahgaff)
STRUKTUR DEWAN PENGURUS WILAYAH HADRAMOUT
PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI YAMAN
Ed
isi 0
6 |
10
Feb
ruar
i 20
13
[REPORTASE]
Nafsu, Tuhankah Kau?!!!..Sebuah Puisi
Oleh Hasan Zainur *
Nafsu bertahta memperhamba,
Hati menjerit terhempit,
Terjajah namun berwibawa,
Laksana penasehat yang setia,
“Sampai kapan kau akan jadi
budak perut dan kelamin,
Hah!!!.”
Inikah yang kau gemborkan
dengan kata 'Takwa'?
Kau cari kemuliaan di depan
mereka,
Namun kau lupa kepada
pencipta kemuliaan yang
sebenarnya.
Terus … Teruskan saja!!
Puaskan syahwatmu dengan
kelalaian yang kau manjakan!
Tinggalkan saja ketaatan pada
Rabbmu dengan kemaksiatan,
Tumpuk saja hartamu dalam
dunia yang kau banggakan,
Timbun saja bangkai dosamu
dalam keburukan yang kau
kerjakan,
Hah. .!!
Betapapun kau umbar
syahwatmu,
Tetap saja ajal akan jadi akhir
hayatmu,
Betapapun kau lalaikan perintah
Rabbmu.
Kelak kau dengan Rabb-mu
akan bertemu,
Betapapun kau kumpulkan
hartamu,
Akan tiba saat ia tak peduli
padamu,
Betapapun kau timbun dosamu,
Sebentar lagi akan kau rasakan
nikmatnya dalam adzabmu.
Hah . .. !!
Selamanya kau takkan merasa
puas dengan mengumbar
syahwat nafsu serakahmu,
Karena kau tak tahu seberapa
besar syahwat dan nafsumu,
Melebihi Rabbmu.
* Ngalam Writer – Darul
Musthafa
Istighfar Bernuansa SambalSebuah Puisi
Oleh Hasan Zainur *
Astaghfirullah, !!
Semoga bukan hanya lisanku
berbuih dosa melafalkannya,
Namun, ..
Hati kotor dan perbuatanku
mampu membuktikannya,
Tapi, ..
Bukankah istighfarku selama ini
hampa?
Hingga dengan ludah tersembur
racun was-was iblis dan para
punggawa,
Hasad membakar melibas
segala hasanah,
Hingga melihat kebaikan
saudara sendiri,
Layaknya mencari jarum di
tumpukan jerami,
Nafsu sang raja dengan
kesombongan berjubah.
Astaghfirullah,
Bukankah aneh kecintaan
duniawi?
Suudzon bertopeng
khusnudzon,
Tajassus berlagak ikrom,
Agamapun terjual demi
kepentingan pribadi.
Astaghfirullah,
Riya' dan ujub gagah berani,
Membuat hati busuk percaya
diri,
Untuk memuliakan sesama,
Ikhlas terasa menyangga tujuh
langit,
Untuk berwibawa,
Betapapun nista tampak tak
rumit.
Astaghfirullah,
Hatiku terlalu keras berlapis
dosa dan najis,
Hinga sifat ifar sahabat nabi tak
kunjung menitis,
Ya Qodir,
Dapatkah aku lebih mulia dari
anjing ashabul kahfi?
Ataukah lebih hina dari anjing
lacak pak polisi?
Ya Ghoffar,
Semoga istighfar bernuansa
sambal ini,
Layak kau terima kelak di
kehidupan abadi.
Amiin!!
Edisi 06 | 10 Februari 2013
PuisiKO
LO
M