Upload
adminkkptanjungpriok
View
954
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
2
Diterbitkan oleh : KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I
TANJUNG PRIOK DITJEN PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.
Pelindung / Penasehat: Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok
Raissekki, SKM, MM
Anggota Redaktur: Ikron, SKM, MKM., Agus Syah, SKM,
Sugeng Retyono, SKM., Sulistyono Wahyudi,SH.,
Arik Arumawati
Dewan Redaksi :
Ketua, RBA. Widjonarko, SKM, MKes
Editor : Nana Mulyana, SKM., Lussie Soraya ,
Dewi Dyah Palupi, SKM
Sekretariat : Agus Sudarman,SKM
No Judul Artikel Halaman
1 Pengantar Redaksi 3
2 Kapan Terjadi Pandemi Influenza 4
3 Pelatihan Pengendalian Vektor di Pelabuhan dan Fumigasi
5 - 11
4 Porth Health Office of Tanjung Priok VS Port Health of Klang Malaysia
12 - 17
5 Mengenai Sahabat Cinderala 17 - 24
6 Sistem Kegawatdaruratan Pada Bencana 24 - 25
7 Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Bidang UKP KKP Kls I Tanjung Priok
26 - 28
8 Pelayanan Kesehatan Terbatas Bidang UKP KKP Kls I Tanjung Priok (laporan Program)
28 - 30
9 Exelutive Summari Penyelenggaraan Pelatihan Cegah Tangkal dalam Penangganan AI di Pelabuhan
30 - 34
10 Exelutive Summari Penyelenggaraan Pelatihan SE bagi Petugas KKP
34 - 38
11 Cetak Photo Sendiri Kenapa Tidak 38 - 41
12 Penerbitan SSCC dan SSCEC ( Sebuah Pemikiran)
42 - 43, 44 - 46
13 Pengawasan Pestisida di Wilayah Pelabuhan (Naskah Pertama)
43, 48 - 50
14 Sipencuri Makanan dari Negeri Seberang 46 - 48
Alamat Redaksi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok | Jl. Raya Pelabuhan No. 17
Tanjung Priok - Jakarta Utara | Telp. 021 – 43931045, 4373265 | Fax. 021 – 4373265 | E-Mail :
[email protected] | Desain grafis oleh N.M.([email protected])
Daftar Isi
Cover : Nana Mulyana Model : Pelatihan Fumigasi
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
3
IINNFFOO KKEESSEEHHAATTAANN PPEELLAABBUUHHAANN
Pengantar Redaksi
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan ini merupakan
buletin Volum II edisi 2 yang diterbitkan oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. Buletin ini
merupakan wahana informasi bagi insan pelabuhan
dalam mengembangkan potensi diri guna mendukung
pelaksanaan program kesehatan, khususnya bagi para
pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh
Indonesia.
Buletin Info Kesehatan Pelabuhan berisi informasi
hasil pelaksanaan program, kajian – kajian,
pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya
manusia melalui pelatihan, naskah – naskah ilmiah dan
karya – karya seni serta peristiwa – peristiwa terkini lainya,
bahkan informasi pengobatan tradisional.
Redaksi menerima sumbangan artikel, laporan,
reportase, saduran, karikatur, sajak – sajak ataupun karya
sastra lain dan foto – foto yang berkaitan dengan
program kesehatan pelabuhan. Walaupun sumbangan
naskah dari KKP lain belum pernah masuk, namun Redaksi
tetap menawarkan kesempatan ini pada para kolega
KKP di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam
penulisan Buletin Info Kesehatan.
Dewan redaksi mengajak para pembaca buletin
ini untuk melaju dengan kecepatan optimal dalam
meningkatkan jejaring informasi guna mencapai kinerja
yang kita inginkan.
Selamat bekerja dan sukses selalu
Dewan Redaksi
Pemberian kode warna
dalam manajemen resiko
kemungkinan terjadinya
pandemi AI
Sudah adakah ???
Hijau – dari binatang
ke binatang
Kuning – dari manusia
ke manusia tetapi tidak
efisien
Oranye – Pandemi :
efisien manusia ke
manusia, tetapi
transmisi terbatas
Merah – infeksi tersebar
luas
Hitam – tidak bisa
dikendalikan lagi
penyebarannya dan
angka kematian tinggi
Keberhasilan KKP ????
Keberhasilan = ( f Planing + f Opportunity ) ( Demand )
Planing = ( Resources forcasting )2
Opportunity = ( Network enableness + Legal aspect reinforcement )
Demand = ( Intention ( Boss + Providers)
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
4
KAPAN TERJADINYA ?
erjadinya pandemi Influenza tidak dapat diprediksi secara jelas dan kapan mulainya.
Namun sinyal terjadinya pandemi tersebut harus diketahui untuk mengantisipasi
penyebaran virus influensa secara luas. Untuk mencegah atau menghambat terjadinya
pandemi influensa, WHO telah mengeluarkan protokol yaitu Rapid operations to contain the
initial emergence of pandemic influenza, yang dikeluarkan pada bulan Mei 2007.
Rapid Health Assasement (RHA) ini sangat penting karena merupakan penentu kapan
dilakukannya pembatasan cepat. Yang tidak kalah pentingnya adalah penyelidikan
epidemiologis terhadap klaster ILI/Pnemoni yang harus dilakukan bersamaan dengan Rapid
Health Assessment (RHA) untuk mendapatkan informasi secara lengkap dan cepat agar tindakan
pembatasan cepat dapat segera dilakukan dengan dukungan informasi yang memadai.
Pembatasan cepat merupakan upaya yang dimungkinkan dapat ditempuh pada awal
terjadinya pandemi jika sinyal pandemi telah diyakini akan terjadi tepat untuk menghentikan
penyebaran virus pada suatu area tertentu.
Lamanya Operasi Pembatasan
Lamanya operasi 5 minggu meliputi :
1. Profilaksis anti virus 20 hari (3 minggu)
2. Diteruskan lagi 2 minggu ( 2 x masa inkubasi )
3. Setelah 5 minggu, operasi pembatasan dihentikan namun kegiatan surveilans tetap
dijalankan pada area pembatasan (perimeter) dan penyangga (buffer) selama beberapa
bulan.
Apa yang harus dilakukan KKP saat ini?
KKP harus tetap melaksanakan TUPOKSI yakni surveilans aktif dan pasif; pemantapan simpul
jejaring surveilans epidemiologi lokal, regional, nasional sesuai penyakit yang berkaitan dengan
lalulintas internasional; advokasi kesiapsiagaan & penanggulangan KLB dan bencana bidang
kesehatan.
T
KAPAN TERJADINYA PANDEMI INFLUENZA? Oleh : RAISSEKKI, SKM, MM
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
5
egiatan pengendalian
vektor merupakan
salah satu bentuk
upaya kewaspadaan dini
terhadap timbulnya wabah
penyakit yang disebabkan oleh
vektor. Ketentuan International
Health Regulation menyatakan
bahwa wilayah pelabuhan harus
bebas vektor. Oleh sebab itu,
pengendalian vektor di
Pelabuhan mutlak harus
dilakukan agar pelabuhan bebas
dari jentik nyamuk dan indeks
pinjal (al : Aedes aegypti dan
pinjal tikus).
Untuk melindungi
masyarakat pelabuhan dari
ancaman masuk keluarnya
penyakit bawaan vektor antar
negara dan antar pulau dalam
negeri yang ditularkan melalui
pelabuhan, maka perlu adanya
peningkatan upaya
pengawasan dan pengendalian
vektor di wilayah pelabuhan.
Perkembangbiakan vektor
di wilayah pelabuhan harus
terawasi secara profesional
sehingga dapat melindungi
masyarakat di wilayah
pelabuhan dan seluruh
komunitas kapal yang ada.
Peningkatan pengawasan vektor di wilayah
pelabuhan ini merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kepercayaan pelayaran internasional bahwa
pelabuhan – pelabuhan di Indonesia telah mampu
melakukan pengawasan dan pengendalian vektor secara
tepat, benar, aman dan sehat.
Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian vektor
yang dilakukan oleh petugas KKP, sangat bergantung
kepada kemampuan petugas. Untuk itu perlu ada
peningkatan kemampuan yang tepat dalam pengendalian
vektor baik dari segi metode yang digunakan, teknik
penggunaan alat maupun analisis data, dll.
Peningkatan kemampuan dalam pengendalian vektor
bagi petugas KKP dapat dilakukan melalui pemberian
pelatihan yang terakreditasi. Diharapkan melalui
penyelenggaraan pelatihan tersebut, para petugas KKP
akan lebih handal sehingga eksistensi KKP dalam cegah
tangkal penyakit karantina dan penyakit menular potensial
wabah, tidaklah menjadi buah bibir yang pahit dari para
stake holder di pelabuhan maupun para crew kapal
negara asing.
Oleh karena itu, para petugas KKP harus diberikan
pelatihan ataupun penyegaran pelatihan yang
terakreditasi. Pelatihan yang diselenggarakan KKP Kelas I
Tanjung Priok pada tahun 2007, adalah Pelatihan
Pengendalian Vektor di Pelabuhan dan Pelatihan Fumigasi.
PERSIAPAN
Persiapan pelatihan dimulai sejak bulan Januari 2007,
yang diawali dengan penyusunan kerangka acuan,
pembentukan panitia melalui SK Kepala Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok, kemudian dilanjutkan
dengan penyusunan GBPP, penyusunan jadwal
K
LAPORAN PELATIHAN
PENGENDALIAN VEKTOR DI PELABUHAN DAN FUMIGASI (SUMMARY) Oleh : RBA Widjonarko,SKM,MKes
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
6
pelatihan dan diseminasi informasi
(pemanggilan peserta, undangan nara
sumber, undangan stake holder, dll).
PELAKSANAAN
A. Jalannya Pelatihan
Pelatihan Pengendalian Vektor Di
Pelabuhan bagi petugas KKP dan Pelatihan
Fumigasi telah dilaksanakan dengan baik,
lancar dan tertib sesuai jadwal waktu yang
telah ditetapkan :
- Pelatihan Pengendalian Vektor di Pelabuhan
selama 6 hari mulai tanggal 09 s/d 14 April
2007 di BBPK (Bapelkes) Ciloto, Cianjur dan di
lapangan.
- Pelatihan Fumigasi selama selama 7 – 12 Mei
2007 di Wisma Askes – Cisarua Bogor dan
dilanjutkan praktek di Pelabuhan Tanjung
Priok.
Pembukaan sekaligus arahan pelatihan
Pengendalian Vektor di Pelabuhan, oleh Bapak
Dirjen PP & PL Depkes RI pada Hari Senin
tanggal 09 April 2007 jam 19.00 WIB di BBPK
(Bapelkes) Ciloto, Cianjur, penutupan
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 April
2007 jam 12.00 WIB. Sedangkan pembukaan
sekaligus arahan pelatihan Fumigasi oleh
Bapak Dirjen PP & PL Depkes RI pada Hari Senin
tanggal 07 Mei 2007 jam 19.00 WIB di Wisma
Askes, dan penutupannya dilaksanakan di
Pelabuhan Tanjung Priok.
B. Peserta
Jumlah peserta Pelatihan Pengendalian
Vektor di Pelabuhan sebanyak 25 orang
(KKP Kelas I, II dan III) dan peserta
tambahan.
Jumlah peserta Pelatihan Fumigasi yang
hadir sebanyak 35 orang (KKP Kelas I, II dan
III) dan peserta tambahan.
C. Nara Sumber dan Fasilitator
Pelatihan Pengendalian Vektor di Pelabuhan
Bagi Petugas KKP dan Pelatihan Fumigasi ini
didukung oleh narasumber dan fasilitator dari :
1. Pusdiklat PPSDM Depkes RI
2. Ditjen. PP & PL Depkes RI
3. Administrator Pelabuhan Utama Tg. Priok
4. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Tanjung Priok
D. Materi pelatihan
D. 1. Pelatihan Pengendalian Vektor
1. Materi Dasar
a) Tugas Pokok dan Fungsi KKP.
b) Kebijakan Pengendalian vektor dan
binatang penular penyakit di
pelabuhan.
2. Materi Inti
a) Kerangka Program dalam
pengendalian vektor dan binatang
penular penyakit di Pelabuhan.
b) Siklus hidup dan bionomik vektor dan
binatang penular penyakit.
c) Alat dan bahan survei vektor dan
binatang penular penyakit.
d) Identifikasi vektor dan binatang penular
penyakit.
e) Teknik pemberantasan vektor dan
binatang penular penyakit di
pelabuhan.
f) Pestisida dan penanganan keracunan.
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
7
g) Surveilans vektor dan binatang penular
penyakit di pelabuhan.
3. Materi Penunjang
a) Peran Administrator Pelabuhan dalam
upaya pengawasan pengendalian
vektor dan binatang penular penyakit.
b) Membangun Komitmen Belajar (Building
Learning Commitment).
c) Rencana Tindak Lanjut Pengendalian
vektor dan binatang penular penyakit di
pelabuhan.
D. 2. Pelatihan Fumigasi
1. Materi Dasar
a) Tugas Pokok dan Fungsi KKP.
b) Kebijakan Pengendalian vektor dan
binatang penular penyakit di
pelabuhan.
c) Perundangan yang berhubungan dg
fumigasi
2. Materi Inti
a). Tanda-tanda kehidupan tikus serta
identifikasi tikus & pinjal.
b). Sanitasi Kapal.
c). Alat dan teknik fumigasi.
d) Bahan fumigasi dan penanggulangan
keracunan.
e) Methoda pelaporan kegiatan fumigasi.
f) Praktek fumigasi.
3. Materi Penunjang
a). Peran Administrator Pelabuhan
dalam upaya pengawasan kegiatan
fumigasi di pelabuhan.
b). Membangun Komitmen Belajar
(Building Learning Comitment).
c). Rencana Tindak Lanjut pengawasan
kegiatan fumigasi kapal di pelabuhan.
E. M e t o d e
Metode yang dipakai dalam pelatihan
ini yakni ceramah, tanya jawab (diskusi),
praktek lapangan, games, simulasi dan studi
kasus.
PENGOLAHAN DAN ANALISIS HASIL
A. Penilaian terhadap Peserta Pelatihan
Pengendalian Vektor di Pelabuhan,
dengan kategori :
1. Nilai Pre Test, dengan kategori :
a. Amat baik dengan nilai lebih dari 80
sebanyak 4 orang
b. Baik dengan nilai 71 - 80 sebanyak 5
orang
c. Cukup dengan nilai 61 - 70 sebanyak 12
orang
d. Kurang dengan nilai < 60 sebanyak 4
orang
Dengan demikian sebagian besar peserta
tergolong pada kategori Cukup.
2. Nilai Post Test, dengan kategori :
a) Amat baik dengan nilai lebih dari 80
sebanyak 21 orang
b) Baik dengan nilai 71 - 80 sebanyak 3
orang
c) Cukup dengan nilai 61 - 70 sebanyak 1
orang
Dengan demikian sebagian besar peserta
tergolong pada kategori Amat baik.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
8
Untuk lebih jelasnya daftar nilai pre test –
post test para peserta pelatihan
pengendalian vektor di pelabuhan disajikan
pada tabel terbawah :
Nilai antara pre test dan post test, dari
hasil uji statistik dengan menggunakan t Test
before – after pada alfa 0,05 menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara nilai pre test dan nilai post test. Hal
ini berarti bahwa proses pembelajaran ini
telah berhasil meningkatkan kemampuan
peserta dalam bidang pengendalian vektor
di wilayah pelabuhan.
B. Penilaian terhadap Proses Pembelajaran
dalam Pelatihan Pengendalian Vektor di
Pelabuhan :
Peserta diberikan kesempatan untuk menilai
dirinya sendiri dalam proses pembelajaran
selama pelatihan dengan memakai format
evaluasi pada saat akhir pelatihan.
Hasil evaluasi tersebut menunjukan
bahwa :
1. Pengalaman belajar selama pelatihan ini
bermanfaat bagi pengembangan dalam
pelaksanaan pekerjaan :
a. Amat baik (lebih dari 80) sebanyak 20
orang (80%)
b. Baik (71 – 80) sebanyak 5 orang (20%)
Hal ini berarti peserta merasa bahwa
melalui pelatihan ini mereka memperoleh
pengalaman belajar yang sangat
bermanfaat bagi pengembangan guna
pelaksanaan tugasnya sehari – hari
karena isian format pengalaman belajar
para peserta pelatihan tergolong dalam
kategori amat baik dan baik.
2. Kepuasan peserta terhadap
penyelenggaraan proses pembelajaran
pada umumnya, adalah sebagai berikut
:
a. Baik (71 - 80) sebanyak 18 orang (72%)
b. Cukup (61 – 70) sebanyak 7 orang
(28%)
Hal ini berarti peserta latih merasa puas
dengan proses pembelajaran pelatihan
karena sebagian besar kepuasan peserta
terhadap penyelenggaraan proses
pembelajaran pada umumnya tergolong
dalam kategori baik.
C. Penilaian terhadap proses
Penyelenggaraan Akomodasi Pelatihan
Pengendalian Vektor di Pelabuhan.
Peserta diberikan kesempatan untuk
menilai penyelenggaraan akomodasi
dengan cara mengisi format evaluasi pada
saat akhir pelatihan.
Hasil evaluasi, sebagai berikut :
1. Akomodasi ruang kelas, adalah
sebagai berikut :
a. Baik (71 – 80) sebanyak 17 orang
(68%)
b. Cukup (71 – 80) sebanyak 8 orang
(32%)
Hal ini berarti sebagian besar peserta
menyatakan bahwa akomodasi ruang
kelas cukup menunjang dalam proses
pemahaman materi yang diberikan.
2. Akomodasi makanan/minuman, adalah
sebagai berikut :
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
9
a. Baik (71 – 80) sebanyak 21 orang
(84%)
b. Cukup (61 – 70) sebanyak 4 orang
(16%)
Hal ini berarti sebagian besar peserta
menyatakan bahwa akomodasi
makanan/minuman cukup menunjang
dalam pelaksanaan pelatihan.
D. Penilaian terhadap Peserta Pelatihan
Fumigasi :
1. Nilai Pre Test peserta, dengan kategori:
a. Baik dengan nilai 71 - 95 sebanyak 5
orang
b. Cukup dengan nilai 61 - 70 sebanyak
3 orang
c. Sama dengan atau kurang dari nilai
60 sebanyak 28 orang
Dengan demikian sebagian besar
peserta tergolong pada kategori
Kurang.
2. Nilai Post Test peserta, dengan kategori :
a. Amat baik dengan nilai lebih dari
81 sebanyak 20 orang
b. Baik dengan nilai 71 - 80 sebanyak
14 orang
c. Cukup dengan nilai 61 - 70
sebanyak 2 orang
Dengan demikian sebagian besar
peserta tergolong pada kategori
amat baik.
Untuk lebih jelasnya daftar nilai pre test –
post test para peserta pelatihan fumigasi,
disajikan pada tabel terbawah.
Nilai pre test - post test dan dari hasil
uji statistik dengan menggunakan t Test
before – after pada alfa 0,05
menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara nilai pre test dan
nilai post test.
Hal ini berarti proses pembelajaran ini
telah berhasil meningkatkan kemampuan
peserta dalam bidang Fumigasi.
E. Penilaian peserta terhadap Proses
Pembelajaran, dengan kategori :
Peserta diberikan kesempatan untuk
menilai dirinya sendiri dalam proses
pembelajaran selama pelatihan dengan
memakai format evaluasi pada saat akhir
pelatihan.
Hasil evaluasi tersebut menunjukan bahwa :
1. Pengalaman belajar selama pelatihan ini
bermanfaat bagi pengembangan
dalam pelaksanaan pekerjaan :
a. Amat baik (lebih dari 80) sebanyak
30 orang
b. Baik (71 – 80) sebanyak 6 orang
Yang tergolong pada kategori amat
baik sebesar 83,3 %, dan yang tergolong
kategori baik sebesar 16,6 %. Hal ini
berarti peserta merasa bahwa melalui
pelatihan ini mereka memperoleh
pengalaman belajar yang sangat
bermanfaat bagi pengembangan
dalam pelaksanaan tugasnya sehari –
hari karena isian format pengalaman
belajar para peserta pelatihan
tergolong dalam kategori amat baik
dan baik.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
10
2. Kepuasan peserta terhadap
penyelenggaraan proses pembelajaran
pada umumnya
a. Baik (71 - 80) sebanyak 28 orang
b. Cukup (61 – 70) sebanyak 8 orang
Yang tergolong pada kategori baik
sebesar 77,7 %, dan yang tergolong
kategori cukup sebesar 22,2 %. Hal ini
berarti peserta latih merasa puas
dengan proses pembelajaran pelatihan
karena sebagian besar kepuasan
peserta terhadap penyelenggaraan
proses pembelajaran pada umumnya
tergolong dalam kategori baik.
F. Penilaian peserta terhadap
Penyelenggaraan Akomodasi
Peserta diberikan kesempatan untuk
menilai penyelenggaraan akomodasii
dengan cara mengisi format evaluasi pada
saat akhir pelatihan.
Hasil evaluasi tersebut menunjukan bahwa :
1. Akomodasi ruang kelas
a. Baik (71 – 80) sebanyak 27 orang
b. Cukup (71 – 80) sebanyak 9 orang
Dengan demikian yang tergolong pada
kategori baik sebesar 75 %, dan yang
tergolong pada kategori cukup sebesar
25 % . Hal ini berarti sebagian besar
peserta menyatakan bahwa akomodasi
ruang kelas cukup menunjang dalam
pemahaman materi yang diberikan.
2. Akomodasi peserta makanan / minuman
a. Baik (71 – 80) sebanyak 32 orang
b. Cukup (61 – 70) sebanyak 4 orang
Dengan demikian yang tergolong pada
kategori baik sebesar 88,8 %, dan yang
tergolong pada kategori cukup sebesar
11,1 %. Hal ini berarti sebagian besar
peserta menyatakan bahwa akomodasi
makanan/minuman cukup menunjang
dalam pelaksanaan pelatihan.
EVALUASI PASKA PELATIHAN
Evaluasi paska Pelatihan Pengendalian
Vektor di Pelabuhan dan Pelatihan Fumigasi ini
rencananya akan dilaksanakan pada tahun
anggaran 2008 mendatang.
Evaluasi paska pelatihan tersebut
memuat pengetahuan (know ledge),
kesediaan atatu sikap (attitude), tindakan
(psikomotor) petugas dalam melaksanakan
tugas pokok pengendalian vektor di tempat
kerjanya, disamping data umum lain yang
diperlukan. (RBAW)
Pojok Puisi
HARAP DALAM DOA
SURYA KEMILAU DI UFUK TIMUR
MEMBENTANG BINTIK BIAS KEEMASAN
MENUJU CAKRAWALA MENTARI SIANG
MALAM DINGIN TLAH BERGANTI........
YANG LAMAPUN TLAH PERGI T’KAN KEMBALI
KINI BIAS RONA SAGA TERSENYUM INDAH
MANJA PENUH RANUM BAGAI KECUPAN
BAGAI DARA YANG HAUS KASIH ASMARA
PELIPUR LARA DISANJUNG CINTA YANG BIRU
DATANGLAH SEMUA ASA – KU DIBUMI INI
UNTUK HIDUP DENGAN PENUH KEIKLASAN
YANG ABADI HAKIKI TANPA BUSUK NESTAPA
TULISLAH DGN QOLBU KARYAKAN DALAM NYATA
@mgc
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
11
Lampiran hasil pre – post test Pelatihan
Pengendalian Vektor :
NO NAMA PESERTA NILAI
PRE TES
NILAI
POST TES
1 Thamrin, SKM 65 90
2 Arif Rivai, SKM 80 95
3 Beni Mardhani 65 95
4 Sutono 70 90
5 Maryam 70 75
6 M. Ginting, SKM 65 95
7 Wahyu P. A. S. 85 85
8 Moch. Wiryo U. 65 100
9 I W. Muliana 85 85
10 A. Prihatnolo 95 100
11 Fianti Andua 60 75
12 Nurhusnida, SKM 70 90
13 Suryadi 65 90
14 Robert A. J 60 90
15 F a z l i 70 90
16 F. Darsah, SKM 65 80
17 Sitti Ara 60 75
18 S. Nugroho 60 90
19 Saiful B, SKM 70 95
20 Sahibul Fadillah 75 100
21 H. S. Bahrudin 85 95
22 Sulviana Syafri 80 85
23 Umar F, SKM 70 75
24 Nana M, SKM 75 90
25 Guntur A. T 75 100
Lampiran hasil pre – post test Pelatihan
Fumigasi :
NO NAMA NILAI
PRE
TEST
NILAI
POST TEST
1 Nana M, SKM 55 80
2 Sugeng R, SKM 85 100
3 Dr. I N. Putra 25 85
4 Dr. Trio Taufik E. 70 100
5 M. Fajar S. 85 100
6 M. Anas 65 90
7 Rochmat M. 45 75
8 S. Wahyudi, SH 80 95
9 Sulviana Syafri 60 85
10 Ali I. W, SKM, MKM 45 90
11 Syaibani H.S, ST 45 80
12 Agus S, SKM 60 80
13 M. Pujianto 35 75
14 Masnar 40 85
15 Rizal Mayridian 45 80
16 A. Fitriyansyah 50 75
17 D Permasandi 60 80
18 I K. Darmawan 45 90
19 Y. C. Priotomo 55 80
20 Mardiansyah 65 90
21 Rery J, SKM 35 85
22 Hartono, SKM 55 70
23 Mulyo A, SKM 55 90
24 Suprapto, SKM 75 75
25 Sasamoe V. 35 90
26 Sirjon S. 40 65
27 M. R. Abdullah 45 75
28 M. Triandes 70 85
29 J a i l a n i 15 80
30 Dudy Affiandy 60 75
31 Fredrik L. D, SKM 40 100
32 S u n a r n o 40 90
33 Heri Suryanto 30 100
34 K Ramdani 45 80
35 Hugo A. T. M 40 90
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
12
Port Health Office Klang menyelenggarakan
fungsi :
1. Food safety and quality
2. Vector control
3. International health
4. Law enforcement
5. Port sanitation
6. Health promotion
7. Occupational and environmental health
8. Administration
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung
Priok menyelenggarakan fungsi :
1. Pelaksanaan kekarantinaan
2. Pelaksanaan pengamatan penyakit
karantina dan penyakit menular
potensial wabah
3. Pelaksanaan sentral/simpul jejaring
surveilans epidemiologi regional,
nasional sesuai penyakit yang berkaitan
dengan lalulintas internasional.
4. Pelaksanaan fasilitas dan advokasi
kesiapsiagaan dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana
bidang kesehatan, serta kesehatan
matra termasuk
5. penyelenggaraan kesehatan haji.
6. Pelaksanaan fasilitas dan advokasi
kesehatan kerja di lingkungan
pelabuhan/bandara dan Lintas batas
Darat
7. Pelaksanaan pemberiansertifikat
kesehatanobat, makanan, kosmetika
dan alat kesehatan (OMKA) ekspor dan
mengawasi persyaratan dokumen
kesehatan OMKA impor
8. Pelaksanaan pengawasan kesehatan
alat angkut
9. Pelaksanaan pemberian pelayanan
kesehatan terbatas di wilayah kerja
pelabuhan / bandara dan Lintas Batas
Darat
10. Pelaksanaan pengendalian risiko
lingkungan Pelabuhan/Bandara dan
lintas Batas darat
11. Pelaksanaan jaringan informasi dan
teknologi bidang kesehatan
Pelabuhan/Bandara dan lintas darat.
12. Pelaksanaan jejaring kerja dan
kemitraan bidang kesehatan
Pelabuhan/Bandara dan Lintas Batas
Darat
13. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang
kesehatan Pelabuhan / Bandara dan
Lintas Batas Darat
14. Pelaksanaan ketatausahaan dan
kerumahtanggaan KKP
Selanjutnya, marilah kita lihat kenyataan di
lapangan bahwa kita tidak tertinggal jauh.
PORT HEALTH OFFICE OF TANJUNG PRIOK
VS
PORT HEALTH OFFICE OF KLANG MALAYSIA
Kita memiliki 2 KKP Kelas I, salah satunya yakni KKP Kelas I Tanjung Priok
Kita harus yakin bahwa KKP kita tidak kalah dengan Port Health Negara tetangga
Mari kita telusuri keberadaan KKP kita dan Port Health Klang Negara tetangga
(Mungkin, . . . beda yang paling menyolok yakni gaji resmi petugasnya)
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
13
Food safety and quality at Port Klang
Pengamanan makanan di Pelabuhan Tanjung
Priok
1818
Sampling bay
1919Food Sampling At Container
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
14
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
15
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
16
Beberapa foto – foto menarik dari hasil
penyelenggaraan fungsi Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. (RBAW)
Foto Pelatihan Pengendalian Vektor
Foto Pelatihan Fumigasi
PM. Trap 4000 ml (Tanjung Priok)
Pengendalian tikus (Tanjung Priok)
Foto Pengawasan kualitas lingkungan
(Pengukuran kebisingan)
Foto Pengawasan kualitas lingkungan
(Pengukuran debu terendap)
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
17
Foto Pengambilan sampel tanah
Foto pengambilan sampel air reservoir
Foto Pertemuan jejaring kerja dengan
pengelola TPM
etapa luhurnya
budi Sang Tikus
dalam dunia
dongeng dan
dunia nyata. Saat Sang Tikus
berada di dapur, dia
bersedia membantu Si cantik
Cinderela yang sedang
tertindas sampai Si cantik
Cinderela dipersunting
seorang Pangeran tampan
nan kaya raya. Bahkan saat
Sang Tikus sedang
melakukan perjalanan diatas
kapal pesiar, kotorannyapun
mampu membantu para
Sanitarian dan Entomolog saat
imannya menjelang gersang.
Dongeng minor pernah
dikemukakan oleh para empu
pada jaman dahulu kala di
tanah Jawa bahwa Sang tikus
tersebut adalah jilmaan dari
seorang Putra Bangsawan
bernama Raden Mas
norvegicus, Raden Mas diardii
dan Raden Mas musculus.
Putra Bangsawan Jawa
tersebut tidak pernah
menjelma kembali menjadi
manusia, sehingga para
penasehat Raja memberi
nama Ratus norvegicus dan
Ratus diardii (bukan Raden)
serta Mus musculus (bukan
Mas), Marilah kita belajar
mengenali Sang tikus Penolong
tersebut.
B
Mengenali SAHABAT MUNGIL CINDERELA
R. norvegicus, R ratus diardii dan M musculus
Oleh : Titiek Susilorini, BSc, RS, SE, Staf Pengajar pada Akademi Kesehatan Lingkungan Surabaya
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
18
Morfologi Sang Tikus :
Anatomi
JENIS
R.norvegicus R.rattus diardii M. musculus
Berat 150 – 600 gram 80 – 300 gram 10- 21 gram
Kepala & badan Hidung tumpul, badan besar,
pendek 18 – 25 cm
Hidung runcing,
badan kecil, 16 –21
cm
Hidung runcing,
badan kecil, 6 –10 cm
Ekor
Lebih pendek dari kepala +
badan, bagian atas lebih tua
dan warna muda pada
bagian bawahnya dengan
rambut pendek kaku 16- 21
cm
Lebih panjang dari
kepala + badan,
warna tua merata,
tidak berambut, 19 –
25 cm
Sama atau lebih
panjang sedikit dari
kepala + badan , tak
berambut, 7 – 11 cm
Telinga
Relatif kecil, separoh tertutup
bulu, jarang lebih dari 20 – 23
cm
Besar, tegak, tipis dan
tak berambut, 25 – 28
mm
Tegak, besar untuk
ukuran binatang 15
mm/ kurang
Bulu
Bagian punggung abu- abu
kecoklatan, keabu-abuan
pada bagian perut
Abu – abu kecoklatan
sampai kehitaman-
hitaman dibagian
punggung, bagian
perut kemungkinan
putih atau abu – abu,
hitam keabu-abuan
Satu sub species : abu-
abu kecoklatan
bagian perut,
keabuabuan, Lainnya
: keabu-abuan bagian
punggung dan putih
keabu- abuan bagian
perut.
Reproduksi
Sang tikus mencapai umur dewasa sangat cepat, masa kebuntingannya sangat pendek dan
berulang – ulang dengan jumlah anak yang banyak pada setiap kebuntingan
MASA Rattus
Norvegicus
Rattus rattus Mus musculus
Umur dewasa 75 hari 68 hari 42 hari
Masa bunting 22 – 24 hari 20 –22 hari 19 –21 hari
Rata- rata jumlah tikus yg bunting (%) (0,7-34,8) (12,9 – 48,8) (19,8 – 50,5)
Jumlah embrio rata- rata 8,8 6,2 5,8
Per tikus betina (7,9- 9,9) (3,8-7,9) (3,9-7,4)
Adanya kebuntingan 4,32 5,42 7,67
Produksi/betina/tahun 38,0 33,6 44,5
Jumlah penelitian 15 18 11
Kebiasaan dan Habitat
Sang tikus dikenal sebagai binatang
kosmopolitan yaitu menempati hampir di
semua habitat. Habitat dan kebiasaan jenis
tikus yang dekat hubungannya dengan
manusia adalah sebagai berikut :
a. R. norvegicus
Menggali lubang, berenang dan
menyelam, menggigit benda - benda keras
seperti kayu bangunan, alumunium dsb.
Hidup dalam rumah, toko makanan dan
gudang, diluar rumah, kapal, gudang
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
19
bawah tanah, dan saluran dalam
tanah/ riol/got.
R. norvegicus
a. R. ratus diardii
Sangat pandai memanjat, biasanya
disebut sebagai pemanjat yang
ulung, termasuk tali – tali sandar kapal
(inilah dasar dibutuhkan rat guard
pada kapa.
Menggigit benda - benda yang keras.
Hidup di lobang pohon, tanaman
yang menjalar. Hidup dalam rumah
dan kapal, tergantung pada cuaca.
R. diardii
a. M musculus termasuk rodensia pemanjat,
kadang - kadang menggali lobang,
menggigit benda - benda yang keras.
Hidup di dalam dan diluar rumah termasuk
di kapal.
Mus musculus
Kemampuan alat indera dan fisik
Sang tikus termasuk binatang nocturnal,
keluar sarangnya dan aktif pada malam hari untuk
mencari makan (Red : saat membantu Si cantik
Cinderela juga pada saat malam hari). Untuk itu
diperlukan suatu kemampuan yang khusus agar
bebas mencari makanan dan menyelamatkan diri
dari predator (pemangsa) pada suasana gelap.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
20
a.Kemampuan alat indera
1. Mencium
Sang tikus mempunyai daya cium yang
tajam, sebelum aktif / keluar dari
sarangnya ia akan mencium – cium
dengan menggerakkan kepala kekiri dan
kekanan. Mengeluarkan jejak bau
selama orientasi sekitar sarangnya
sebelum ia pergi ke tempat lain.
Urin dan sekresi genital yang memberikan
jejak bau yang selanjutnya akan dideteksi
dan diikuti oleh tikus lainnya.
Bau penting untuk Sang tikus karena dari
bau ini dapat membedakan antara tikus
sefamili atau tikus asing.
Bau juga memberikan tanda akan
bahaya yang telah dialami.
2. Menyentuh
Rasa menyentuh sangat bagus
dikalangan Sang tikus komensal yang
sangat membantu pergerakannya
sepanjang jejak dimalam hari.
Sentuhan badan dan kibasan ekor akan
tetap digunakan selama menjelajah,
kontak dengan lantai, dinding dan
benda lain yang dekat sangat
membantu dalam orientasi dan
kewaspadaan bintang ini terhadap ada
atau tidaknya rintangan di depannya.
3. Mendengar
Sang tikus sangat sensitive terhadap
suara yang mendadak. Disamping itu
Sang tikus dapat mendengar suara ultra.
Sang tikus juga mampu mengirim suara
ultra.
4. Melihat
Mata Sang tikus khusus untuk melihat pada
malam hari dan dapat mendeteksi gerakan
pada jarak lebih dari 10 meter dan dapat
membedakan benda dengan ukuran
berbeda. Sang tikus juga mampu melakukan
perkiraan pada jarak lebih dari 1 meter,
perkiraan yang tepat sebagai usaha untuk
melompat bila diperlukan.
5. Mengecap
Rasa mengecap pada Sang tikus berkembang
sangat baik. Sang tikus juga dapat mendeteksi
dan menolak air minum yang mengandung
senyawa racun, pahit dan air yang
mengandung phenylthiocarbamid 3 ppm.
b. Kemampuan fisik
1. Menggali
R. norvegicus adalah binatang penggali
lubang untuk tempat perlindungan dan
sarangnya.
Kemampuan menggali dapat mencapai 2 – 3
meter tanpa kesulitan.
2. Memanjat
Sang tikus komensal adalah pemanjat yang
ulung. Sang tikus rumah atau kapal yang
bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih
beradaptasi untuk memanjat dibandingkan
dengan tikus roil/got.
Namun demikian, kedua spesies tersebut dapat
memanjat kayu dan bangunan yang
permukaannya kasar. Tikus roil/got dapat
memanjat pipa baik di dalam maupun di luar.
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
21
3. Meloncat dan melompat.
R. norvegicus dewasa dapat meloncat 77
cm lebih (vertical), bahkan tikus got
dapat melompat sejauh 1,2 meter.
Sedangkan pada M. musculus mampu
melompat arah vertical setinggi 25 cm.
4. Menggerogoti
Sang tikus menggerogoti bahan
bangunan / kayu, lembaran alumunium
maupun campuran pasir, kapur dan
semen yang mutunya rendah.
`5. Berenang dan menyelam
R. norvegicus, R. Rattus, M. musculus
adalah perenang yang baik.
Sang tikus adalah perenang dan
penyelam yang ulung, perilaku yang semi
akustik, hidup disaluran air dibawah
tanah, sungai dan areal lain yang basah.
Bantuan Sang Tikus buat Sanitarian dan
Entomolog saat di Kapal :
Tanda - tanda yang menunjukan
kemungkinan adanya kehidupan Sang tikus
1. Bekas Gigitan ( Gnawing )
Bekas gigitan yang ditinggalkan Sang
tikus pada benda-benda yang terbuat
dari kayu atau kain, biasanya dapat
dilihat pada pintu, jendela, yang terbuat
dari kayu, kain - kain bekas.
2. Alur Jalan ( Run Way )
Salah satu kebiasaan Sang tikus adalah
memakai jalan yang sama (jalan antara
sarang dengan tempat mencari makan)
dan biasanya berjalan searah dengan
dinding (vertikal maupun horizontal),
bekas jalan (run way) tikus umumnya kotor dan
berminyak, pada umumnya tikus jarang
menyeberang ruangan.
3. Bekas Gesekan (Rub Mark)
Segala yang bergesekan dengan Sang tikus
selalu kotor dan berminyak
4. Lubang Terowongan (Burrows)
Biasanya Sang tikus membuat lubang yang
akan digunakan sebagai jalan masuk ke dalam
tanah, baik dalam tanah terbuka, atau di
dekat bangunan -bangunan, gudang -
gudang, dll, salah satu yang paling sering
membuat terowongan dan lubang adalah
Norwey rat.
5. Kotoran (Dropping)
Kotoran Sang tikus dapat dikena karena
mempunyai tanda - tanda sebagai berikut:
- Untuk kotoran baru, bentuk lembek,
mengkilap dan pada umumnya berwarna
gelap.
- Untuk kotoran yang sudah lama, bersifat
keras, kering, dan umumnya berwarna abu -
abu.
6. Bekas telapak (Trak Path)
Bekas telapak kaki Sang tikus dapat dilihat
dengan jelas, kaki belakang mempunyai 5 jari
kaki, sedangkan kaki depan mempunyai 4 jari
kaki. Jejak kaki belakang lebih nampak dari
pada kaki depan sedangkan ibu jari tidak
nampak.
7. Suara (Voice)
Jika terdapat banyak tikus, akan terdengar
mereka berlari - lari terutama pada saat
berada diatas rumah atau dikala hari
menjelang gelap pada saat mereka sedang
mencari makan di dalam rumah ataupun di
kapal.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
22
8. Tikus Hidup dan Tikus mati (Life and Death
rat )
Di dalam ruangan rumah ataupun di
dalam kapal, kadang kala ditemukan
Sang tikus yang telah mati sedangkan
Sang tikus hidup akan berlarian untuk
kelangsungan hidupnya. Dengan
ditemukannya Sang tikus mati atau hidup
menunjukan bahwa di dalam rumah atau
kapal tersebut terdapat tikus.
9. Sarang (Nest)
Sarang Sang tikus terletak di dalam
lubang, dinding, pohon -pohon, dan
tanaman - tanaman yang lainnya.
Ektoparasit
Ektoparasit yang ditemukan
menginfestasi Sang tikus terdiri dari pinjal,
kutu, caplak dan tungau.
1. Pinjal
Pinjal adalah serangga dari ordo
Siphonaptera berukuran kecil (antara 1,5 –
4 mm), berbentuk pipih dibagian samping
(dorso lateral). Kepala – dada - perut
terpisah secara jelas. Pinjal tidak bersayap,
berkaki panjang terutama kaki belakang,
bergerak aktif di antara rambut inang dan
dapat melomcat. Serangga ini berwarna
coklat muda dan tua, ditemukan hampir di
seluruh tubuh inang yang ditumbuhi
rambut. Pinjal dewasa bersifat parasitic
sedang pradewasanya hidup di sarang,
tempat berlindung atau tempat – tempat
yang sering dikunjungi tikus.
2. Kutu
Kutu adalah serangga dari ordo Anoplura yang
selama hidupnya menempel pada rambut
inang. Tubuh kutu terbagai 3 bagian yaitu kepala
– dada - perut, berukuran 0,5 mm – 1 mm. Kutu
pipih dibangian perut (dorso ventral) dan kepala
lebih sempit daripada dada, tidak bersayap dan
di ujung kaki – kakinya terdapat kuku besar untuk
bergantung pada rambut inang, bergerak
lambat, berwarna putih dan umumnya
ditemukan menempel pada rambut punggung
dan perut.
3. Caplak
Caplak adalah sejenis kutu hewan yang
termasuk ke dalam kelompok laba - laba
(Arachnida).
Caplak dibedakan dari serangga (insekta)
karena kepala – dada - perut jadi satu menjadi
bentuk yang terlihat sebagai badannya.
Caplak dibedakan atas 2 keluarga (familia) yaitu
Argasidae (caplak lunak) dan Ixodidae (caplak
keras). Pada caplak keras dibagian depan
(anterior) terlihat ada semacam kepala yang
sebenarnya adalah bagian dari mulutnya
(capitulum), sedangkan pada caplak lunak
bagian mulutnya tidak terlihat dari arah
punggung.
4. Tungau
Tungau adalah Arthropoda yang telah
mengalami modifikasi pada anatominya. Kepala
– dada - perut bersatu. Ukuran badan 05 mm – 2
mm, termasuk ordo Acariformes, familia
Trombiculidae.
Tungau aktif bergerak dan berwarna putih
kekuningan atau kecoklatan. Banyak ditemukan
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
23
diseluruh tubuh Sang tikus terutama pada
badan bagian atas dan bawah. Larva
tungau merupakan tahap pradewasa dari
tungau trombikulid. Larva tungau
berukuran tidak lebih dari 0,5 mm, berkaki
tiga pasang, bergerak pasif, menempel
berkelompok dibagian dalam telinga atau
pangkal ekor Sang tikus.
Larva tungau trombikulid bersifat parasitic
sedang tungau dewasa bebas.
Pencegahan
Pencegahan keberadaan Sang tikus
di rumah atau di Kapal dilakukan dengan rat
proofing dan sanitasi lingkungan. Yang
ramah lingkungan adalah pencegahan
berdasarkan sanitasi lingkungan karena
menyangkut penyimpanan bahan makanan,
sisa makanan dan pembuangan limbah
makanan. Penyehatan lingkungan di dalam
ruang kapal ataupun bangunan rumah yaitu
dengan menutup rapat ruangan dengan
bahan yang tidak mudah dirusak.
Tindakan kejam bagi Sang tikus
9. Pemasangan perangkap
Perangkap dipasang dilantai pada lokasi
ditemukannya tanda - tanda keberadaan
Sang tikus.
Sebaiknya ruangan dengan luas sampai
dengan 10 m3 dipasang satu perangkap dan
kelipatannya di tambah satu perangkap.
Perangkap yang belum berisi tikus dibiarkan
sampai tiga malam untuk memberi
kesempatan pada Sang tikus.
Perangkap bekas yang terisi Sang tikus, harus
dicuci dengan air, sabun dan dikeringkan
segera. Pemasangan perangkap dalam upaya
pemberantasan ini dilakukan selama tiga hari
berturut - turut.
10. Pemberantasan tikus secara kimiawi dilakukan
dengan menggunakan umpan beracun yang
hanya dianjurkan digunakan pada area yang
tidak dapat dicapai oleh hewan domestik dan
anak-anak. Pengendalian tikus dengan umpan
beracun sebaiknya sebagai pilihan terakhir.
11. Pemberantasan dengan cara fumigasi.
Beberapa penyakit bersumber tikus
Sang tikus merupakan reservoir dari berbagai agen penyakit seperti virus, ricketsia, bakteri,
protozoa dan cacing yang dapat ditularkan kepada manusia secara langsung, melalui feses, urin
dan ludah atau gigitan Sang tikus dan secara tiding langsung melalui gigitan pinjal (ektoparasit
Sang tikus) sepert kutu, pinjal, caplak, tungau.
Marilah kita cermati beberapa penyakit bersumber Sang Tikus :
Penyakit Penyebab penyakit Vektor Cara Penularan
Pes Bakteri Yersinia Pinjal Melalui gigitan
Murine typhus Rickettsia mooser Pinjal Melalui sisa hancuran
tubuh pinjal terinfeksi
lewar luka akibat
garukan
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
24
Scrub tyohus Rickettsia tsutsugamushi Tungau
trombikulid
Melalui gigitan tungau
Lanjutan …..
Penyakit Penyebab penyakit Vektor Cara Penularan
Spotted fever group rickettsiae Rickettsia conorii Caplak Melalui gigitan caplak
Spotted fever group rickettsiae Rickettsia conorii Caplak Melalui gigitan caplak
Leptospirosis Bakteri Leptospira - Melalui selaput lendir
atau luka dikulit bila
terpapar oleh air yang
tercemar dengan urin
tikus.
Salmonelosis Salmonella - Melalui gigitan tikus
atau pencemaran
makanan
Demam gigitan tikus Bakteri Spirillum atau
Streptobacillus
- Melalui luka gigitan
tikus
Trichinosis Cacing Trichinella spiralis - Tidak langsung dengan
cara memakan hewan
pemakan tikus
Angiostongiliasis Cacing Angiostrongilus - Dengan cara
memakan sejenis
keong yang menjadi
inang perantara
penyakit ini.
Demam berdarah Kore Virus hantavirus
(Hantavirus)
- Melalui udara yang
tercemar feses, urin
atau ludah tikus yang
infektif
Foto kasus Pes
SISTEM KEGAWATDARURATAN PADA BENCANA
dr. Endrianan Svieta Lubis
encana talah menjadi bagian dari perjalanan dunia.
Banyak kerugian yang timbul karena bencana,
materi hingga nyawa. Bahkan pada sebagian
korban, bencana telah mengubur
masa depan. Bencana juga
merenggut paksa nyawa orang-
orang tercinta.
Bencana diklasifikasi menjadi dua
jenis yaitu bencana alam dan B
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
25
bencana teknologi. Sebagian besar adalah bencana alam.
Karakteristik bencana terbagi atas : alami (bencana alam),
perilaku sosial (terorisme), dan teknologi (penyalahgunaan
teknologi).
Faktor risiko bencana adalah kurangnya kesadaran
penduduk, kondisi sosial politik yang labil, jumlah penduduk,
perencanaan masyarakat miskin kota, pergantian cuaca
dan kerusakan lingkungan hidup serta penyalahgunaan
teknologi.
Prof. Dr. Pedro Arcos Gonzales, dalam diskusi di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, mensinyalir kematian 1 dari
25 orang di dunia disebabkan bencana alam. Ia
mengingatkan, mempelajari bencana alam sangat penting
demi keselamatan umum terutama aspek kesehatan.
Sebanyak 85 % bencana menimbulkan kematian selama
satu dekade terakhir dan hanya 14% sebagai akibat dari
bencana teknologi yang terdiri atas industri dan transportasi.
Satu dari dua orang meninggal akibat kekeringan dan
kelaparan. Bencana kelaparan dan kekeringan merenggut
nyawa lebih banyak, yakni 3 kali lipat dari gempa bumi.
Sekitar 75% angka kematian akibat bencana terdapat di
Asia. Karena itu bencana sangat berdampak kuat dari sisi
ekonomi di negara berpenghasilan rendah, misalnya Asia,
Afrika dan Amerika latin. Di Asia, akibatnya dapat lebih
berat, karena tiga seperlima penduduk dunia berada di Asis
dan sepertiga luas daratan dunia adalah Asia. Wajar bila
Asia menduduki urutan pertama dalam jumlah korban
kematian akibat bencana alam.
Jumlah korban meninggal secara keseluruhan menurun
walaupun jumlah bencana bertambah. Hal itu terjadi karena
semakin baiknya sistem pencegahan dan sarana perbaikan
kesehatan.
Meski demikian, masih terus dibutuhkan inisiatif yang penting
semacam strategi internasional untuk mencegah bencana
atau dalam bentuk strategi global.
Bencana, apapun bentuknya, mempengaruhi produksi
makanan dan keamanan nutrisi, mengganggu sistem sanitasi
dan program kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental
dan perilaku penduduk.
Dalam situasi bencana, terjadi keadaan yang tidak
seimbang antara masalah dan penanganannya. Karena itu
dibutuhkan koordinasi yang baik antar pihak-pihak yang
berkepentingan. Masyarakat harus
dipersiapkan untuk menghadappi
bencana.
Menurut Dr. Carlos Martinez
Monzon, ada tiga hal yang sangat
menentukan dalam penanganan
bencana, yaitu alat kesehatan,
kemampuan SDM, dan kapasitas
rumah sakit. Dalam hal ini sistem
kegawatdaruratan (emergency)
meliputi peralatan dan potensi
manusia yang terkoordinir seperti
tenaga medis, ambulans dan
helikopter. Semua itu dipindahkan
ke daerah bencana.
Ada dua model sistem
kegawatdaruratan yang dikenal
yaiu model Eropa, dimana dokter
dan perawat dalam satu sistem
kegawatdaruratan. Model
Amerika sudah menyertakan
teknisi di dalamnya.
Sebuah sistem kegawatdaruratan
yang baik diyakini akan
menurunkan angka kematian
sebesar 15%. Salah satu langkah
yang dpaat ditempuh adalah
membangun komunikasi yang
baik dengan pusat koordinasi.
Selain itu perlindungan dan
pemberian keamanan kepada
korban bencana juga sangat
penting. Tidak hanya fisik, tetapi
juga psikologis.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
26
Proses evakuasi dilakukan untuk memudahkan pekerjaan tim
medis. Bagian utama dari sistem medis adalah perilaku dan
alat. Keduanya harus saling melengkapi dan mendukung
satu sama lain.
(Disadur dari Dokter Kita, Agustus
2007)
KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BIDANG UPAYA KESEHATAN PELABUHAN,KKP KELAS I TANJUNG PRIOK
oleh : dr. I Nyoman Putra
Pelabuhan Tanjung priok merupakan salah satu pintu gerbang masuk negara, tempat berbagai kegiatan
ekonomi dan merupakan factor resiko terjadinya berbagai macam gangguan kesehatan. Perkembangan
kegiatan ekonomi dan teknologi selain membawa manfaat terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia
juga mempunyai dampak negative terhadap masyarakat, dalam hal ini d bidang kesehatan.
ntuk mengantisipasi dampak yang
kurang menguntungkan tersebut
diperlukan keperdulian dari berbagai
pihak baik swasta maupun pemerintah. Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Tanjung
Priok merupakan salah satu instansi pemerintah
yang berperan dalam penanganan berbagai
dampak negative yang timbul tehadap
kesehatan, terutama di wilayah pelabuhan.
Agar masyarakat wilayah Pelabuhan Tanjung
Priok mendapat pelayanan yang optimal, KKP
Kelas I Tanjung Priok harus didukung oleh
sumber daya manusia yang handal dan terlatih
dalam menjalankan tugasnya. Dalam rangka
meningkatkan kemampuan petugas
pelabuhan pada umumnya dan petugas KKP
Kelas I Tanjung Priok pada khususnya, maka
perlu diperlukan pelatihan-pelatihan khusus
bagi para petugas tersebut. Oleh karena itu,
salah satu tugas pokok dan fungsi dari KKP
sesuai Kepmenkes nomor
265/MENKES/SK/III/2004 adalah
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
yang berkaitan dengan masalah kesehatan.
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut
maka bidang Upaya Kesehatan Pelabuhan
(UKP) KKP Kelas I Tanjung Priok Kelas I Tanjung
Priok pada tahun 2007 ini menyelenggarakan
pelatihan-pelatihan yang terdiri dari Pelatihan
Kegawatdaruratan Medik (bagi petugas KKP
Kelas I Tanjung Priok ), Pelatihan Pencegahan
dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan Pelatihan Kesehatan Matra Pada
Situasi Khusus.
I. Pelatihan Kegawatdaruratan Medik (Bagi
Petugas KKP Kelas I Tanjung Priok )
Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 16
Maret 2007 di Cisarua, Bogor. Pelatihan diikuti
oleh 30 orang pegawai KKP Kelas I Tanjung
Priok.
Materi yang disampaikan adalah :
1. Kebijakan dan strategi nasional
kesehatan penanganan
kegawatdaruratan akibat bencana
2. Standar penanganan kegawatdaruratan
akibat bencana
3. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
U
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
27
4. Penanganan korban keracunan
5. Pengamanan korban luka dan
perdarahan
6. Penanganan korban luka baker
7. Penanganan korban tenggelam
8. Triase dan evakuasi
9. Penanganan korban cedera
10. Desinfeksi dalam penanggulangan
masalah akibat bencana
11. Surveilens epidemiologi bencana
kesehatan
Narasumber pada pelatihan ini berasal dari :
1) Pusat Penanggulangan Krisis, Depkes RI
2) Sub. Dit. Matra Ditjen PP & PL
3) Sudin Yankes Jakarta Utara
4) KKP Kelas I Tanjung Priok
II. Pelatihan Pencegahan dan
Penanggulangan Infeksi Menular Seksual
(IMS)
Pelatihan Penanganan dan Penanggulangan
IMS dilaksanakan pada tanggal 22 s/d 26 mei
2007 di Hotel Grafika Mas, Cisarua – Bogor.
Diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari :
A. Pegawai KKP = 23 orang
B. Stake holder = 7 orang
Materi yang disampaikan pada pelatihan ini
adalah :
1. Kebijakan penanggulangan IMS &
HIV/AIDS di Indonesia
2. Epidemiologi IMS & HIV/AIDS di Jakarta
Utara
3. Tupoksi KKP Kelas I Tanjung Priok
4. Informasi dasar IMS & HIV/AIDS
5. Seksualitas & Kesehatan Seksualitas
6. VCT (Voluntary Counseling Test)
7. Universal Precaution
8. Klinik IMS
9. Pengenalan IMS dengan pendekatan
sindrom
10. Penatalaksanaan Mitra Seksual
11. Konseling
12. Surveilence epidemiologi IMS & HIV/AIDS
Narasumber berasal dari :
1) Sub Dit. HIV/AIDS Direktorat Jenderal PP &
PL
2) Sudin Kesmas Jakarta Utara
3) Pokja HIV-AIDS RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso
4) KKP Kelas I Tanjung Priok
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
28
III. Pelatihan Kesehatan Matra Pada Situasi
Khusus
Pelatihan Kesehatan Matra Pada Situasi Khusus
dilaksanakan di Bapelkes Ciloto, tanggal 18 s/d
20 Juni 2007. Pelatihan diikuti oleh 30 peserta,
terdiri dari :
A. Petugas KKP = 22 orang
B. Stake Holder = 8 orang
Materi yang disampaikan adalah :
1. Kebijakan dan Strategi Nasional
Kesehatan matra pada Situasi Khusus
2. Peran ADPEL dalam penanggulangan
Kesehatan Matra pada situasi khusus di
Pelabuhan
3. Tupoksi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas I Tanjung Priok
4. Rapid Health Assesment pada situasi
khusus di Pelabuhan
5. Sanitasi darurat dalam kesehatan situasi
khusus di Pelabuhan
6. Emergency Medical Response
7. Penanggulangan penderita gawat
darurat dalam situasi khusus di
pelabuhan
8. Penyelidikan dan penanggulangan KLB
pada situasi khusus di Pelabuhan
9. Mobilisasi sumber daya
10. Jejaring Kerja dan informasi kesehatan
pada situasi khusus di Pelabuhan
11. Contigency Plan
12. Gladi situasi khusus di Pelabuhan
Narasumber berasal dari :
1) Sub. Dit. Matra PP & PL
2) Sub. Dit. Surveilans Epidemiologi PP & PL
3) ADPEL Utama Tanjung Priok
4) Seksi Gadar Sudin Yankes Jakarta Utara
PELAYANAN KESEHATAN TERBATAS
BIDANG UPAYA KESEHATAN PELABUHAN DI WILAYAH KERJA PELABUHAN MARUNDA
(LAPORAN PROGRAM KERJA)
Oleh : dr. Santi Kartikasari
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
29
Dalam rangka melaksanakan tupiksi Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Tanjung
Priok, Bidang Upaya Kesehatan Pelabuhan
(UKP) pada tanggal 23 sampai dengan 25 Juli
2007 melaksanakan program kegiatan
pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja
Marunda, tepatnya di kampong legendaries
Betawi Si Pitung, yang letak geografisnya
dikelilingi oleh laut dangkal sehingga petugas
yang melaksanakan tugas kesana memerlukan
transportasi perahu dayung dengan jarak
tempuh sekitar 15 menit untuk mencapai lokasi.
Warga sangat antusias menyambut program
UKP tersebut, mengingat di wilayah tersebut
jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Tidak
sedikit dari warga yang berobat sudah
menderita sakit lebih dari seminggu.Layanan
kesehatan yang rutin di wilayah tersebut
adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
yang dilaksanakan kader Puskesmas setiap
sebulan sekali.
Kegiatan tersebut juga merupakan salah satu
upaya UKP dalam rangka deteksi dini penyakit
menular yang ada di wilayah kerja KKP Kelas I
Tanjung Priok, pada umumnya, dan di Wilayah
kerja Pelabuhan Marunda, pada khususnya.
Dengan program ini diharapkan didapat
gambaran penyakit yang diderita warga di
sekitar pelabuhan dan data yang di dapat
dapat membantu dalam pengendalian
penyakit menular.
Hasil kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah Kunjungan Pada ScreeningKesehatan
Di Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda
KKP Kelas I Tanjung Priok, Tgl. 23 s/d25 Juli 2007
UMUR JUMLAH PROPORSI
0 - 1 TH 4 4%
1 - 5 TH 8 8%
5 - 15 TH 20 20%
> 15 TH 68 68%
TOTAL 100 100%
Grafik 1
Tabel 2
10 Besar Kasus Yang Ditemukan Pada Screening
Kesehatan Di Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda
KKP Kelas I Tanjung Priok, Tgl. 23 S/D25 Juli 2007
NO KASUS JUMLAH
1 ISPA 27
2 Cephalgia 12
3 Myalgia 11
4 Hipertensi 8
5 Dermatitis 8
6 Gastritis 6
7 Reumatik 5
8 Dispepsia 4
9 Caries 3
10 Fatique 2
11 Lain-lain 14
Jumlah 100
Grafik 2
Tabel 3
Kasus Penyakit Menular Yang Ditemukan Pada
Screening Kesehatan
Di Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda
KKP Kelas I Tanjung Priok Tanggal 23 s/d 25 Juli 2007
NO Kasus Umur (tahun) ∑ Jumlah Kunjungan Pada Screening di Wilayah Kerja Marunda
KKP Kelas I Tanjung Priok, Tanggal 23 s/d 25 Juli 20074%
8%
20%
68%
0 - 1 TH
1 - 5 TH
5 - 15 TH
> 15 TH
10 Besar Kasus Yang Ditemukan Pada Screening di
Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda KKP Kelas I
Tanjung Priok, Tanggal 23 s/d 25 Juli 2007
32%
14%
13%
9%
9%
7%
6%5%
3% 2% ISPA
Cephalgia
Myalgia
Hipertensi
Dermatitis
Gastritis
Reumatik
Dispepsia
Caries
Fatique
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
30
0 - 4 5 - 15 > 15
1 ISPA 9 5 13 27
2 Dermatitis 0 5 3 8
3 Conjungtivitis 0 1 0 1
4 Candidiasis 0 0 1 1
5 Herpes Labialis 0 0 1 1
Jumlah 9 11 18 38
Grafik 3
Penyakit Menular Yang Ditemukan Pada
Screening Kesehatan di Wilayah Kerja Pelabuhan
Marunda KKP Kelas I Tanjung Priok, Tanggal 23
s/d 25 Juli 2007
90 0 0 0
5 5 1 0 0
13
3 0 1 1
27
81 1 1
0
10
20
30
ISPA Dermatitis Conjungtivitis Candidiasis Herpes
LabialisKasus
Ju
mla
h
0 - 4 TH 5 - 15 TH> 15 TH
Tabel 4
Kasus Penyakit Tidak Menular Yang Ditemukan
Pada Screening Kesehatan
Di Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda
KKP Kelas I Tanjung Priok, Tgl. 23 s/d 25 Juli 2007
No Kasus Umur(tahun) ∑
0 - 4 5 - 15 > 15
1 Cephalgia 0 0 12 12
2 Myalgia 0 0 11 11
3 Hipertensi 0 0 9 9
4 Gastritis 0 2 4 6
5 Reumatik 0 0 5 5
6 Dispepsia 0 3 1 4
7 Caries 1 2 0 3
8 Fatique 0 0 2 2
9 Hipotensi 0 0 2 2
10 GE 1 1 0 2
11 DM 0 0 1 1
12 Urtikaria 0 1 0 1
13 Pioderma 0 0 1 1
14 Defisiensi Gizi 1 0 0 1
15 Obs. Katarak 0 0 1 1
16 Hematum 0 0 1 1
Jumlah 3 9 50 62
Grafik 4
EXECUTIVE SUMMARY
PENYELENGGARAAN PELATIHAN CEGAH TANGKAL DALAM PENANGGULANGAN DAN
PENANGANAN AVIAN INFLUENZA DI PELABUHAN
BAGI PETUGAS KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
BPTKM PASTEUR, BANDUNG, JAWA BARAT, 1 S/D 5 MEI 2007
I. PENDAHULUAN
Flu burung atau yang lebih dikenal dengan nama Avian Influenza penyakit saluran pernafasan
yang disebabkan oleh salah satu subtipe dari virus Influenza A. Sejak tahun 1889 telah terjadi
beberapa kali pandemi yaitu H2N2, H3N8, H1N1 dan H3N2. Pada 1997 terjadi wabah Avian
Penyakit Tidak Menular Yang Ditemukan Pada Screening Kesehatan di
Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda
KKP Kelas I Tanjung Priok, Tanggal 23 s/d 25 Juli 2007
0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 00 0 0 2 03 2 0 0 1 0 1 0 0 0 0
12 11 9
4 51 0 2 2 0 1 0 1 0 1 1
12 11 96 5 4 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1
0
5
10
15
Cepha
lgia
Myalgi
a
Hiperte
nsi
Gastrit
is
Reumati
k
Dispep
sia
Caries
Fatiq
ue
Hipoten
si GEDM
Urtikari
a
Pioder
ma
Defisie
nsi G
izi
Obs. K
atara
k
Hematu
m
Kasus
Ju
mlah
0 - 4 TH 5 - 15 TH > 15 TH JUMLAH
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
31
Influenza H5N1 pada manusia pertama kali dilaporkan di Hongkong, dari tahun 2003 sampai
Maret 2006 terjadi di beberapa negara seperti Thailand, Vietnam, Kamboja, China Turki dan Irak
termasuk,Indonesia
Avian Influenza saat ini telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia
dan juga di dunia Internasional, karena AI
selain menyerang hewan ternyata juga
menyerang manusia.Sampai saat ini kasus terus
bertambah baik pada binatang maupun pada
manusia. Penambahan jumlah kasus inilah yang
menjadi kekhawatiran dunia karena virus
Influenza tersebut mampu untuk bermutasi atau
reassortment ( menyatunya virus Avian Influenza
dengan virus Influenza pada manusia atau
babi) dapat menghasilkan subtipe virus baru
yang dapat menimbulkan pandemi Influenza.
WHO memperkirakan bahwa pandemi
Influenza akan terjadi hanya waktunya kapan
belum dapat dipastikan.
Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) sebagai garda terdepan dalam upaya
cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit
menular potensial wabah sangat berisko untuk
terkena penyakit Avian Influenza. Disisi lain
petugas KKP juga dituntut untuk selalu tanggap
dan cepat dalam memberikan pelayanan
kepada pengguna jasa. Untuk itu sikap
provesionalisme dalam melaksanakan cegah
tangkal terhadap penyakit harus menjadi
bagian dalam pelaksanaan tugas, karena
upaya cegah tangkal tidak akan berhasil
dengan baik bila tidak didukung oleh
kemampuan dan kompetensi petugas yang
memadai.
Menyadari akan tantangan ke depan
dan kelemahan yang dimiliki saat ini, melalui
Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Tanjung Priok No : DL.01.03.5.81.328 tanggal 28
Februari 2007 tentang Pembentukan Panitia
Pelatihan Surveilans Epidemiologi Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok,
telah diselenggarakan Pelatihan Cegah
Tangkal Dalam Penanggulangan Dan
Penanganan Avian Influenza Di Pelabuhan Bagi
Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Tanjung Priok, tanggal 1 s/d 5 Mei 2007 di BPTKM
Depkes, Bandung, Jawa Barat. Pelatihan
tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan
petugas yang handal, professional dan peka
terhadap perubahan yang ada sebagai
pelaksana Cegah Tangkal Dalam
Penanggulangan Dan Penanganan Avian
Influenza Di Pelabuhan
.
II. TUJUAN
Tujuan dari pelatihan ini adalah
diperolehnya peningkatan pemahaman
pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan
petugas KKP dalam melakukan cegah tangkal
dan penaganan penyakit avian influenza di
pelabuhan
III. PESERTA
Kriteria peserta pelatihan yaitu
1. Pendidikan minimal SLTA / sederajat
2. Diutamakan tenaga teknis lapangan
3. Usia peserta maksimal 50 tahun
Jumlah peserta pelatihan : 30 orang, dengan
rincian sebagai berikut :
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
32
1. Dokter : 2 orang
2. Perawat : 8 orang
3. Epidemiolog : 7 orang
4. Sanitarian : 6 orang
5. Entomolog : 4 orang
6. Sopir : 3 orang
IV. MATERI PELATIHAN
1. Materi Dasar
a. Peran KKP dalam cegah tangkal
penanggulangan dan penanganan AI di
pelabuhan
b. Peran Adpel dalam penanganan dan
penanggulangan Faktor risiko Avian
Influenza di kapal dan di Pelabuhan
2. Materi Inti
a. Penyakit Avian Influenza
b. Surveilans epidemiologi penyakit avian
influenza integrasi
c. Faktor risiko AI di kapal dan di pelabuhan
d. Penanganan dan penanggulangan
faktor risiko Avian Influenza di Pelabuhan
e. Penggunaan APD Avian Influenza
f. Tata laksana kasus dan pertolangan
pertama kasus AI di kapal
g. Sistem rujukan kasus AI di pelabuhan
h. Penanggulangan dan penanganan
kasus avian inluenza di kapal dan di
pelabuhan
3. Materi Penunjang
a. Building Learning Comitment (BLC)
b. Rencana Tindak Lanjut Penyelenggaraan
Cegah Tangkal Dalam Penanggulangan
Dan Penanganan Avian Influenza Di
Pelabuhan pada Kantor Kesehatan
Pelabuhan
V. NARA SUMBER / PENGAJAR / FASILITATOR
a. Ditjen PP & PL Depkes
b. Administrator Utama Pelabuhan Tanjung
Priok
c. Badan PSDM Kesehatan Depkes
d. Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR.
Sulianti Saroso
e. KKP Kelas I Tanjung Priok
VI. MEKANISME PELATIHAN
Metodologi atau mekanisme dalam
penyelenggaraan pelatihan ini dilaksanakan
dengan cara :
1. Penjelasan materi
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Exercise
5. Penugasan
6. Game
7. Studi kasus
8. Simulasi
9. Praktek
VII. WAKTU DAN TEMPAT
Pelatihan ini dilaksanakan di Balai
Pelatihan Tenaga Kesehatan Masyarakat
Depkes Pasteur Bandung, Jawa Barat dari
tanggal 1 s/d 5 Mei 2007
VIII. PEMBIAYAAN
Biaya pelaksanaan kegiatan pelatihan
cegah tangkal dalam penanggulangan dan
penanganan avian influenza di pelabuhan bagi
petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan
dibebankan kepada DIPA KKP Kelas I Tanjung
Priok Tahun Anggaran 2007
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
33
IX. HASIL PENYELENGGARAAN PELATIHAN
Hasil dari penyelenggaraan pelatihan ini
sebagai berikut :
1. Jumlah peserta latih sebanyak 30 (tiga
puluh) peserta
2. Nara sumber / pengajar / fasilitator
memberikan materi sesuai yang telah
direncanakan pada jadwal pelatihan
3. Hasil Pre Test dari 30 (tiga puluh) peserta,
rentang nilainya yaitu nilai terendah 25
dan nilai tertinggi 85 dengan nilai rata-
rata 56,33
4. Hasil Post Tes dari 30 (tiga puluh) peserta,
rentang nilainya yaitu nilai terendah 60
dan nilai tertinggi 100 dengan nilai rata-
rata 72,26
5. Hasil evaluasi nara sumber / pengajar
rentang nilainya yaitu nilai
terendah.75,4 dan tertinggi 82,3 serta
nilai rata-ratanya 75,85 dengan
prediksi baik sekali.
6. Hasil evaluasi penyelenggaraan
pelatihan, dengan variabel penilaian
yaitu tempat penyelenggaraan,
konsumsi pelatihan dan pelayanan
panitia terhadap peserta, rentang
nilainya yaitu nilai terendah 69,7 dan
nilai tertinggi 78,8 serta nilai rata-rata
74,2 dengan prediksi baik.
X. KESIMPULAN
Dari hasil penyelenggaraan pelatihan
tersebut di atas maka dapat disimpulkan hal-
hal sebagai berikut :
1. Peserta pelatihan yang hadir 100%
2. Dari hasil pre test dan post test yang
diperoleh peserta pelatihan, yaitu dari
predikat kurang menjadi predikat baik
sekali. Hasil tersebut kiranya telah sesuai
apa yang diharapkan seperti pada tujuan
pelatihan
3. Nara sumber / pengajar yang telah
memberikan materi sesuai dengan bidang
dan profesinya, sehingga peserta
pelatihan antusias untuk mengikuti
pelatihan
4. Penyelenggaraan pelatihan cegah
tangkal dalam penanggulangan dan
penanganan avian influenza di pelabuhan
bagi petugas Kantor Kesehatan
Pelabuhan berjalan dengan baik dan
sebagaimana mestinya
5. Terciptanya persamaan persepsi dalam
melaksanakan program cegah tangkal
dalam penanggulangan dan
penanganan avian influenza di lingkungan
pelabuhan
6. Meningkatkan kesigapan para petugas
Kantor Kesehatan Pelabuhan dalam
melaksanakan program cegah tangkal
penanggulangan dan penanganan AI di
pelabuhan.
7. Keuntungan dan hambatan pelatihan :
a. Keuntungan :
- Meningkatkan pemahaman
pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan petugas Kantor
Kesehatan Pelabuhan
- Terampil dan sigap dalam melakukan
penanggulangan dan penanganan
avian influenza di pelabuhan.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
34
- Mampu melaksanakan tugas
penanggulangan dan penanganan
avian influenza di pelabuhandengan
benar sesuai prosedur
b. Hambatan :
- Latar belakang pendidikan peserta
pelatihan yang sangat bervariatif.
- Belum pernah terpapar dengan
kasus yang sebenarnya, sehingga
pemahaman dalam proses belajar
kurang optimal
- Alokasi dana untuk
penyelenggaraan program cegah
tangkal penanggulangan penyakit
masih terbatas
XI. SARAN REKOMENDASI
1. Perlu disusun rencana tindak lanjut untuk
penyelenggaraan cegah tangkal dalam
penanggulangan dan penanganan AI
secara konprehensif di lingkungan KKP
dan melibatkan stake holder terkait.
2. Perlu diselenggarakan pelatihan/simulasi
penanggulangan dan penanganan
penyakit dengan lintas sektor.
Bandung, Mei 2007
Ketua Penyelenggara
TTD
Sogir Haratua Siregar, SKM.
Nip. 140 080 548
EXECUTIVE SUMMARY
PENYELENGGARAAN PELATIHAN SURVAILANS EPIDEMIOLOGI
BAGI PETUGAS KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
YANG DISELENGGARAKAN OLEH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
BLK DEPKES CIMACAN, CIANJUR, JAWA BARAT, 17 S/D 22 APRIL 2007
I. PENDAHULUAN
Sebagaimana kita ketahui bersama
pelabuhan, bandar udara dan lintas batas
darat merupakan batas-batas antar negara
dan merupakan pintu gerbang perdagangan
serta laju pertambahan ekonomi baik antar
daerah maupun antar negara. maka
diperlukan kondisi status pelabuhannya harus
sehat dan tetap kondusif bagi perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi nasional maupun
global.
Perlu kiranya kita sadari bahwa kita
bekerja dalam lingkungan pelabuhan yang
mempunyai intensitas dan mobilitas sangat
tinggi bagi keluar masuknya kapal dan lalu
lintas manusia maupun barang, sehingga
permasalahan kesehatan akan muncul seiring
dengan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan teknologi, khususnya teknologi
transportasi.
Sejalan dengan hal tersebut kiranya
perlu kita kembangkan system Surveilans yang
handal agar dampak yang muncul dapat
diantisipasi secara dini dan tidak menjadi
masalah kesehatan nasional maupun
internasional. Pada saat ini pelabuhan tidak
hanya berfungsi sebagai pintu keluar masuknya
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
35
barang, jasa dan manusia, akan tetapi sudah
berkembang lebih jauh menjadi sentra-sentra
industri yang menyerap banyak tenaga kerja,
pusat perdagangan, pariwisata yang mampu
mendatangkan turis domestik maupun luar
negeri dalam jumlah besar sebagai penghasil
devisa bagi negara.
Menyadari akan tantangan ke depan
dan kelemahan yang dimiliki saat ini, melalui
Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Tanjung Priok No : DL.01.03.5.81.327 tanggal 28
Februari 2007 tentang Pembentukan Panitia
Pelatihan Surveilans Epidemiologi Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok,
telah diselenggarakan Pelatihan Survailans
Epidemiologi Bagi Petugas Kantor Kesehatan
Pelabuhan tanggal 17 s/d 22 April 2007 di BLK
Depkes, Cimacan, Cianjur, Jawa Barat.
Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk
mendapatkan petugas survailans epidemiologi
yang handal, professional dan peka terhadap
perubahan yang ada sebagai pelaksana
cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit
menular potensial wabah.
II. TUJUAN
Tujuan dari pelatihan ini adalah
diperolehnya peningkatan pemahaman
pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan
petugas KKP dan mau melaksanakan Surveilans
Epidemiologi khususnya di lingkungan
pelabuhan, sehingga terampil dalam
mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
menginterpretasi data dan membuat laporan
secara komprehensif sesuai tugas dibidangnya
masing-masing.
III. PESERTA
Kriteria peserta pelatihan yaitu :
1. Pendidikan minimal D3 Kesehatan
Masyarakat
2. Diutamakan tenaga fungsional epidemiologi
3. Menangani kegiatan surveilans epidemiologi
di tempat kerjanya
4. Usia peserta maksimal 45 tahun
5. Dapat mengoperasikan komputer, minimal
program excel dan word
Jumlah peserta pelatihan sebanyak 42 peserta,
dengan rincian sebagai berikut :
1. KKP Kelas 1 Denpasar : 1 orang
2. KKP Kelas II Surabaya : 1 orang
3. KKP Kelas II Medan : 2 orang
4. KKP Kelas II Makasar : 2 orang
5. KKP Kelas II Batam : 1 orang
6. KKP Kelas II Tanjung Pinang : 1 orang
7. KKP Kelas II Banjarmasin : 1 orang
8. KKP Kelas II Jakarta : 1 orang
9. KKP Kelas II Tarakan : 2 orang
10. KKP Kelas II Mataram : 1 orang
11. KKP Kelas II Padang : 1 orang
12. KKP Kelas II Semarang : 3 orang
13. KKP Kelas II Tg. Balai Karimun : 1 orang
14. KKP Kelas II Palembang : 1 orang
15. KKP Kelas III Pangkal Pinang : 1 orang
16. KKP Kelas III Kupang : 1 orang
17. KKP Kelas III Pontianak : 2 orang
18. KKP Kelas III Balikpapan : 1 orang
19. KKP Kelas III Manado : 1 orang
20. KKP Kelas III Banten : 1 orang
21. KKP Kelas III Lhoksemawe : 2 orang
22. KKP Kelas III Samarinda : 1 orang
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
36
23. KKP Kelas III Ambon : 1 orang
24. KKP Kelas III Manokwari : 1 orang
25. KKP Kelas III Jayapura : 1 orang
26. KKP Kelas 1 Tanjung Priok : 10 orang
IV. MATERI PELATIHAN
1. Materi Dasar
a. Tupoksi dan klasifikasi Kantor
Kesehatan Pelabuhan
b. Peran Adpel dalam SE di pelabuhan
2. Materi Inti
a. Surveilans Epidemiologi
Kekarantinaan
b. Pengumpulan data SE
kekarantinaan di pelabuhan
c. Pengolahan data SE kekarantinaan
di pelabuhan
d. Program pengolahan data dengan
menggunkan komputer
e. Analisa data survailans epidemiologi
kekarantinaan
f. Analisa data dengan menggunakan
komputer
g. Penyusunan laporan survailans
epidemiologi kekarantinaan
h. Desiminasi informasi survailans
epidemiologi
3. Materi Penunjang
a. Building Learning Comitment (BLC)
b. Rencana Tindak Lanjut
Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Kekarantinaan pada
Kantor Kesehatan Pelabuhan
V. NARA SUMBER / PENGAJAR / FASILITATOR
a. Adpel utama Pelabuhan Tanjung Priok
b. Sub Direktorat Survailans Epidemiologi,
Direktorat SEPIM & Kesma, Ditjen PP & PL
Depkes
c. Pusdiklat Badan PSDM Kesehatan Depkes
d. Bidang Karantina dan Survailans
Epidemiologi KKP Kelas I Tanjung Priok
e. Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan
KKP Kelas I Tanjung Priok
f. Bidang Upaya Kesehatan Pelabuhan KKP
Kelas I Tanjung Priok
g. Bagian Tata UsahaKKP Kelas I Tanjung
Priok
VI. MEKANISME PELATIHAN
Metodologi atau mekanisme dalam
penyelenggaraan pelatihan ini dilaksanakan
dengan cara :
1. Penjelasan materi
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Exercise
5. Penugasan
6. Game
7. Studi kasus
8. Praktek
VII. WAKTU DAN TEMPAT
Pelatihan ini dilaksanakan di Balai Latihan Kerja
Depkes Cimacan, Cianjur, Jawa Barat dari
tanggal 17 s/d 22 April 2007
VIII. PEMBIAYAAN
Biaya pelaksanaan kegiatan pelatihan
survailans epidemiologi bagi petugas Kantor
Kesehatan Pelabuhan dibebankan kepada
DIPA KKP Kelas I Tanjung Priok Tahun Anggaran
2007
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
37
IX. HASIL PENYELENGGARAAN PELATIHAN
Hasil dari penyelenggaraan pelatihan ini
sebagai berikut :
1. Jumlah peserta latih sebanyak 39 (tiga
puluh sembilan) peserta
2. Nara sumber / pengajar / fasilitator
memberikan materi sesuai yang telah
direncanakan pada jadwal pelatihan
3. Hasil Pre Test dari 39 (tiga puluh lima)
peserta, rentang nilainya yaitu nilai
terendah 1,67 dan nilai tertinggi 7,33
dengan nilai rata-rata 4,59
4. Hasil Post Tes dari 39 (tiga puluh lima)
peserta, rentang nilainya yaitu nilai
terendah 6,67 dan nilai tertinggi 9,67
dengan nilai rata-rata 8,10
5. Hasil evaluasi nara sumber / pengajar
rentang nilainya yaitu nilai terendah.71,5
dan tertinggi 89,2 serta nilai rata-ratanya
80,35 dengan prediksi baik sekali.
6. Hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan,
dengan variabel penilaian yaitu tempat
penyelenggaraan, konsumsi pelatihan dan
pelayanan panitia terhadap peserta,
rentang nilainya yaitu nilai terendah 78,9
dan nilai tertinggi 86,7 serta nilai rata-rata
82,8dengan prediksi baik.
X. KESIMPULAN
Dari hasil penyelenggaraan pelatihan tersebut
di atas maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Peserta pelatihan yang hadir 100%
2. Dari hasil pre test dan post test yang
diperoleh peserta pelatihan, yaitu dari
predikat kurang menjadi predikat baik
sekali. Hasil tersebut kiranya telah sesuai
apa yang diharapkan seperti pada tujuan
pelatihan
3. Nara sumber / pengajar yang telah
memberikan materi sesuai dengan bidang
dan profesinya, sehingga peserta
pelatihan antusias untuk mengikuti
pelatihan
4. Penyelenggaraan pelatihan survailans
epidemiologi bagi petugas kantor
kesehatan pelabuhan berjalan dengan
baik dan sebagaimana mestinya
5. Terciptanya persamaan bahasa,
pengertian, tindakan, dalam
melaksanakan program survailans
epidemiologi di lingkungan Kantor
Kesehatan Pelabuhan
6. Kesiapan para petugas Kantor Kesehatan
Pelabuhan dalam melaksanakan program
survailans epidemologi
7. Keuntungan dan hambatan pelatihan :
a. Keuntungan :
- Meningkatkan pemahaman
pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan petugas Kantor
Kesehatan Pelabuhan
- Terampil dalam pengumpulan,
pengolahan, analisa dan interpretasi
data sebagai bahan informasi
dalam pengambilan keputusan.
- Dapat mengetahui pragram-
program komputer yang digunakan
dalam pengolahan dan analisis
data.
b. Hambatan :
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
38
- Pemahaman pengetahuan,
kemampuan dan ketrampilan
petugas di lingkungan Kantor
Kesehatan pelabuhan belum
optimal
- Sebagian besar kemampuan
menggunakan komputer untuk
pengolahan maupun analisis data
belum maksimal
- Alokasi dana untuk
penyelenggaraan program
survailans epidemiologi masih
terbatas
XI. SARAN REKOMENDASI
1. Perlu agar disusun rencana tindak lanjut
untuk penyelenggaraan survailans
epidemiologi secara konprehensif di
lingkungan KKP
2. Perlu penyelenggaraan pelatihan
survailans epidemiologi penyakit
karantina dan penyakit potensial wabah
yang spesifik.
Cianjur, April 2007
Ketua Penyelenggara
TTD
Sogir Haratua Siregar, SKM.
Nip. 140 080 548
CETAK PHOTO SENDIRI KENAPA TIDAK ?
Oleh : Nana Mulyana
imasa sekarang dengan teknologi yang semakin maju
apapun kegiatannya dilakukan dengan cara cepat dan
mudah begitu pula dalam mencetak photo. Namun untuk
mencapainya diperlukan pula alat-alat tambahan berupa kamera digital, PC , printer, kertas
photo A4 glosy dan sedikit kreatifitas dalam pengambilan gambar sehingga menghasilkan photo
digital yang bagus. Namun sayang jika hasil cepretan tersebut tidak dapat dimanfaatan untuk
kebutuhan photo sebagai persyaratan sertifikat dan dokumen penting lainnya. Selain kamera
digital kita juga memerlukan software untuk mengolah hasil photo digital tersebut. Software yang
digunakan adalah Adobe Photoshop CS versi 1 atau 2, walaupun mencetak bisa menggunakan
software printer namun untuk menambah ilmu tidak ada salah mecoba siapa tahu dengan cara
yang baru lebih mudah dalam pengoperasiannya.
Sebelum melangkah bagaimana cara membuat pas photo itu sendiri kita tengok dulu dalam
pengambilan gambar untuk nantinya hasil tersebut bias digunakan untuk photo pesyaratan
D
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
39
sertifikat atau dokumen. Persiapan photo digital dengan tripod (kalau ada), posisikan obyek
orang yang akan diambil dengan latar belakang kain merah atau biru dan jangan lupa ruangan
dalam keadaan terang oleh lampu. Hasil photo digital dimasukan ke folder My picture(di PC).
Sebelum kita mencetak photo sebaiknya di kumputer sudah terinstals adobe PHOTOSHOP CS1/2.
Sekarang bagaimana cara mencetak beberapa photo sekaligus kedalam kertas secara cepat ?
ikuti langkah – langkah di bawah ini ( dalam 2 Cara ).
Cara Pertama
1. Bukalah Adobe photoshop cs1/ 2, setelah terbuka tampilannya secara penuh, lalu
pilih file > open (buka gambar yang akan dicetak)
2. Lakukan crop gambar agar lebih mengecil sesuai keinginan dengan cara klik >
arahkan krusor ke gambar > lalu buka tab edit dan klik copy.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
40
3. Pilih file > new layer jika terdapat tampilan seperti klik OK dan buka tab edit klik
paste di tampilan new layer tersebut.
4. Setelah tampil seperti gambar di bawah ini, maka selanjutnya adalah mengatur
tampilan gambar dengan cara klik tab image > klik image size dengan ukuran pas
photon 4 x 6 sebagai berikut (untuk menghilangkan otomatis klik satu kali tanda
rantai diantara width dan height)
5. Klik oke pada pengatur tersebut, sterus buka file > new layer dengan pengatur
custom agar sesuai dengan ukuran yang telah dibuat, jangan lupa color mode
pilih dengan CMYK color . Dan ukurannya seperti gambar photo disebelah kiri.
Untuk membuat satu lembar penuh dengan photo disebelah kanan diteruskan
dengan buka file klik new layer dengan pengatur (preset kertas A4) klik oke.
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
41
6. Dilanjutkan dengan mengncrop gambar ke layer kosong sebelah kiri dengan cara
klik krusor pada gambar sbelah kiri dan bawa ke layer yang masih kosong, terus
dilakukan berulang sehingga tampak seperti pada gambar dibawah ini.
7. Minimaliskan gambar sebelah kiri atau disimpan dengan cara buka file pilih save as
(simpan di my picture) jangan lupa disimpan dengan format jpg lalu klik save, jika
ada tampilan di layer klik oke saja. Terus close, jika diminta untuk simpan editan
pilih saja No/tidak. Kini tinggal tampilan layer ukuran A4 untuk siap di print. Tapi
sebelumnya lakukan print preview kosongkan posisition top dan left dan lakukanlah
print.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
42
8. Setelah sukses lakukan print jangan lupa simpan layer dengan nama yang tidak
sama dengan layer yang pertama yang disimpan, cara penyimpan seperti
dilakukan di atas. Selamat mencoba dan berkarya, salam….. (cara kedua tunggu aja
pada bulletin edisi 3)
(Sumber tulisan dari Majalah PC plus edisi 15 tentang “bikin pas photo yang banyak”)
Prosedur kerja
SSCEC (Ship Sanitation Control Certificate) dan
SSCC (Ship Sanitation Control Exemption
Certificate) diterbitkan oleh Kantor kesehatan
pelabuhan dengan prosedur sebagai berikut.
Agen pelayaran menyampaikan
permohonan tertulis untuk penerbitan
SSCC/SSCEC kepada Kepala Kantor
Kesehatan Pelabuhan
Kepala KKP mendisposisikan surat
permohonan kepada Kepala Bidang/Seksi
Pengendalian Risiko Lingkungan untuk
dilakukan pemeriksaan Sanitasi Kapal.
Kabid/Kasi Pengendalian Risiko Lingkungan
menugaskan staf / petugas untuk
melakukan pemeriksaan sanitasi kapal
dengan menggunakan peralatan yang
dimiliki dan menggunakan format bantu.
Kabid/Kasi Pengendalian Risiko Lingkungan
melaporkan hasil pemeriksaan kepada
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Dari laporan hasil pemeriksaan, Kepala
Kantor Kesehatan Pelabuhan
mendisposisikan :
a) jika dari hasil pemeriksaan Sanitasi
didapat ”Tingkat Risiko Rendah” maka
Kepala KKP/pejabat yang ditunjuk oleh
Kepala KKP merekomendasikan untuk
diterbitkan ”Sertifikat SSCEC” kepada
Kabid/Kasi Karantina & Surveilens
Epidemiologi.
b) jika dari hasil pemeriksaan didapat
”Tingkat Risiko Tinggi” maka Kepala KKP
memerintahkan Kabid/Kasi PRL agar
Kapal tersebut dilakukan ”Tindakan
Penyehatan”.
- Kabid/Kasi PRL memerintahkan kepada
agen pelayaran untuk melakukan
Tindakan Penyehatan yang dilaksanakan
oleh pihak ketiga (Badan Usaha Swasta)
yang memiliki izin operasional (DK I/DK II)
di bawah pengawasan Bidang/Seksi
Pengendalian Risiko Lingkungan. Hasil
Tindakan Penyehatan di kapal
dilaporkan kepada Kepala Kantor
Kesehatan Pelabuhan.
- Berdasarkan laporan hasil pengawasan
pelaksanaan Tindakan Penyehatan
tersebut, maka Kepala KKP/pejabat
yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
Kesehatan Pelabuhan
merekomendasikan untuk diterbitkan
PENERBITAN SSCC DAN SSCEC (SEBUAH PEMIKIRAN)
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
43
”sertifikat SSCC” kepada Kabid/Kasi
Karantina dan Surveilens Epidemiologi.
Sebuah wacana
Pada saat ini, rekomendasi ijin operasional
Fumigasi kapal terhadap Badan Usaha Swasta
(BUS) diberikan oleh KKP setempat sedangkan
penerbitan sertifikat DK I dan DK II diterbitkan
oleh Unit Pusat, yakni Dirjen PP & PL – Depkes RI.
Sektor kesehatan patut memberikan pelayanan
prima terhadap seluruh stake holder di
Pelabuhan, termasuk terhadap BUS tersebut.
Nah, wacana yang berkembang pada akhir –
akhir ini di kalangan KKP, yakni :
Masih perlu sedemikian panjangkah prosedur
penerbitan DK I dan DK II ini ?
Institusi manakah yang memiliki kompetensi
dalam penerbitan ijin operasional DK I dan DK
II ?
Seberapa banyak jumlah BUS fumigasi di
Indonesia?
Bagaimana BUS fumigasi terhadap
kontener??? Siapa yang bertugas
mengawasi mereka?
Berapakah biaya Penghasilan Negara Bukan
Pajak yang harus ditanggung oleh pengelola
BUS tersebut?
Institusi manakah yang harus menyetor
Penghasilan Negara Bukan Pajak?
Format Pemeriksaan HSK
Format ”pertama” pemeriksaan hygiene sanitasi
kapal produk KKP Kelas I Tanjung Priok telah
disosialisasikan melalui penerbitan Buletin
Volume 1 pqada tahun 2006 bahkan telah
diserahkan sebagai masukan ke Subdit Karkes –
Dit Sepimkesma – Ditjen PP & PL Depkes RI pada
tahun 2005, namun tidak pernah memperoleh
tanggapan sama sekali, baik oleh Subdit Kespel
maupun KKP lainnya.
Format ”kedua” pemeriksaan hygiene sanitasi
kapal produk KKP Kelas I Tanjung Priok
diserahkan pada saat sosialisasi penerapan IHR
2005 untuk diterapkan ke seluruh KKP se
Indonesia sambil menunggu keputusan unit
pusat.
Format ”ketiga” adalah sebagai berikut
dibawah ini, yang selanjutnya merupakan
format alternatif .
Sebaiknya anda tahu :
Wajah Sapi
Bagaimana Cara mengenali Penyakit Sapi
Gila???. (How to identify a mad cow
disease)???
Sapi normal Sapi berpenyakit (tidak berpenyakit) (mad cow disease)
Uakan sapi
Suara sapi normal menguak seperti seruling
di tengah padang rumput yang menghijau
Suara sapi berpenyakit (sapi gila / mad cow
disease) seperti suara manusia yang sedang
marah
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
44
PENGAWASAN PESTISIDA DI WILAYAH
PELABUHAN
(Naskah pertama)
Penyelenggaraan fungsi pengawasan pestisida
di wilayah Pelabuhan antar Kantor Kesehatan
Pelabuhan di Indonesia masih bervariasi, wal
hasil juga pasti bervariasi juga. Dibawah ini
disajikan beberapa format pemeriksaan
terhadap Tempat Pengelolaan Pestisida (TP2),
khusus TP2 milik fumigasi kapal dan fumigasi
komoditi. (bersambung ke halaman 48)
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PP& PL
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
HASIL PEMERIKSAAN HYGIENE SANITASI KAPAL
Result of ship Hygiene and Sanitation Control
1, NAMA KAPAL (NAME OF SHIP)
2, BENDERA (FLAG)
3, NOMOR IMO (IMO NUMBER)
4, BESAR KAPAL (WEIGHT)
5, NAMA PEMILIK / AGEN (OWNER/AGENT)
6, DATANG DARI (LAST PORT)
7, TANGGAL/JAM TIBA (DATE/TIME OF ARRIVAL)
8, TANGGAL/JAM DIPERIKSA (DATE/TIME OF INSPECTION)
9, LOKASI SANDAR (LOCATION)
10, JENIS KAPAL (TIFE OF SHIP) 11, JUMLAH ABK/PENUMPANG (NUMBER OF CREW/PASSENGER)
NO VARIABEL /
KOMPONEN YG DINILAI / COMPONENT WHICH ASSESS Ya
(Yes) Tidak (No) Variable
1 Dapur a. Bersih / clean
Galley (Tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya)
(not seen a dirt, arranged natty and garbage thrown at its place)
b. Pertukaran udara bagus / Good air transfer
(Asap dapur dibuang melalui cerobong asap/exhauster/ventilasi biasa)
(Galley smoke thrown passing smokestack / exhauster / ventilation)
c. Pencahayaan bagus / Good illumination
(Pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran)
(Illumination more than 10 fc or can to read newspaper)
d. Cara pencucian bagus / Way of good wash
(Dilengkapi dengan saluran air panas dan bahan pembersih khusus)
(Provided with the hot aqueduct and special cleanser)
e. Bebas serangga dan tikus/ Free insect and rodent
(Tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang pengganggu lain)
(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)
2 Ruang tempat a. Bersih / clean
penyiapan (Tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya)
makanan / (not seen a dirt, arranged natty and garbage thrown at its place)
Pantry b. Pertukaran udara bagus / Good air transfer
(Pertukaran udara mememakai Exhauster, AC atau ventilasi, kelembaban 65 - 95%)
(transfer of Air of wearer Exhauster, AC or ventilate, dampness 65 - 95%)
c. Pencahayaan bagus / Good illumination
(Pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran)
(Illumination more than 10 fc or can to read newspaper)
d. Cara penyimpanan bagus / Way of depository nicely
(Makanan kering dan basah disimpan tersendiri dalam lemari es / freezer / rak - rak)
(Wet and Dry food kept at separate place in refrigerator / freezer / rack - rack)
e. Bebas serangga dan tikus/ Free insect and rodent
(Tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang pengganggu lain)
(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)
3 Gudang a. Bersih / clean
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
45
Stores (Tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya)
(not seen a dirt, arranged natty and garbage thrown at its place)
b. Pertukaran udara bagus / Good air transfer
(Pertukaran udara mememakai Exhauster, AC atau ventilasi, kelembaban 65 - 95%)
(transfer of Air of wearer Exhauster, AC or ventilate, dampness 65 - 95%)
c. Pencahayaan bagus / Good illumination
(Pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran)
(Illumination more than 10 fc or can to read newspaper)
d. Bebas serangga dan tikus/ Free insect and rodent
(Tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang pengganggu lain)
(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)
LANJUTAN ………
NO VARIABEL /
KOMPONEN YG DINILAI / COMPONENT WHICH ASSESS Ya (Yes) Tidak (No) Variable
4 Ruangan (kelasi, a. Bersih / clean
Perwira, (Tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya)
Penumpang, (not seen a dirt, arranged natty and garbage thrown at its place)
Geladak) b. Pertukaran udara bagus / Good air transfer
Quartes (Crew, (Pertukaran udara mememakai Exhauster, AC atau ventilasi, kelembaban 65 - 95%)
Officers, (transfer of Air of wearer Exhauster, AC or ventilate, dampness 65 - 95%)
Passengers, c. Pencahayaan bagus / Good illumination
Deck) (Pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran)
(Illumination more than 10 fc or can to read newspaper)
d. Bebas serangga dan tikus/ Free insect and rodent
(Tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang pengganggu lain)
(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)
5 Air minum a. Tersedia air minum / Made available drinking water.
Potable water (Tersedia air yang langsung dapat diminum melalui proses pengolahan terlebih dahulu)
(By a drinkable direct water passing processing beforehand)
b. Indikasi kualitas air memenuhi syarat / Up to standard water Quality indication
(Secara phisik jernih, pH = 6,5 - 8, dan sisa chlor 0,2 - 0,4 ppm)
(is Clear physically, pH = 6,5 - 8, and rest of chlor 0,2 - 0,4 ppm)
c. Saluran dan alat pengambilan air serta tempat penyimpanannya bersih /
Channel And intake appliance irrigate and also its presentation place is clean
(Tidak tampak kotoran pada kran pengambilan air dan alat pengambilnya)
(Do not see the dirt at kraan intake irrigate and the appliance of taker)
6 Limbah a. Sarana pembuangan limbah cair memenuhi syarat /
Sewage Medium of liquid waste Dismissal up to standard
(Sarananya berupa saluran tertutup, tidak bocor dan dialirkan ke tempat khusus)
(Its medium in the form of channel closed, do not leak and poured into a special place)
b. Dilakukan pengolahan limbah cair / Done a liquid waste processing
(Sebelum limbah cair dibuang ke lingkungan, dilakukan pengolahan terlebih dahulu)
(Before liquid waste thrown to environment, done a processing beforehand)
c. Bebas serangga / Free insect
(Tidak ditemukan serangga atau binatang pengganggu lain)
(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)
7 Tangki ballast a. Indikasi kualitas air dalam tangki balllast memenuhi syarat /
Ballast tanks Quality indication irrigate in tank balllast up to standard
(Secara phisik jernih, pH = 6,5 - 8, dan sisa chlor 0,2 - 0,4 ppm)
(is Clear physically, pH = 6,5 - 8, and rest of chlor 0,2 - 0,4 ppm)
b. Dilakukan pengolahan air tangki ballast / Done a processing irrigate the tank ballast
(Sebelum air tangki ballast dibuang ke lingkungan, dilakukan pengolahan terlebih dahulu)
(Before water of tank ballast thrown to environment, done a processing beforehand)
8 Limbah padat a. Sarana pembuangan limbah padat memenuhi syarat
Solid waste (Solid waste Dismissal medium up to standard)
(Sarana penampung limbah padat terbuat dari bahan kedap air dan tertutup)
(Solid waste compiler medium is made the waterproof substance and closed)
b. Bebas serangga / Free insect
(Tidak ditemukan serangga atau binatang pengganggu lain)
(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)
9 Ruang mesin a. Bersih / clean
Engine room (Tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya)
(not seen a dirt, arranged natty and garbage thrown at its place)
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
46
b. Pertukaran udara bagus / Good air transfer
(Pertukaran udara mememakai Exhauster, AC atau ventilasi, kelembaban 65 - 95%)
(transfer of Air of wearer Exhauster, AC or ventilate, dampness 65 - 95%)
c. Pencahayaan bagus / Good illumination
(Pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran)
(Illumination more than 10 fc or can to read newspaper)
d. Bebas serangga / Free insect
(Tidak ditemukan serangga atau binatang pengganggu lain)
(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)
Total / Totalize
Tingkat risiko gangguan kesehatan RENDAH bila jumlah "YA DITEMUKAN" kurang dari 35 / Low risk disruption of health level if amount of of "YES FOUNDED" less than 35 Tingkat risiko gangguan kesehatan TINGGI bila jumlah "YA DITEMUKAN" sama dengan atau lebih dari 35 /High risk disruption of health level if amount of "YES FOUNDED" equal or more than 35 Catatan : Walaupun hasil skore menunjukkan tingkat risiko gangguan kesehatan rendah namun apabila ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan vektor ataupun factor risiko PHEIC lainnya maka tingkat risiko gangguan kesehatan kapal tersebut dianggap tinggi. Note : Although the result of score shows low risk disruption of health level, if found the existensi of vector or risk factor of PHEIC. The risk disruption of health level assumed high. Contoh yang diambil / sample result : ……………………………….………………………………………………………………………………… ……………………………….………………………………………………………………………………… Dokumen – dokumen yang diperiksa : ……………………………….………………………………………………………………………………… ……………………………….………………………………………………………………………………… Kesimpulan / Conclution : Tingkat risiko gangguan kesehatan / the risk disruption of health level : Rendah (low) / Tinggi (High) Rekomendasi /Recommendation : ……………………………….…………………………………………………………………………………………….. ……………………………….…………………………………………………………………………………………….. Nahkoda / perwira jaga Pemeriksa / Inspector Master / Officer
ecoa merupakan salah satu dari
serangga yang aktif mencari makan
pada malam hari. Serangga ini
dapat kita temukan pada bangunan rumah
ataupun kapal dan pesawat yang kurang
terawat kebersihannya, bahkan mereka tahu
bahwa tempat – tempat yang banyak
makanannya adalah di dapur, gudang
makanan, tempat sampah, saluran air dan
sebagainya. Namun demikian, yang sangat
K
SI PENCURI MAKANAN DARI NEGERI SEBERANG
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
47
membahayakan yakni serangga ini dapat
menularkan penyakit perut antara lain: diare,
disentri, typhus dan cholera, dll.
Kecoa adalah serangga yang tubuhnya
tertutup dari atas kebawah dengan 2 pasang
sayap dan warna umumnya coklat terang
hingga hitam. Binatang ini bisa terbang dan
bisa juga berjalan dengan cepat.
Beberapa spesies kecoa yang dapat hidup
didalam bangunan rumah maupun kapal
ataupun pesawat, menjadi sangat penting
terhadap kehidupan manusia antar lain :
- Periplaneta americana
Berasal dari Amerika dan ditemukan dimana
– mana.Panjang 35-40 mm dengan warna
terang kecoklatan
- Periplaneta australisae.
Berasal dari Australia, panjang 31 – 35 mm
dan lebih hitam. Terdapat garis kuning pada
pusat dan bertelur sebanyak 22 – 24 butir.
- Blatella germanica.
Berasal dari jerman, tersebar diseluruh dunia.
Merupakan kecoa yang terkecil yang
berwarna coklat terang dengan panjang 10
– 15 mm. Yang betina selalu membawa
telurnya sampai menetas dan telurnya
berwarna terang, dengan panjang 7 – 9
mm dan banyaknya sekitar 40 butir.
Siklus hidup
Kecoa merupakan serangga primitif yang
hanya mempunyai 3 tingkatan siklus hidup yaitu
telur, kepompong dan dewasa. Telurnya
berada dalam satu kapsul yang disebut
Ooteca. Beberapa macam kecoa membawa
Ooteca yang diletakan dibelakang tubuhnya
selama beberapa minggu, tergantung pada
species kecoak, suhu dan kelembaban,
telurnya menetas 1 – 3 bulan.
Kecoa muda (kepompong panjangnya hanya
beberapa mm, warnanya putih yang dalam
beberapa jam akan makin menghitam.
Perkembangan kecoa menjadi sempurna
setelah beberapa bulan sampai lebih dari satu
tahun tergantung pada jenisnya.
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
48
Kehidupan kecoa sangat dekat dengan
kehidupannya manusia yang jorok, menyukai
bangunan yang hangat, menyukai air dan
banyak terdapat makanan. Hidupnya
berkelompok dan aktif pada malam hari
bersembunyi di balik kayu dan lubang pada
dinding, dibalik pintu atau tempat duduk,
dibagian – bagian tertentu di kamar mandi,
lemari, cerobong uap, TV, radio, saluran –
saluran air limbah. Pada siang hari kecoa akan
hinggap dipiring – piring, peralatan dapur, di
lantai sambil mencuri makanan.
Kecoa makan segala macam makanan,
termasuk makanan manusia seperti susu, keju,
daging, kue, padi, gula dan coklat. Disamping
itu juga menyukai buku, bagian dalam sepatu,
bahkan juga menyukai kulit kecoak yang
sudah mati, darah segar atau yang sudah
kering, dahak, jari – jari tangan, dan kaki bayi
dan orang tidur atau sakit.
Kecoa berjalan dari satu bangunan ke
bangunan lain atau dari satu bangunan ke
kapal / pesawat atau dari satu kapal ke kapal
lain, dari saluran, taman, selokan dalam tanah
keseluruh tempat kehidupan manusia.
Serangga ini juga suka makan tinja manusia
sehingga dapat membawa kuman penyakit.
Disamping itu kecoa juga dapat mengeluarkan
cairan dari mulut dan bagian lain dari
tubuhnya, sehungga mengakibatkan bau
terhadap tempat ataupun makanan yang
diinjaknya walau tidak selamanya sebagai
pembawa penyakit.
Disamping itu dapat pembawa telur-telur
cacing yang menyebabkan alergi.
Indikator kondisi kebersihan kapal
Keberadaan kecoa di dalam kapal merupakan
indikasi bahwa kondisi kebersihan kapal
tersebut adalah jelek dan termasuk dalam
kategori tingkat resiko tinggi adanya gangguan
kesehatan.
Gangguan – gangguan kesehatan yang dapat
ditimbulkan oleh keberadaan kecoa di dalam
kapal, antara lain :
Meninggalkan sisa – sisa makanan
Menimbulkan sampah (bagian badan
kecoa yang mati serta fecesnya dapat
menjadi debu yang menyebabkan
timbulnya reaksi alergi seperti asthma,
dermatitis, gatal - gatal dan
pembengkakan kelopak mata)
Meninggalkan muntahan dan bau yang
tidak sedap (bau bersumber dari mulut
dan kelenjar tubuhnya)
Meninggalkan faeces (bakteri
Salmonella dapat hidup difeces kecoa
hingga beberapa tahun)
Menularkan penyakit (saat makan
makanan yang terkontaminasi bakteri,
maka bakteri ini dapat berada di sistem
pencernaannya sampai satu bulan
bahkan lebih. Selanjutnya makanan dan
peralatan dapur manusia terkontaminasi
oleh feces kecoa)
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
49
Dll, seperti : menimbulkan sobekan
kertas, merusak buku yang dijilid
Sambungan dari halaman 43 ……..
Inspeksi Sanitasi terhadap Tempat Pengelolaan
Pestisida (TP2) tersebut juga dilakukan dengan
memakai format IS TP2 jaman orde baru.
Semoga naskah ini dapat menjadi masukan
bagi teman – teman KKP se Indonesia.
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PP& PL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK
HASIL PEMERIKSAAN FISIK TP2
(KHUSUS TP2 MILIK BUS Fumigasi)
NAMA PERUSAHAAN : .............................................................................................
PENANGGUNG JAWAB : .............................................................................................
ALAMAT : .............................................................................................
AKTE NOTARIS : ............................................................................................
NAMA NOTARIS : ............................................................................................
IZIN DIN.KES. DKI : ............................................................................................
NPWP : ............................................................................................
NO URAIAN STANDAR
MINIMAL
JUMLAH YG
DIMILIKI BUS
KET.
I.
1
2
3
4
5
6
II.
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
B
TENAGA
Supervisior (Penkes/Sanitarian) terlatih
Entomolog terlatih
Dokter stand by terlatih
Perawat terlatih
Fumigator operator terlatih
Penempel
PERALATAN & BAHAN
UMUM
Gas Masker
Lampu senter
Gas Detektor
gunting
pakaian kerja
Meteran 10 meter
Helm (topi kerja)
Bendera tanda bahaya
Stiker tanda bahaya
Sarung tangan karet
Sepatu kerja
Mega phone
Alat pemadam kebakaran
KHUSUS HCN
a.Canester HCN
b.Tin Opener
c. Tube detector HCN
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
6 orang
4 orang
7 buah
7 buah
1 buah
1 buah
10 buah
2 buah
10 buah
2 buah
200 lembar
10 pasang
10 pasang
1 buah
3 buah
7 buah
3 buah
2 lusin
Terlatih :
Telah dilatih
dalam
bidang
Fumigasi
yang
terakreditasi
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
50
d. Kotak P3K
- Amypnitrit
- Sodium Nitrit
- Sodium Thiosulfat
- Sulfa Atropin
- Spuit Disposible 10 cc
- Spuit Disposible 5 cc
- Resusitasi Cardiopalmoler
- Bahan balut
- Torniquet
12 ampul
2 ampul
2 ampul
10 ampul
1 buah
1 buah
1 buah
1 dus
1 buah
NO URAIAN STANDAR
MINIMAL
JUMLAH YG
DIMILIKI BUS
KET.
B
Khusus CH3Br
a. Tube detector CH3Br
b. Canester CH3Br
c. Kertas lakmus
d. Kipas Angin
e. Slang tahan tekanan
f. Genset
g. Tabung Gas 50 kg
h. Socket Listrik
i. Tali plastik
j. Timbangan duduk
j. Kotak P3K
- Bahan balut
- Sabun mandi
- Obat luka anti septic
- Boor water
2 lusin
7 buah
1 dus
2 buah
50 meter
1 buah
2 buah
2 buah
1 gulung
1 buah
1 set
10 buah
100 cc
100 cc
CATATAN PEMERIKSA :
- Penilaian : Belum / Sudah *) memenuhi standar minimal untuk fumigasi kapal dengan HCN/
CH3Br *) (……………….%)
- Hasil pemeriksaan sampel tanah : Ditemukan kandungan pestisida / Tidak ditemukan
- - Anjuran : ……………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
Mengetahui : Tanjung Priok, tgl ___bulan , Tahun
PT / KOPERASI / CV. Pemeriksa
1. Kelengkapan Tehnis : ……………… (……..………. )
2. Kelengkapan Tehnis : ……………… (……..………. )
3. Kelengkapan Adm : ………………. (…..…………. )
…………………….
Direktur Utama
KESIMPULAN :
Bu
letin
IN
FO
KESEH
ATA
N P
ELA
BU
HA
N V
olu
me
II N
o. 0
2 T
erb
it Tr
iwu
lan
51
Merekomendasikan untuk diberikan / tidak diberikan *) izin DK-I & DK-II untuk
fumigasi kapal dengan HCN / CH3Br *)
KETERANGAN :
*) Coret yang tidak perlu Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Tanjung Priok,
TTD
RAISSEKKI,SKM,MM
NIP. 140 074 830
Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan
52