52

Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007
Page 2: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

2

Diterbitkan oleh : KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I

TANJUNG PRIOK DITJEN PP & PL DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.

Pelindung / Penasehat: Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok

Raissekki, SKM, MM

Anggota Redaktur: Ikron, SKM, MKM., Agus Syah, SKM,

Sugeng Retyono, SKM., Sulistyono Wahyudi,SH.,

Arik Arumawati

Dewan Redaksi :

Ketua, RBA. Widjonarko, SKM, MKes

Editor : Nana Mulyana, SKM., Lussie Soraya ,

Dewi Dyah Palupi, SKM

Sekretariat : Agus Sudarman,SKM

No Judul Artikel Halaman

1 Pengantar Redaksi 3

2 Kapan Terjadi Pandemi Influenza 4

3 Pelatihan Pengendalian Vektor di Pelabuhan dan Fumigasi

5 - 11

4 Porth Health Office of Tanjung Priok VS Port Health of Klang Malaysia

12 - 17

5 Mengenai Sahabat Cinderala 17 - 24

6 Sistem Kegawatdaruratan Pada Bencana 24 - 25

7 Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Bidang UKP KKP Kls I Tanjung Priok

26 - 28

8 Pelayanan Kesehatan Terbatas Bidang UKP KKP Kls I Tanjung Priok (laporan Program)

28 - 30

9 Exelutive Summari Penyelenggaraan Pelatihan Cegah Tangkal dalam Penangganan AI di Pelabuhan

30 - 34

10 Exelutive Summari Penyelenggaraan Pelatihan SE bagi Petugas KKP

34 - 38

11 Cetak Photo Sendiri Kenapa Tidak 38 - 41

12 Penerbitan SSCC dan SSCEC ( Sebuah Pemikiran)

42 - 43, 44 - 46

13 Pengawasan Pestisida di Wilayah Pelabuhan (Naskah Pertama)

43, 48 - 50

14 Sipencuri Makanan dari Negeri Seberang 46 - 48

Alamat Redaksi : Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok | Jl. Raya Pelabuhan No. 17

Tanjung Priok - Jakarta Utara | Telp. 021 – 43931045, 4373265 | Fax. 021 – 4373265 | E-Mail :

[email protected] | Desain grafis oleh N.M.([email protected])

Daftar Isi

Cover : Nana Mulyana Model : Pelatihan Fumigasi

Page 3: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

3

IINNFFOO KKEESSEEHHAATTAANN PPEELLAABBUUHHAANN

Pengantar Redaksi

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan ini merupakan

buletin Volum II edisi 2 yang diterbitkan oleh Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. Buletin ini

merupakan wahana informasi bagi insan pelabuhan

dalam mengembangkan potensi diri guna mendukung

pelaksanaan program kesehatan, khususnya bagi para

pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan di seluruh

Indonesia.

Buletin Info Kesehatan Pelabuhan berisi informasi

hasil pelaksanaan program, kajian – kajian,

pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya

manusia melalui pelatihan, naskah – naskah ilmiah dan

karya – karya seni serta peristiwa – peristiwa terkini lainya,

bahkan informasi pengobatan tradisional.

Redaksi menerima sumbangan artikel, laporan,

reportase, saduran, karikatur, sajak – sajak ataupun karya

sastra lain dan foto – foto yang berkaitan dengan

program kesehatan pelabuhan. Walaupun sumbangan

naskah dari KKP lain belum pernah masuk, namun Redaksi

tetap menawarkan kesempatan ini pada para kolega

KKP di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam

penulisan Buletin Info Kesehatan.

Dewan redaksi mengajak para pembaca buletin

ini untuk melaju dengan kecepatan optimal dalam

meningkatkan jejaring informasi guna mencapai kinerja

yang kita inginkan.

Selamat bekerja dan sukses selalu

Dewan Redaksi

Pemberian kode warna

dalam manajemen resiko

kemungkinan terjadinya

pandemi AI

Sudah adakah ???

Hijau – dari binatang

ke binatang

Kuning – dari manusia

ke manusia tetapi tidak

efisien

Oranye – Pandemi :

efisien manusia ke

manusia, tetapi

transmisi terbatas

Merah – infeksi tersebar

luas

Hitam – tidak bisa

dikendalikan lagi

penyebarannya dan

angka kematian tinggi

Keberhasilan KKP ????

Keberhasilan = ( f Planing + f Opportunity ) ( Demand )

Planing = ( Resources forcasting )2

Opportunity = ( Network enableness + Legal aspect reinforcement )

Demand = ( Intention ( Boss + Providers)

Page 4: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

4

KAPAN TERJADINYA ?

erjadinya pandemi Influenza tidak dapat diprediksi secara jelas dan kapan mulainya.

Namun sinyal terjadinya pandemi tersebut harus diketahui untuk mengantisipasi

penyebaran virus influensa secara luas. Untuk mencegah atau menghambat terjadinya

pandemi influensa, WHO telah mengeluarkan protokol yaitu Rapid operations to contain the

initial emergence of pandemic influenza, yang dikeluarkan pada bulan Mei 2007.

Rapid Health Assasement (RHA) ini sangat penting karena merupakan penentu kapan

dilakukannya pembatasan cepat. Yang tidak kalah pentingnya adalah penyelidikan

epidemiologis terhadap klaster ILI/Pnemoni yang harus dilakukan bersamaan dengan Rapid

Health Assessment (RHA) untuk mendapatkan informasi secara lengkap dan cepat agar tindakan

pembatasan cepat dapat segera dilakukan dengan dukungan informasi yang memadai.

Pembatasan cepat merupakan upaya yang dimungkinkan dapat ditempuh pada awal

terjadinya pandemi jika sinyal pandemi telah diyakini akan terjadi tepat untuk menghentikan

penyebaran virus pada suatu area tertentu.

Lamanya Operasi Pembatasan

Lamanya operasi 5 minggu meliputi :

1. Profilaksis anti virus 20 hari (3 minggu)

2. Diteruskan lagi 2 minggu ( 2 x masa inkubasi )

3. Setelah 5 minggu, operasi pembatasan dihentikan namun kegiatan surveilans tetap

dijalankan pada area pembatasan (perimeter) dan penyangga (buffer) selama beberapa

bulan.

Apa yang harus dilakukan KKP saat ini?

KKP harus tetap melaksanakan TUPOKSI yakni surveilans aktif dan pasif; pemantapan simpul

jejaring surveilans epidemiologi lokal, regional, nasional sesuai penyakit yang berkaitan dengan

lalulintas internasional; advokasi kesiapsiagaan & penanggulangan KLB dan bencana bidang

kesehatan.

T

KAPAN TERJADINYA PANDEMI INFLUENZA? Oleh : RAISSEKKI, SKM, MM

Page 5: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

5

egiatan pengendalian

vektor merupakan

salah satu bentuk

upaya kewaspadaan dini

terhadap timbulnya wabah

penyakit yang disebabkan oleh

vektor. Ketentuan International

Health Regulation menyatakan

bahwa wilayah pelabuhan harus

bebas vektor. Oleh sebab itu,

pengendalian vektor di

Pelabuhan mutlak harus

dilakukan agar pelabuhan bebas

dari jentik nyamuk dan indeks

pinjal (al : Aedes aegypti dan

pinjal tikus).

Untuk melindungi

masyarakat pelabuhan dari

ancaman masuk keluarnya

penyakit bawaan vektor antar

negara dan antar pulau dalam

negeri yang ditularkan melalui

pelabuhan, maka perlu adanya

peningkatan upaya

pengawasan dan pengendalian

vektor di wilayah pelabuhan.

Perkembangbiakan vektor

di wilayah pelabuhan harus

terawasi secara profesional

sehingga dapat melindungi

masyarakat di wilayah

pelabuhan dan seluruh

komunitas kapal yang ada.

Peningkatan pengawasan vektor di wilayah

pelabuhan ini merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kepercayaan pelayaran internasional bahwa

pelabuhan – pelabuhan di Indonesia telah mampu

melakukan pengawasan dan pengendalian vektor secara

tepat, benar, aman dan sehat.

Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian vektor

yang dilakukan oleh petugas KKP, sangat bergantung

kepada kemampuan petugas. Untuk itu perlu ada

peningkatan kemampuan yang tepat dalam pengendalian

vektor baik dari segi metode yang digunakan, teknik

penggunaan alat maupun analisis data, dll.

Peningkatan kemampuan dalam pengendalian vektor

bagi petugas KKP dapat dilakukan melalui pemberian

pelatihan yang terakreditasi. Diharapkan melalui

penyelenggaraan pelatihan tersebut, para petugas KKP

akan lebih handal sehingga eksistensi KKP dalam cegah

tangkal penyakit karantina dan penyakit menular potensial

wabah, tidaklah menjadi buah bibir yang pahit dari para

stake holder di pelabuhan maupun para crew kapal

negara asing.

Oleh karena itu, para petugas KKP harus diberikan

pelatihan ataupun penyegaran pelatihan yang

terakreditasi. Pelatihan yang diselenggarakan KKP Kelas I

Tanjung Priok pada tahun 2007, adalah Pelatihan

Pengendalian Vektor di Pelabuhan dan Pelatihan Fumigasi.

PERSIAPAN

Persiapan pelatihan dimulai sejak bulan Januari 2007,

yang diawali dengan penyusunan kerangka acuan,

pembentukan panitia melalui SK Kepala Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok, kemudian dilanjutkan

dengan penyusunan GBPP, penyusunan jadwal

K

LAPORAN PELATIHAN

PENGENDALIAN VEKTOR DI PELABUHAN DAN FUMIGASI (SUMMARY) Oleh : RBA Widjonarko,SKM,MKes

Page 6: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

6

pelatihan dan diseminasi informasi

(pemanggilan peserta, undangan nara

sumber, undangan stake holder, dll).

PELAKSANAAN

A. Jalannya Pelatihan

Pelatihan Pengendalian Vektor Di

Pelabuhan bagi petugas KKP dan Pelatihan

Fumigasi telah dilaksanakan dengan baik,

lancar dan tertib sesuai jadwal waktu yang

telah ditetapkan :

- Pelatihan Pengendalian Vektor di Pelabuhan

selama 6 hari mulai tanggal 09 s/d 14 April

2007 di BBPK (Bapelkes) Ciloto, Cianjur dan di

lapangan.

- Pelatihan Fumigasi selama selama 7 – 12 Mei

2007 di Wisma Askes – Cisarua Bogor dan

dilanjutkan praktek di Pelabuhan Tanjung

Priok.

Pembukaan sekaligus arahan pelatihan

Pengendalian Vektor di Pelabuhan, oleh Bapak

Dirjen PP & PL Depkes RI pada Hari Senin

tanggal 09 April 2007 jam 19.00 WIB di BBPK

(Bapelkes) Ciloto, Cianjur, penutupan

dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 April

2007 jam 12.00 WIB. Sedangkan pembukaan

sekaligus arahan pelatihan Fumigasi oleh

Bapak Dirjen PP & PL Depkes RI pada Hari Senin

tanggal 07 Mei 2007 jam 19.00 WIB di Wisma

Askes, dan penutupannya dilaksanakan di

Pelabuhan Tanjung Priok.

B. Peserta

Jumlah peserta Pelatihan Pengendalian

Vektor di Pelabuhan sebanyak 25 orang

(KKP Kelas I, II dan III) dan peserta

tambahan.

Jumlah peserta Pelatihan Fumigasi yang

hadir sebanyak 35 orang (KKP Kelas I, II dan

III) dan peserta tambahan.

C. Nara Sumber dan Fasilitator

Pelatihan Pengendalian Vektor di Pelabuhan

Bagi Petugas KKP dan Pelatihan Fumigasi ini

didukung oleh narasumber dan fasilitator dari :

1. Pusdiklat PPSDM Depkes RI

2. Ditjen. PP & PL Depkes RI

3. Administrator Pelabuhan Utama Tg. Priok

4. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I

Tanjung Priok

D. Materi pelatihan

D. 1. Pelatihan Pengendalian Vektor

1. Materi Dasar

a) Tugas Pokok dan Fungsi KKP.

b) Kebijakan Pengendalian vektor dan

binatang penular penyakit di

pelabuhan.

2. Materi Inti

a) Kerangka Program dalam

pengendalian vektor dan binatang

penular penyakit di Pelabuhan.

b) Siklus hidup dan bionomik vektor dan

binatang penular penyakit.

c) Alat dan bahan survei vektor dan

binatang penular penyakit.

d) Identifikasi vektor dan binatang penular

penyakit.

e) Teknik pemberantasan vektor dan

binatang penular penyakit di

pelabuhan.

f) Pestisida dan penanganan keracunan.

Page 7: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

7

g) Surveilans vektor dan binatang penular

penyakit di pelabuhan.

3. Materi Penunjang

a) Peran Administrator Pelabuhan dalam

upaya pengawasan pengendalian

vektor dan binatang penular penyakit.

b) Membangun Komitmen Belajar (Building

Learning Commitment).

c) Rencana Tindak Lanjut Pengendalian

vektor dan binatang penular penyakit di

pelabuhan.

D. 2. Pelatihan Fumigasi

1. Materi Dasar

a) Tugas Pokok dan Fungsi KKP.

b) Kebijakan Pengendalian vektor dan

binatang penular penyakit di

pelabuhan.

c) Perundangan yang berhubungan dg

fumigasi

2. Materi Inti

a). Tanda-tanda kehidupan tikus serta

identifikasi tikus & pinjal.

b). Sanitasi Kapal.

c). Alat dan teknik fumigasi.

d) Bahan fumigasi dan penanggulangan

keracunan.

e) Methoda pelaporan kegiatan fumigasi.

f) Praktek fumigasi.

3. Materi Penunjang

a). Peran Administrator Pelabuhan

dalam upaya pengawasan kegiatan

fumigasi di pelabuhan.

b). Membangun Komitmen Belajar

(Building Learning Comitment).

c). Rencana Tindak Lanjut pengawasan

kegiatan fumigasi kapal di pelabuhan.

E. M e t o d e

Metode yang dipakai dalam pelatihan

ini yakni ceramah, tanya jawab (diskusi),

praktek lapangan, games, simulasi dan studi

kasus.

PENGOLAHAN DAN ANALISIS HASIL

A. Penilaian terhadap Peserta Pelatihan

Pengendalian Vektor di Pelabuhan,

dengan kategori :

1. Nilai Pre Test, dengan kategori :

a. Amat baik dengan nilai lebih dari 80

sebanyak 4 orang

b. Baik dengan nilai 71 - 80 sebanyak 5

orang

c. Cukup dengan nilai 61 - 70 sebanyak 12

orang

d. Kurang dengan nilai < 60 sebanyak 4

orang

Dengan demikian sebagian besar peserta

tergolong pada kategori Cukup.

2. Nilai Post Test, dengan kategori :

a) Amat baik dengan nilai lebih dari 80

sebanyak 21 orang

b) Baik dengan nilai 71 - 80 sebanyak 3

orang

c) Cukup dengan nilai 61 - 70 sebanyak 1

orang

Dengan demikian sebagian besar peserta

tergolong pada kategori Amat baik.

Page 8: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

8

Untuk lebih jelasnya daftar nilai pre test –

post test para peserta pelatihan

pengendalian vektor di pelabuhan disajikan

pada tabel terbawah :

Nilai antara pre test dan post test, dari

hasil uji statistik dengan menggunakan t Test

before – after pada alfa 0,05 menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan

antara nilai pre test dan nilai post test. Hal

ini berarti bahwa proses pembelajaran ini

telah berhasil meningkatkan kemampuan

peserta dalam bidang pengendalian vektor

di wilayah pelabuhan.

B. Penilaian terhadap Proses Pembelajaran

dalam Pelatihan Pengendalian Vektor di

Pelabuhan :

Peserta diberikan kesempatan untuk menilai

dirinya sendiri dalam proses pembelajaran

selama pelatihan dengan memakai format

evaluasi pada saat akhir pelatihan.

Hasil evaluasi tersebut menunjukan

bahwa :

1. Pengalaman belajar selama pelatihan ini

bermanfaat bagi pengembangan dalam

pelaksanaan pekerjaan :

a. Amat baik (lebih dari 80) sebanyak 20

orang (80%)

b. Baik (71 – 80) sebanyak 5 orang (20%)

Hal ini berarti peserta merasa bahwa

melalui pelatihan ini mereka memperoleh

pengalaman belajar yang sangat

bermanfaat bagi pengembangan guna

pelaksanaan tugasnya sehari – hari

karena isian format pengalaman belajar

para peserta pelatihan tergolong dalam

kategori amat baik dan baik.

2. Kepuasan peserta terhadap

penyelenggaraan proses pembelajaran

pada umumnya, adalah sebagai berikut

:

a. Baik (71 - 80) sebanyak 18 orang (72%)

b. Cukup (61 – 70) sebanyak 7 orang

(28%)

Hal ini berarti peserta latih merasa puas

dengan proses pembelajaran pelatihan

karena sebagian besar kepuasan peserta

terhadap penyelenggaraan proses

pembelajaran pada umumnya tergolong

dalam kategori baik.

C. Penilaian terhadap proses

Penyelenggaraan Akomodasi Pelatihan

Pengendalian Vektor di Pelabuhan.

Peserta diberikan kesempatan untuk

menilai penyelenggaraan akomodasi

dengan cara mengisi format evaluasi pada

saat akhir pelatihan.

Hasil evaluasi, sebagai berikut :

1. Akomodasi ruang kelas, adalah

sebagai berikut :

a. Baik (71 – 80) sebanyak 17 orang

(68%)

b. Cukup (71 – 80) sebanyak 8 orang

(32%)

Hal ini berarti sebagian besar peserta

menyatakan bahwa akomodasi ruang

kelas cukup menunjang dalam proses

pemahaman materi yang diberikan.

2. Akomodasi makanan/minuman, adalah

sebagai berikut :

Page 9: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

9

a. Baik (71 – 80) sebanyak 21 orang

(84%)

b. Cukup (61 – 70) sebanyak 4 orang

(16%)

Hal ini berarti sebagian besar peserta

menyatakan bahwa akomodasi

makanan/minuman cukup menunjang

dalam pelaksanaan pelatihan.

D. Penilaian terhadap Peserta Pelatihan

Fumigasi :

1. Nilai Pre Test peserta, dengan kategori:

a. Baik dengan nilai 71 - 95 sebanyak 5

orang

b. Cukup dengan nilai 61 - 70 sebanyak

3 orang

c. Sama dengan atau kurang dari nilai

60 sebanyak 28 orang

Dengan demikian sebagian besar

peserta tergolong pada kategori

Kurang.

2. Nilai Post Test peserta, dengan kategori :

a. Amat baik dengan nilai lebih dari

81 sebanyak 20 orang

b. Baik dengan nilai 71 - 80 sebanyak

14 orang

c. Cukup dengan nilai 61 - 70

sebanyak 2 orang

Dengan demikian sebagian besar

peserta tergolong pada kategori

amat baik.

Untuk lebih jelasnya daftar nilai pre test –

post test para peserta pelatihan fumigasi,

disajikan pada tabel terbawah.

Nilai pre test - post test dan dari hasil

uji statistik dengan menggunakan t Test

before – after pada alfa 0,05

menunjukkan bahwa ada perbedaan

yang signifikan antara nilai pre test dan

nilai post test.

Hal ini berarti proses pembelajaran ini

telah berhasil meningkatkan kemampuan

peserta dalam bidang Fumigasi.

E. Penilaian peserta terhadap Proses

Pembelajaran, dengan kategori :

Peserta diberikan kesempatan untuk

menilai dirinya sendiri dalam proses

pembelajaran selama pelatihan dengan

memakai format evaluasi pada saat akhir

pelatihan.

Hasil evaluasi tersebut menunjukan bahwa :

1. Pengalaman belajar selama pelatihan ini

bermanfaat bagi pengembangan

dalam pelaksanaan pekerjaan :

a. Amat baik (lebih dari 80) sebanyak

30 orang

b. Baik (71 – 80) sebanyak 6 orang

Yang tergolong pada kategori amat

baik sebesar 83,3 %, dan yang tergolong

kategori baik sebesar 16,6 %. Hal ini

berarti peserta merasa bahwa melalui

pelatihan ini mereka memperoleh

pengalaman belajar yang sangat

bermanfaat bagi pengembangan

dalam pelaksanaan tugasnya sehari –

hari karena isian format pengalaman

belajar para peserta pelatihan

tergolong dalam kategori amat baik

dan baik.

Page 10: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

10

2. Kepuasan peserta terhadap

penyelenggaraan proses pembelajaran

pada umumnya

a. Baik (71 - 80) sebanyak 28 orang

b. Cukup (61 – 70) sebanyak 8 orang

Yang tergolong pada kategori baik

sebesar 77,7 %, dan yang tergolong

kategori cukup sebesar 22,2 %. Hal ini

berarti peserta latih merasa puas

dengan proses pembelajaran pelatihan

karena sebagian besar kepuasan

peserta terhadap penyelenggaraan

proses pembelajaran pada umumnya

tergolong dalam kategori baik.

F. Penilaian peserta terhadap

Penyelenggaraan Akomodasi

Peserta diberikan kesempatan untuk

menilai penyelenggaraan akomodasii

dengan cara mengisi format evaluasi pada

saat akhir pelatihan.

Hasil evaluasi tersebut menunjukan bahwa :

1. Akomodasi ruang kelas

a. Baik (71 – 80) sebanyak 27 orang

b. Cukup (71 – 80) sebanyak 9 orang

Dengan demikian yang tergolong pada

kategori baik sebesar 75 %, dan yang

tergolong pada kategori cukup sebesar

25 % . Hal ini berarti sebagian besar

peserta menyatakan bahwa akomodasi

ruang kelas cukup menunjang dalam

pemahaman materi yang diberikan.

2. Akomodasi peserta makanan / minuman

a. Baik (71 – 80) sebanyak 32 orang

b. Cukup (61 – 70) sebanyak 4 orang

Dengan demikian yang tergolong pada

kategori baik sebesar 88,8 %, dan yang

tergolong pada kategori cukup sebesar

11,1 %. Hal ini berarti sebagian besar

peserta menyatakan bahwa akomodasi

makanan/minuman cukup menunjang

dalam pelaksanaan pelatihan.

EVALUASI PASKA PELATIHAN

Evaluasi paska Pelatihan Pengendalian

Vektor di Pelabuhan dan Pelatihan Fumigasi ini

rencananya akan dilaksanakan pada tahun

anggaran 2008 mendatang.

Evaluasi paska pelatihan tersebut

memuat pengetahuan (know ledge),

kesediaan atatu sikap (attitude), tindakan

(psikomotor) petugas dalam melaksanakan

tugas pokok pengendalian vektor di tempat

kerjanya, disamping data umum lain yang

diperlukan. (RBAW)

Pojok Puisi

HARAP DALAM DOA

SURYA KEMILAU DI UFUK TIMUR

MEMBENTANG BINTIK BIAS KEEMASAN

MENUJU CAKRAWALA MENTARI SIANG

MALAM DINGIN TLAH BERGANTI........

YANG LAMAPUN TLAH PERGI T’KAN KEMBALI

KINI BIAS RONA SAGA TERSENYUM INDAH

MANJA PENUH RANUM BAGAI KECUPAN

BAGAI DARA YANG HAUS KASIH ASMARA

PELIPUR LARA DISANJUNG CINTA YANG BIRU

DATANGLAH SEMUA ASA – KU DIBUMI INI

UNTUK HIDUP DENGAN PENUH KEIKLASAN

YANG ABADI HAKIKI TANPA BUSUK NESTAPA

TULISLAH DGN QOLBU KARYAKAN DALAM NYATA

@mgc

Page 11: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

11

Lampiran hasil pre – post test Pelatihan

Pengendalian Vektor :

NO NAMA PESERTA NILAI

PRE TES

NILAI

POST TES

1 Thamrin, SKM 65 90

2 Arif Rivai, SKM 80 95

3 Beni Mardhani 65 95

4 Sutono 70 90

5 Maryam 70 75

6 M. Ginting, SKM 65 95

7 Wahyu P. A. S. 85 85

8 Moch. Wiryo U. 65 100

9 I W. Muliana 85 85

10 A. Prihatnolo 95 100

11 Fianti Andua 60 75

12 Nurhusnida, SKM 70 90

13 Suryadi 65 90

14 Robert A. J 60 90

15 F a z l i 70 90

16 F. Darsah, SKM 65 80

17 Sitti Ara 60 75

18 S. Nugroho 60 90

19 Saiful B, SKM 70 95

20 Sahibul Fadillah 75 100

21 H. S. Bahrudin 85 95

22 Sulviana Syafri 80 85

23 Umar F, SKM 70 75

24 Nana M, SKM 75 90

25 Guntur A. T 75 100

Lampiran hasil pre – post test Pelatihan

Fumigasi :

NO NAMA NILAI

PRE

TEST

NILAI

POST TEST

1 Nana M, SKM 55 80

2 Sugeng R, SKM 85 100

3 Dr. I N. Putra 25 85

4 Dr. Trio Taufik E. 70 100

5 M. Fajar S. 85 100

6 M. Anas 65 90

7 Rochmat M. 45 75

8 S. Wahyudi, SH 80 95

9 Sulviana Syafri 60 85

10 Ali I. W, SKM, MKM 45 90

11 Syaibani H.S, ST 45 80

12 Agus S, SKM 60 80

13 M. Pujianto 35 75

14 Masnar 40 85

15 Rizal Mayridian 45 80

16 A. Fitriyansyah 50 75

17 D Permasandi 60 80

18 I K. Darmawan 45 90

19 Y. C. Priotomo 55 80

20 Mardiansyah 65 90

21 Rery J, SKM 35 85

22 Hartono, SKM 55 70

23 Mulyo A, SKM 55 90

24 Suprapto, SKM 75 75

25 Sasamoe V. 35 90

26 Sirjon S. 40 65

27 M. R. Abdullah 45 75

28 M. Triandes 70 85

29 J a i l a n i 15 80

30 Dudy Affiandy 60 75

31 Fredrik L. D, SKM 40 100

32 S u n a r n o 40 90

33 Heri Suryanto 30 100

34 K Ramdani 45 80

35 Hugo A. T. M 40 90

Page 12: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

12

Port Health Office Klang menyelenggarakan

fungsi :

1. Food safety and quality

2. Vector control

3. International health

4. Law enforcement

5. Port sanitation

6. Health promotion

7. Occupational and environmental health

8. Administration

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung

Priok menyelenggarakan fungsi :

1. Pelaksanaan kekarantinaan

2. Pelaksanaan pengamatan penyakit

karantina dan penyakit menular

potensial wabah

3. Pelaksanaan sentral/simpul jejaring

surveilans epidemiologi regional,

nasional sesuai penyakit yang berkaitan

dengan lalulintas internasional.

4. Pelaksanaan fasilitas dan advokasi

kesiapsiagaan dan penanggulangan

Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana

bidang kesehatan, serta kesehatan

matra termasuk

5. penyelenggaraan kesehatan haji.

6. Pelaksanaan fasilitas dan advokasi

kesehatan kerja di lingkungan

pelabuhan/bandara dan Lintas batas

Darat

7. Pelaksanaan pemberiansertifikat

kesehatanobat, makanan, kosmetika

dan alat kesehatan (OMKA) ekspor dan

mengawasi persyaratan dokumen

kesehatan OMKA impor

8. Pelaksanaan pengawasan kesehatan

alat angkut

9. Pelaksanaan pemberian pelayanan

kesehatan terbatas di wilayah kerja

pelabuhan / bandara dan Lintas Batas

Darat

10. Pelaksanaan pengendalian risiko

lingkungan Pelabuhan/Bandara dan

lintas Batas darat

11. Pelaksanaan jaringan informasi dan

teknologi bidang kesehatan

Pelabuhan/Bandara dan lintas darat.

12. Pelaksanaan jejaring kerja dan

kemitraan bidang kesehatan

Pelabuhan/Bandara dan Lintas Batas

Darat

13. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang

kesehatan Pelabuhan / Bandara dan

Lintas Batas Darat

14. Pelaksanaan ketatausahaan dan

kerumahtanggaan KKP

Selanjutnya, marilah kita lihat kenyataan di

lapangan bahwa kita tidak tertinggal jauh.

PORT HEALTH OFFICE OF TANJUNG PRIOK

VS

PORT HEALTH OFFICE OF KLANG MALAYSIA

Kita memiliki 2 KKP Kelas I, salah satunya yakni KKP Kelas I Tanjung Priok

Kita harus yakin bahwa KKP kita tidak kalah dengan Port Health Negara tetangga

Mari kita telusuri keberadaan KKP kita dan Port Health Klang Negara tetangga

(Mungkin, . . . beda yang paling menyolok yakni gaji resmi petugasnya)

Page 13: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

13

Food safety and quality at Port Klang

Pengamanan makanan di Pelabuhan Tanjung

Priok

1818

Sampling bay

1919Food Sampling At Container

Page 14: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

14

Page 15: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

15

Page 16: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

16

Beberapa foto – foto menarik dari hasil

penyelenggaraan fungsi Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. (RBAW)

Foto Pelatihan Pengendalian Vektor

Foto Pelatihan Fumigasi

PM. Trap 4000 ml (Tanjung Priok)

Pengendalian tikus (Tanjung Priok)

Foto Pengawasan kualitas lingkungan

(Pengukuran kebisingan)

Foto Pengawasan kualitas lingkungan

(Pengukuran debu terendap)

Page 17: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

17

Foto Pengambilan sampel tanah

Foto pengambilan sampel air reservoir

Foto Pertemuan jejaring kerja dengan

pengelola TPM

etapa luhurnya

budi Sang Tikus

dalam dunia

dongeng dan

dunia nyata. Saat Sang Tikus

berada di dapur, dia

bersedia membantu Si cantik

Cinderela yang sedang

tertindas sampai Si cantik

Cinderela dipersunting

seorang Pangeran tampan

nan kaya raya. Bahkan saat

Sang Tikus sedang

melakukan perjalanan diatas

kapal pesiar, kotorannyapun

mampu membantu para

Sanitarian dan Entomolog saat

imannya menjelang gersang.

Dongeng minor pernah

dikemukakan oleh para empu

pada jaman dahulu kala di

tanah Jawa bahwa Sang tikus

tersebut adalah jilmaan dari

seorang Putra Bangsawan

bernama Raden Mas

norvegicus, Raden Mas diardii

dan Raden Mas musculus.

Putra Bangsawan Jawa

tersebut tidak pernah

menjelma kembali menjadi

manusia, sehingga para

penasehat Raja memberi

nama Ratus norvegicus dan

Ratus diardii (bukan Raden)

serta Mus musculus (bukan

Mas), Marilah kita belajar

mengenali Sang tikus Penolong

tersebut.

B

Mengenali SAHABAT MUNGIL CINDERELA

R. norvegicus, R ratus diardii dan M musculus

Oleh : Titiek Susilorini, BSc, RS, SE, Staf Pengajar pada Akademi Kesehatan Lingkungan Surabaya

Page 18: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

18

Morfologi Sang Tikus :

Anatomi

JENIS

R.norvegicus R.rattus diardii M. musculus

Berat 150 – 600 gram 80 – 300 gram 10- 21 gram

Kepala & badan Hidung tumpul, badan besar,

pendek 18 – 25 cm

Hidung runcing,

badan kecil, 16 –21

cm

Hidung runcing,

badan kecil, 6 –10 cm

Ekor

Lebih pendek dari kepala +

badan, bagian atas lebih tua

dan warna muda pada

bagian bawahnya dengan

rambut pendek kaku 16- 21

cm

Lebih panjang dari

kepala + badan,

warna tua merata,

tidak berambut, 19 –

25 cm

Sama atau lebih

panjang sedikit dari

kepala + badan , tak

berambut, 7 – 11 cm

Telinga

Relatif kecil, separoh tertutup

bulu, jarang lebih dari 20 – 23

cm

Besar, tegak, tipis dan

tak berambut, 25 – 28

mm

Tegak, besar untuk

ukuran binatang 15

mm/ kurang

Bulu

Bagian punggung abu- abu

kecoklatan, keabu-abuan

pada bagian perut

Abu – abu kecoklatan

sampai kehitaman-

hitaman dibagian

punggung, bagian

perut kemungkinan

putih atau abu – abu,

hitam keabu-abuan

Satu sub species : abu-

abu kecoklatan

bagian perut,

keabuabuan, Lainnya

: keabu-abuan bagian

punggung dan putih

keabu- abuan bagian

perut.

Reproduksi

Sang tikus mencapai umur dewasa sangat cepat, masa kebuntingannya sangat pendek dan

berulang – ulang dengan jumlah anak yang banyak pada setiap kebuntingan

MASA Rattus

Norvegicus

Rattus rattus Mus musculus

Umur dewasa 75 hari 68 hari 42 hari

Masa bunting 22 – 24 hari 20 –22 hari 19 –21 hari

Rata- rata jumlah tikus yg bunting (%) (0,7-34,8) (12,9 – 48,8) (19,8 – 50,5)

Jumlah embrio rata- rata 8,8 6,2 5,8

Per tikus betina (7,9- 9,9) (3,8-7,9) (3,9-7,4)

Adanya kebuntingan 4,32 5,42 7,67

Produksi/betina/tahun 38,0 33,6 44,5

Jumlah penelitian 15 18 11

Kebiasaan dan Habitat

Sang tikus dikenal sebagai binatang

kosmopolitan yaitu menempati hampir di

semua habitat. Habitat dan kebiasaan jenis

tikus yang dekat hubungannya dengan

manusia adalah sebagai berikut :

a. R. norvegicus

Menggali lubang, berenang dan

menyelam, menggigit benda - benda keras

seperti kayu bangunan, alumunium dsb.

Hidup dalam rumah, toko makanan dan

gudang, diluar rumah, kapal, gudang

Page 19: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

19

bawah tanah, dan saluran dalam

tanah/ riol/got.

R. norvegicus

a. R. ratus diardii

Sangat pandai memanjat, biasanya

disebut sebagai pemanjat yang

ulung, termasuk tali – tali sandar kapal

(inilah dasar dibutuhkan rat guard

pada kapa.

Menggigit benda - benda yang keras.

Hidup di lobang pohon, tanaman

yang menjalar. Hidup dalam rumah

dan kapal, tergantung pada cuaca.

R. diardii

a. M musculus termasuk rodensia pemanjat,

kadang - kadang menggali lobang,

menggigit benda - benda yang keras.

Hidup di dalam dan diluar rumah termasuk

di kapal.

Mus musculus

Kemampuan alat indera dan fisik

Sang tikus termasuk binatang nocturnal,

keluar sarangnya dan aktif pada malam hari untuk

mencari makan (Red : saat membantu Si cantik

Cinderela juga pada saat malam hari). Untuk itu

diperlukan suatu kemampuan yang khusus agar

bebas mencari makanan dan menyelamatkan diri

dari predator (pemangsa) pada suasana gelap.

Page 20: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

20

a.Kemampuan alat indera

1. Mencium

Sang tikus mempunyai daya cium yang

tajam, sebelum aktif / keluar dari

sarangnya ia akan mencium – cium

dengan menggerakkan kepala kekiri dan

kekanan. Mengeluarkan jejak bau

selama orientasi sekitar sarangnya

sebelum ia pergi ke tempat lain.

Urin dan sekresi genital yang memberikan

jejak bau yang selanjutnya akan dideteksi

dan diikuti oleh tikus lainnya.

Bau penting untuk Sang tikus karena dari

bau ini dapat membedakan antara tikus

sefamili atau tikus asing.

Bau juga memberikan tanda akan

bahaya yang telah dialami.

2. Menyentuh

Rasa menyentuh sangat bagus

dikalangan Sang tikus komensal yang

sangat membantu pergerakannya

sepanjang jejak dimalam hari.

Sentuhan badan dan kibasan ekor akan

tetap digunakan selama menjelajah,

kontak dengan lantai, dinding dan

benda lain yang dekat sangat

membantu dalam orientasi dan

kewaspadaan bintang ini terhadap ada

atau tidaknya rintangan di depannya.

3. Mendengar

Sang tikus sangat sensitive terhadap

suara yang mendadak. Disamping itu

Sang tikus dapat mendengar suara ultra.

Sang tikus juga mampu mengirim suara

ultra.

4. Melihat

Mata Sang tikus khusus untuk melihat pada

malam hari dan dapat mendeteksi gerakan

pada jarak lebih dari 10 meter dan dapat

membedakan benda dengan ukuran

berbeda. Sang tikus juga mampu melakukan

perkiraan pada jarak lebih dari 1 meter,

perkiraan yang tepat sebagai usaha untuk

melompat bila diperlukan.

5. Mengecap

Rasa mengecap pada Sang tikus berkembang

sangat baik. Sang tikus juga dapat mendeteksi

dan menolak air minum yang mengandung

senyawa racun, pahit dan air yang

mengandung phenylthiocarbamid 3 ppm.

b. Kemampuan fisik

1. Menggali

R. norvegicus adalah binatang penggali

lubang untuk tempat perlindungan dan

sarangnya.

Kemampuan menggali dapat mencapai 2 – 3

meter tanpa kesulitan.

2. Memanjat

Sang tikus komensal adalah pemanjat yang

ulung. Sang tikus rumah atau kapal yang

bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih

beradaptasi untuk memanjat dibandingkan

dengan tikus roil/got.

Namun demikian, kedua spesies tersebut dapat

memanjat kayu dan bangunan yang

permukaannya kasar. Tikus roil/got dapat

memanjat pipa baik di dalam maupun di luar.

Page 21: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

21

3. Meloncat dan melompat.

R. norvegicus dewasa dapat meloncat 77

cm lebih (vertical), bahkan tikus got

dapat melompat sejauh 1,2 meter.

Sedangkan pada M. musculus mampu

melompat arah vertical setinggi 25 cm.

4. Menggerogoti

Sang tikus menggerogoti bahan

bangunan / kayu, lembaran alumunium

maupun campuran pasir, kapur dan

semen yang mutunya rendah.

`5. Berenang dan menyelam

R. norvegicus, R. Rattus, M. musculus

adalah perenang yang baik.

Sang tikus adalah perenang dan

penyelam yang ulung, perilaku yang semi

akustik, hidup disaluran air dibawah

tanah, sungai dan areal lain yang basah.

Bantuan Sang Tikus buat Sanitarian dan

Entomolog saat di Kapal :

Tanda - tanda yang menunjukan

kemungkinan adanya kehidupan Sang tikus

1. Bekas Gigitan ( Gnawing )

Bekas gigitan yang ditinggalkan Sang

tikus pada benda-benda yang terbuat

dari kayu atau kain, biasanya dapat

dilihat pada pintu, jendela, yang terbuat

dari kayu, kain - kain bekas.

2. Alur Jalan ( Run Way )

Salah satu kebiasaan Sang tikus adalah

memakai jalan yang sama (jalan antara

sarang dengan tempat mencari makan)

dan biasanya berjalan searah dengan

dinding (vertikal maupun horizontal),

bekas jalan (run way) tikus umumnya kotor dan

berminyak, pada umumnya tikus jarang

menyeberang ruangan.

3. Bekas Gesekan (Rub Mark)

Segala yang bergesekan dengan Sang tikus

selalu kotor dan berminyak

4. Lubang Terowongan (Burrows)

Biasanya Sang tikus membuat lubang yang

akan digunakan sebagai jalan masuk ke dalam

tanah, baik dalam tanah terbuka, atau di

dekat bangunan -bangunan, gudang -

gudang, dll, salah satu yang paling sering

membuat terowongan dan lubang adalah

Norwey rat.

5. Kotoran (Dropping)

Kotoran Sang tikus dapat dikena karena

mempunyai tanda - tanda sebagai berikut:

- Untuk kotoran baru, bentuk lembek,

mengkilap dan pada umumnya berwarna

gelap.

- Untuk kotoran yang sudah lama, bersifat

keras, kering, dan umumnya berwarna abu -

abu.

6. Bekas telapak (Trak Path)

Bekas telapak kaki Sang tikus dapat dilihat

dengan jelas, kaki belakang mempunyai 5 jari

kaki, sedangkan kaki depan mempunyai 4 jari

kaki. Jejak kaki belakang lebih nampak dari

pada kaki depan sedangkan ibu jari tidak

nampak.

7. Suara (Voice)

Jika terdapat banyak tikus, akan terdengar

mereka berlari - lari terutama pada saat

berada diatas rumah atau dikala hari

menjelang gelap pada saat mereka sedang

mencari makan di dalam rumah ataupun di

kapal.

Page 22: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

22

8. Tikus Hidup dan Tikus mati (Life and Death

rat )

Di dalam ruangan rumah ataupun di

dalam kapal, kadang kala ditemukan

Sang tikus yang telah mati sedangkan

Sang tikus hidup akan berlarian untuk

kelangsungan hidupnya. Dengan

ditemukannya Sang tikus mati atau hidup

menunjukan bahwa di dalam rumah atau

kapal tersebut terdapat tikus.

9. Sarang (Nest)

Sarang Sang tikus terletak di dalam

lubang, dinding, pohon -pohon, dan

tanaman - tanaman yang lainnya.

Ektoparasit

Ektoparasit yang ditemukan

menginfestasi Sang tikus terdiri dari pinjal,

kutu, caplak dan tungau.

1. Pinjal

Pinjal adalah serangga dari ordo

Siphonaptera berukuran kecil (antara 1,5 –

4 mm), berbentuk pipih dibagian samping

(dorso lateral). Kepala – dada - perut

terpisah secara jelas. Pinjal tidak bersayap,

berkaki panjang terutama kaki belakang,

bergerak aktif di antara rambut inang dan

dapat melomcat. Serangga ini berwarna

coklat muda dan tua, ditemukan hampir di

seluruh tubuh inang yang ditumbuhi

rambut. Pinjal dewasa bersifat parasitic

sedang pradewasanya hidup di sarang,

tempat berlindung atau tempat – tempat

yang sering dikunjungi tikus.

2. Kutu

Kutu adalah serangga dari ordo Anoplura yang

selama hidupnya menempel pada rambut

inang. Tubuh kutu terbagai 3 bagian yaitu kepala

– dada - perut, berukuran 0,5 mm – 1 mm. Kutu

pipih dibangian perut (dorso ventral) dan kepala

lebih sempit daripada dada, tidak bersayap dan

di ujung kaki – kakinya terdapat kuku besar untuk

bergantung pada rambut inang, bergerak

lambat, berwarna putih dan umumnya

ditemukan menempel pada rambut punggung

dan perut.

3. Caplak

Caplak adalah sejenis kutu hewan yang

termasuk ke dalam kelompok laba - laba

(Arachnida).

Caplak dibedakan dari serangga (insekta)

karena kepala – dada - perut jadi satu menjadi

bentuk yang terlihat sebagai badannya.

Caplak dibedakan atas 2 keluarga (familia) yaitu

Argasidae (caplak lunak) dan Ixodidae (caplak

keras). Pada caplak keras dibagian depan

(anterior) terlihat ada semacam kepala yang

sebenarnya adalah bagian dari mulutnya

(capitulum), sedangkan pada caplak lunak

bagian mulutnya tidak terlihat dari arah

punggung.

4. Tungau

Tungau adalah Arthropoda yang telah

mengalami modifikasi pada anatominya. Kepala

– dada - perut bersatu. Ukuran badan 05 mm – 2

mm, termasuk ordo Acariformes, familia

Trombiculidae.

Tungau aktif bergerak dan berwarna putih

kekuningan atau kecoklatan. Banyak ditemukan

Page 23: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

23

diseluruh tubuh Sang tikus terutama pada

badan bagian atas dan bawah. Larva

tungau merupakan tahap pradewasa dari

tungau trombikulid. Larva tungau

berukuran tidak lebih dari 0,5 mm, berkaki

tiga pasang, bergerak pasif, menempel

berkelompok dibagian dalam telinga atau

pangkal ekor Sang tikus.

Larva tungau trombikulid bersifat parasitic

sedang tungau dewasa bebas.

Pencegahan

Pencegahan keberadaan Sang tikus

di rumah atau di Kapal dilakukan dengan rat

proofing dan sanitasi lingkungan. Yang

ramah lingkungan adalah pencegahan

berdasarkan sanitasi lingkungan karena

menyangkut penyimpanan bahan makanan,

sisa makanan dan pembuangan limbah

makanan. Penyehatan lingkungan di dalam

ruang kapal ataupun bangunan rumah yaitu

dengan menutup rapat ruangan dengan

bahan yang tidak mudah dirusak.

Tindakan kejam bagi Sang tikus

9. Pemasangan perangkap

Perangkap dipasang dilantai pada lokasi

ditemukannya tanda - tanda keberadaan

Sang tikus.

Sebaiknya ruangan dengan luas sampai

dengan 10 m3 dipasang satu perangkap dan

kelipatannya di tambah satu perangkap.

Perangkap yang belum berisi tikus dibiarkan

sampai tiga malam untuk memberi

kesempatan pada Sang tikus.

Perangkap bekas yang terisi Sang tikus, harus

dicuci dengan air, sabun dan dikeringkan

segera. Pemasangan perangkap dalam upaya

pemberantasan ini dilakukan selama tiga hari

berturut - turut.

10. Pemberantasan tikus secara kimiawi dilakukan

dengan menggunakan umpan beracun yang

hanya dianjurkan digunakan pada area yang

tidak dapat dicapai oleh hewan domestik dan

anak-anak. Pengendalian tikus dengan umpan

beracun sebaiknya sebagai pilihan terakhir.

11. Pemberantasan dengan cara fumigasi.

Beberapa penyakit bersumber tikus

Sang tikus merupakan reservoir dari berbagai agen penyakit seperti virus, ricketsia, bakteri,

protozoa dan cacing yang dapat ditularkan kepada manusia secara langsung, melalui feses, urin

dan ludah atau gigitan Sang tikus dan secara tiding langsung melalui gigitan pinjal (ektoparasit

Sang tikus) sepert kutu, pinjal, caplak, tungau.

Marilah kita cermati beberapa penyakit bersumber Sang Tikus :

Penyakit Penyebab penyakit Vektor Cara Penularan

Pes Bakteri Yersinia Pinjal Melalui gigitan

Murine typhus Rickettsia mooser Pinjal Melalui sisa hancuran

tubuh pinjal terinfeksi

lewar luka akibat

garukan

Page 24: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

24

Scrub tyohus Rickettsia tsutsugamushi Tungau

trombikulid

Melalui gigitan tungau

Lanjutan …..

Penyakit Penyebab penyakit Vektor Cara Penularan

Spotted fever group rickettsiae Rickettsia conorii Caplak Melalui gigitan caplak

Spotted fever group rickettsiae Rickettsia conorii Caplak Melalui gigitan caplak

Leptospirosis Bakteri Leptospira - Melalui selaput lendir

atau luka dikulit bila

terpapar oleh air yang

tercemar dengan urin

tikus.

Salmonelosis Salmonella - Melalui gigitan tikus

atau pencemaran

makanan

Demam gigitan tikus Bakteri Spirillum atau

Streptobacillus

- Melalui luka gigitan

tikus

Trichinosis Cacing Trichinella spiralis - Tidak langsung dengan

cara memakan hewan

pemakan tikus

Angiostongiliasis Cacing Angiostrongilus - Dengan cara

memakan sejenis

keong yang menjadi

inang perantara

penyakit ini.

Demam berdarah Kore Virus hantavirus

(Hantavirus)

- Melalui udara yang

tercemar feses, urin

atau ludah tikus yang

infektif

Foto kasus Pes

SISTEM KEGAWATDARURATAN PADA BENCANA

dr. Endrianan Svieta Lubis

encana talah menjadi bagian dari perjalanan dunia.

Banyak kerugian yang timbul karena bencana,

materi hingga nyawa. Bahkan pada sebagian

korban, bencana telah mengubur

masa depan. Bencana juga

merenggut paksa nyawa orang-

orang tercinta.

Bencana diklasifikasi menjadi dua

jenis yaitu bencana alam dan B

Page 25: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

25

bencana teknologi. Sebagian besar adalah bencana alam.

Karakteristik bencana terbagi atas : alami (bencana alam),

perilaku sosial (terorisme), dan teknologi (penyalahgunaan

teknologi).

Faktor risiko bencana adalah kurangnya kesadaran

penduduk, kondisi sosial politik yang labil, jumlah penduduk,

perencanaan masyarakat miskin kota, pergantian cuaca

dan kerusakan lingkungan hidup serta penyalahgunaan

teknologi.

Prof. Dr. Pedro Arcos Gonzales, dalam diskusi di Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, mensinyalir kematian 1 dari

25 orang di dunia disebabkan bencana alam. Ia

mengingatkan, mempelajari bencana alam sangat penting

demi keselamatan umum terutama aspek kesehatan.

Sebanyak 85 % bencana menimbulkan kematian selama

satu dekade terakhir dan hanya 14% sebagai akibat dari

bencana teknologi yang terdiri atas industri dan transportasi.

Satu dari dua orang meninggal akibat kekeringan dan

kelaparan. Bencana kelaparan dan kekeringan merenggut

nyawa lebih banyak, yakni 3 kali lipat dari gempa bumi.

Sekitar 75% angka kematian akibat bencana terdapat di

Asia. Karena itu bencana sangat berdampak kuat dari sisi

ekonomi di negara berpenghasilan rendah, misalnya Asia,

Afrika dan Amerika latin. Di Asia, akibatnya dapat lebih

berat, karena tiga seperlima penduduk dunia berada di Asis

dan sepertiga luas daratan dunia adalah Asia. Wajar bila

Asia menduduki urutan pertama dalam jumlah korban

kematian akibat bencana alam.

Jumlah korban meninggal secara keseluruhan menurun

walaupun jumlah bencana bertambah. Hal itu terjadi karena

semakin baiknya sistem pencegahan dan sarana perbaikan

kesehatan.

Meski demikian, masih terus dibutuhkan inisiatif yang penting

semacam strategi internasional untuk mencegah bencana

atau dalam bentuk strategi global.

Bencana, apapun bentuknya, mempengaruhi produksi

makanan dan keamanan nutrisi, mengganggu sistem sanitasi

dan program kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental

dan perilaku penduduk.

Dalam situasi bencana, terjadi keadaan yang tidak

seimbang antara masalah dan penanganannya. Karena itu

dibutuhkan koordinasi yang baik antar pihak-pihak yang

berkepentingan. Masyarakat harus

dipersiapkan untuk menghadappi

bencana.

Menurut Dr. Carlos Martinez

Monzon, ada tiga hal yang sangat

menentukan dalam penanganan

bencana, yaitu alat kesehatan,

kemampuan SDM, dan kapasitas

rumah sakit. Dalam hal ini sistem

kegawatdaruratan (emergency)

meliputi peralatan dan potensi

manusia yang terkoordinir seperti

tenaga medis, ambulans dan

helikopter. Semua itu dipindahkan

ke daerah bencana.

Ada dua model sistem

kegawatdaruratan yang dikenal

yaiu model Eropa, dimana dokter

dan perawat dalam satu sistem

kegawatdaruratan. Model

Amerika sudah menyertakan

teknisi di dalamnya.

Sebuah sistem kegawatdaruratan

yang baik diyakini akan

menurunkan angka kematian

sebesar 15%. Salah satu langkah

yang dpaat ditempuh adalah

membangun komunikasi yang

baik dengan pusat koordinasi.

Selain itu perlindungan dan

pemberian keamanan kepada

korban bencana juga sangat

penting. Tidak hanya fisik, tetapi

juga psikologis.

Page 26: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

26

Proses evakuasi dilakukan untuk memudahkan pekerjaan tim

medis. Bagian utama dari sistem medis adalah perilaku dan

alat. Keduanya harus saling melengkapi dan mendukung

satu sama lain.

(Disadur dari Dokter Kita, Agustus

2007)

KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BIDANG UPAYA KESEHATAN PELABUHAN,KKP KELAS I TANJUNG PRIOK

oleh : dr. I Nyoman Putra

Pelabuhan Tanjung priok merupakan salah satu pintu gerbang masuk negara, tempat berbagai kegiatan

ekonomi dan merupakan factor resiko terjadinya berbagai macam gangguan kesehatan. Perkembangan

kegiatan ekonomi dan teknologi selain membawa manfaat terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia

juga mempunyai dampak negative terhadap masyarakat, dalam hal ini d bidang kesehatan.

ntuk mengantisipasi dampak yang

kurang menguntungkan tersebut

diperlukan keperdulian dari berbagai

pihak baik swasta maupun pemerintah. Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Tanjung

Priok merupakan salah satu instansi pemerintah

yang berperan dalam penanganan berbagai

dampak negative yang timbul tehadap

kesehatan, terutama di wilayah pelabuhan.

Agar masyarakat wilayah Pelabuhan Tanjung

Priok mendapat pelayanan yang optimal, KKP

Kelas I Tanjung Priok harus didukung oleh

sumber daya manusia yang handal dan terlatih

dalam menjalankan tugasnya. Dalam rangka

meningkatkan kemampuan petugas

pelabuhan pada umumnya dan petugas KKP

Kelas I Tanjung Priok pada khususnya, maka

perlu diperlukan pelatihan-pelatihan khusus

bagi para petugas tersebut. Oleh karena itu,

salah satu tugas pokok dan fungsi dari KKP

sesuai Kepmenkes nomor

265/MENKES/SK/III/2004 adalah

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

yang berkaitan dengan masalah kesehatan.

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut

maka bidang Upaya Kesehatan Pelabuhan

(UKP) KKP Kelas I Tanjung Priok Kelas I Tanjung

Priok pada tahun 2007 ini menyelenggarakan

pelatihan-pelatihan yang terdiri dari Pelatihan

Kegawatdaruratan Medik (bagi petugas KKP

Kelas I Tanjung Priok ), Pelatihan Pencegahan

dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual

(IMS) dan Pelatihan Kesehatan Matra Pada

Situasi Khusus.

I. Pelatihan Kegawatdaruratan Medik (Bagi

Petugas KKP Kelas I Tanjung Priok )

Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 16

Maret 2007 di Cisarua, Bogor. Pelatihan diikuti

oleh 30 orang pegawai KKP Kelas I Tanjung

Priok.

Materi yang disampaikan adalah :

1. Kebijakan dan strategi nasional

kesehatan penanganan

kegawatdaruratan akibat bencana

2. Standar penanganan kegawatdaruratan

akibat bencana

3. Bantuan Hidup Dasar (BHD)

U

Page 27: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

27

4. Penanganan korban keracunan

5. Pengamanan korban luka dan

perdarahan

6. Penanganan korban luka baker

7. Penanganan korban tenggelam

8. Triase dan evakuasi

9. Penanganan korban cedera

10. Desinfeksi dalam penanggulangan

masalah akibat bencana

11. Surveilens epidemiologi bencana

kesehatan

Narasumber pada pelatihan ini berasal dari :

1) Pusat Penanggulangan Krisis, Depkes RI

2) Sub. Dit. Matra Ditjen PP & PL

3) Sudin Yankes Jakarta Utara

4) KKP Kelas I Tanjung Priok

II. Pelatihan Pencegahan dan

Penanggulangan Infeksi Menular Seksual

(IMS)

Pelatihan Penanganan dan Penanggulangan

IMS dilaksanakan pada tanggal 22 s/d 26 mei

2007 di Hotel Grafika Mas, Cisarua – Bogor.

Diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari :

A. Pegawai KKP = 23 orang

B. Stake holder = 7 orang

Materi yang disampaikan pada pelatihan ini

adalah :

1. Kebijakan penanggulangan IMS &

HIV/AIDS di Indonesia

2. Epidemiologi IMS & HIV/AIDS di Jakarta

Utara

3. Tupoksi KKP Kelas I Tanjung Priok

4. Informasi dasar IMS & HIV/AIDS

5. Seksualitas & Kesehatan Seksualitas

6. VCT (Voluntary Counseling Test)

7. Universal Precaution

8. Klinik IMS

9. Pengenalan IMS dengan pendekatan

sindrom

10. Penatalaksanaan Mitra Seksual

11. Konseling

12. Surveilence epidemiologi IMS & HIV/AIDS

Narasumber berasal dari :

1) Sub Dit. HIV/AIDS Direktorat Jenderal PP &

PL

2) Sudin Kesmas Jakarta Utara

3) Pokja HIV-AIDS RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso

4) KKP Kelas I Tanjung Priok

Page 28: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

28

III. Pelatihan Kesehatan Matra Pada Situasi

Khusus

Pelatihan Kesehatan Matra Pada Situasi Khusus

dilaksanakan di Bapelkes Ciloto, tanggal 18 s/d

20 Juni 2007. Pelatihan diikuti oleh 30 peserta,

terdiri dari :

A. Petugas KKP = 22 orang

B. Stake Holder = 8 orang

Materi yang disampaikan adalah :

1. Kebijakan dan Strategi Nasional

Kesehatan matra pada Situasi Khusus

2. Peran ADPEL dalam penanggulangan

Kesehatan Matra pada situasi khusus di

Pelabuhan

3. Tupoksi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Kelas I Tanjung Priok

4. Rapid Health Assesment pada situasi

khusus di Pelabuhan

5. Sanitasi darurat dalam kesehatan situasi

khusus di Pelabuhan

6. Emergency Medical Response

7. Penanggulangan penderita gawat

darurat dalam situasi khusus di

pelabuhan

8. Penyelidikan dan penanggulangan KLB

pada situasi khusus di Pelabuhan

9. Mobilisasi sumber daya

10. Jejaring Kerja dan informasi kesehatan

pada situasi khusus di Pelabuhan

11. Contigency Plan

12. Gladi situasi khusus di Pelabuhan

Narasumber berasal dari :

1) Sub. Dit. Matra PP & PL

2) Sub. Dit. Surveilans Epidemiologi PP & PL

3) ADPEL Utama Tanjung Priok

4) Seksi Gadar Sudin Yankes Jakarta Utara

PELAYANAN KESEHATAN TERBATAS

BIDANG UPAYA KESEHATAN PELABUHAN DI WILAYAH KERJA PELABUHAN MARUNDA

(LAPORAN PROGRAM KERJA)

Oleh : dr. Santi Kartikasari

Page 29: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

29

Dalam rangka melaksanakan tupiksi Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Tanjung

Priok, Bidang Upaya Kesehatan Pelabuhan

(UKP) pada tanggal 23 sampai dengan 25 Juli

2007 melaksanakan program kegiatan

pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja

Marunda, tepatnya di kampong legendaries

Betawi Si Pitung, yang letak geografisnya

dikelilingi oleh laut dangkal sehingga petugas

yang melaksanakan tugas kesana memerlukan

transportasi perahu dayung dengan jarak

tempuh sekitar 15 menit untuk mencapai lokasi.

Warga sangat antusias menyambut program

UKP tersebut, mengingat di wilayah tersebut

jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Tidak

sedikit dari warga yang berobat sudah

menderita sakit lebih dari seminggu.Layanan

kesehatan yang rutin di wilayah tersebut

adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)

yang dilaksanakan kader Puskesmas setiap

sebulan sekali.

Kegiatan tersebut juga merupakan salah satu

upaya UKP dalam rangka deteksi dini penyakit

menular yang ada di wilayah kerja KKP Kelas I

Tanjung Priok, pada umumnya, dan di Wilayah

kerja Pelabuhan Marunda, pada khususnya.

Dengan program ini diharapkan didapat

gambaran penyakit yang diderita warga di

sekitar pelabuhan dan data yang di dapat

dapat membantu dalam pengendalian

penyakit menular.

Hasil kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Jumlah Kunjungan Pada ScreeningKesehatan

Di Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda

KKP Kelas I Tanjung Priok, Tgl. 23 s/d25 Juli 2007

UMUR JUMLAH PROPORSI

0 - 1 TH 4 4%

1 - 5 TH 8 8%

5 - 15 TH 20 20%

> 15 TH 68 68%

TOTAL 100 100%

Grafik 1

Tabel 2

10 Besar Kasus Yang Ditemukan Pada Screening

Kesehatan Di Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda

KKP Kelas I Tanjung Priok, Tgl. 23 S/D25 Juli 2007

NO KASUS JUMLAH

1 ISPA 27

2 Cephalgia 12

3 Myalgia 11

4 Hipertensi 8

5 Dermatitis 8

6 Gastritis 6

7 Reumatik 5

8 Dispepsia 4

9 Caries 3

10 Fatique 2

11 Lain-lain 14

Jumlah 100

Grafik 2

Tabel 3

Kasus Penyakit Menular Yang Ditemukan Pada

Screening Kesehatan

Di Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda

KKP Kelas I Tanjung Priok Tanggal 23 s/d 25 Juli 2007

NO Kasus Umur (tahun) ∑ Jumlah Kunjungan Pada Screening di Wilayah Kerja Marunda

KKP Kelas I Tanjung Priok, Tanggal 23 s/d 25 Juli 20074%

8%

20%

68%

0 - 1 TH

1 - 5 TH

5 - 15 TH

> 15 TH

10 Besar Kasus Yang Ditemukan Pada Screening di

Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda KKP Kelas I

Tanjung Priok, Tanggal 23 s/d 25 Juli 2007

32%

14%

13%

9%

9%

7%

6%5%

3% 2% ISPA

Cephalgia

Myalgia

Hipertensi

Dermatitis

Gastritis

Reumatik

Dispepsia

Caries

Fatique

Page 30: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

30

0 - 4 5 - 15 > 15

1 ISPA 9 5 13 27

2 Dermatitis 0 5 3 8

3 Conjungtivitis 0 1 0 1

4 Candidiasis 0 0 1 1

5 Herpes Labialis 0 0 1 1

Jumlah 9 11 18 38

Grafik 3

Penyakit Menular Yang Ditemukan Pada

Screening Kesehatan di Wilayah Kerja Pelabuhan

Marunda KKP Kelas I Tanjung Priok, Tanggal 23

s/d 25 Juli 2007

90 0 0 0

5 5 1 0 0

13

3 0 1 1

27

81 1 1

0

10

20

30

ISPA Dermatitis Conjungtivitis Candidiasis Herpes

LabialisKasus

Ju

mla

h

0 - 4 TH 5 - 15 TH> 15 TH

Tabel 4

Kasus Penyakit Tidak Menular Yang Ditemukan

Pada Screening Kesehatan

Di Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda

KKP Kelas I Tanjung Priok, Tgl. 23 s/d 25 Juli 2007

No Kasus Umur(tahun) ∑

0 - 4 5 - 15 > 15

1 Cephalgia 0 0 12 12

2 Myalgia 0 0 11 11

3 Hipertensi 0 0 9 9

4 Gastritis 0 2 4 6

5 Reumatik 0 0 5 5

6 Dispepsia 0 3 1 4

7 Caries 1 2 0 3

8 Fatique 0 0 2 2

9 Hipotensi 0 0 2 2

10 GE 1 1 0 2

11 DM 0 0 1 1

12 Urtikaria 0 1 0 1

13 Pioderma 0 0 1 1

14 Defisiensi Gizi 1 0 0 1

15 Obs. Katarak 0 0 1 1

16 Hematum 0 0 1 1

Jumlah 3 9 50 62

Grafik 4

EXECUTIVE SUMMARY

PENYELENGGARAAN PELATIHAN CEGAH TANGKAL DALAM PENANGGULANGAN DAN

PENANGANAN AVIAN INFLUENZA DI PELABUHAN

BAGI PETUGAS KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK

BPTKM PASTEUR, BANDUNG, JAWA BARAT, 1 S/D 5 MEI 2007

I. PENDAHULUAN

Flu burung atau yang lebih dikenal dengan nama Avian Influenza penyakit saluran pernafasan

yang disebabkan oleh salah satu subtipe dari virus Influenza A. Sejak tahun 1889 telah terjadi

beberapa kali pandemi yaitu H2N2, H3N8, H1N1 dan H3N2. Pada 1997 terjadi wabah Avian

Penyakit Tidak Menular Yang Ditemukan Pada Screening Kesehatan di

Wilayah Kerja Pelabuhan Marunda

KKP Kelas I Tanjung Priok, Tanggal 23 s/d 25 Juli 2007

0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 00 0 0 2 03 2 0 0 1 0 1 0 0 0 0

12 11 9

4 51 0 2 2 0 1 0 1 0 1 1

12 11 96 5 4 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1

0

5

10

15

Cepha

lgia

Myalgi

a

Hiperte

nsi

Gastrit

is

Reumati

k

Dispep

sia

Caries

Fatiq

ue

Hipoten

si GEDM

Urtikari

a

Pioder

ma

Defisie

nsi G

izi

Obs. K

atara

k

Hematu

m

Kasus

Ju

mlah

0 - 4 TH 5 - 15 TH > 15 TH JUMLAH

Page 31: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

31

Influenza H5N1 pada manusia pertama kali dilaporkan di Hongkong, dari tahun 2003 sampai

Maret 2006 terjadi di beberapa negara seperti Thailand, Vietnam, Kamboja, China Turki dan Irak

termasuk,Indonesia

Avian Influenza saat ini telah menjadi masalah

kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia

dan juga di dunia Internasional, karena AI

selain menyerang hewan ternyata juga

menyerang manusia.Sampai saat ini kasus terus

bertambah baik pada binatang maupun pada

manusia. Penambahan jumlah kasus inilah yang

menjadi kekhawatiran dunia karena virus

Influenza tersebut mampu untuk bermutasi atau

reassortment ( menyatunya virus Avian Influenza

dengan virus Influenza pada manusia atau

babi) dapat menghasilkan subtipe virus baru

yang dapat menimbulkan pandemi Influenza.

WHO memperkirakan bahwa pandemi

Influenza akan terjadi hanya waktunya kapan

belum dapat dipastikan.

Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan

(KKP) sebagai garda terdepan dalam upaya

cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit

menular potensial wabah sangat berisko untuk

terkena penyakit Avian Influenza. Disisi lain

petugas KKP juga dituntut untuk selalu tanggap

dan cepat dalam memberikan pelayanan

kepada pengguna jasa. Untuk itu sikap

provesionalisme dalam melaksanakan cegah

tangkal terhadap penyakit harus menjadi

bagian dalam pelaksanaan tugas, karena

upaya cegah tangkal tidak akan berhasil

dengan baik bila tidak didukung oleh

kemampuan dan kompetensi petugas yang

memadai.

Menyadari akan tantangan ke depan

dan kelemahan yang dimiliki saat ini, melalui

Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I

Tanjung Priok No : DL.01.03.5.81.328 tanggal 28

Februari 2007 tentang Pembentukan Panitia

Pelatihan Surveilans Epidemiologi Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok,

telah diselenggarakan Pelatihan Cegah

Tangkal Dalam Penanggulangan Dan

Penanganan Avian Influenza Di Pelabuhan Bagi

Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I

Tanjung Priok, tanggal 1 s/d 5 Mei 2007 di BPTKM

Depkes, Bandung, Jawa Barat. Pelatihan

tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan

petugas yang handal, professional dan peka

terhadap perubahan yang ada sebagai

pelaksana Cegah Tangkal Dalam

Penanggulangan Dan Penanganan Avian

Influenza Di Pelabuhan

.

II. TUJUAN

Tujuan dari pelatihan ini adalah

diperolehnya peningkatan pemahaman

pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan

petugas KKP dalam melakukan cegah tangkal

dan penaganan penyakit avian influenza di

pelabuhan

III. PESERTA

Kriteria peserta pelatihan yaitu

1. Pendidikan minimal SLTA / sederajat

2. Diutamakan tenaga teknis lapangan

3. Usia peserta maksimal 50 tahun

Jumlah peserta pelatihan : 30 orang, dengan

rincian sebagai berikut :

Page 32: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

32

1. Dokter : 2 orang

2. Perawat : 8 orang

3. Epidemiolog : 7 orang

4. Sanitarian : 6 orang

5. Entomolog : 4 orang

6. Sopir : 3 orang

IV. MATERI PELATIHAN

1. Materi Dasar

a. Peran KKP dalam cegah tangkal

penanggulangan dan penanganan AI di

pelabuhan

b. Peran Adpel dalam penanganan dan

penanggulangan Faktor risiko Avian

Influenza di kapal dan di Pelabuhan

2. Materi Inti

a. Penyakit Avian Influenza

b. Surveilans epidemiologi penyakit avian

influenza integrasi

c. Faktor risiko AI di kapal dan di pelabuhan

d. Penanganan dan penanggulangan

faktor risiko Avian Influenza di Pelabuhan

e. Penggunaan APD Avian Influenza

f. Tata laksana kasus dan pertolangan

pertama kasus AI di kapal

g. Sistem rujukan kasus AI di pelabuhan

h. Penanggulangan dan penanganan

kasus avian inluenza di kapal dan di

pelabuhan

3. Materi Penunjang

a. Building Learning Comitment (BLC)

b. Rencana Tindak Lanjut Penyelenggaraan

Cegah Tangkal Dalam Penanggulangan

Dan Penanganan Avian Influenza Di

Pelabuhan pada Kantor Kesehatan

Pelabuhan

V. NARA SUMBER / PENGAJAR / FASILITATOR

a. Ditjen PP & PL Depkes

b. Administrator Utama Pelabuhan Tanjung

Priok

c. Badan PSDM Kesehatan Depkes

d. Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR.

Sulianti Saroso

e. KKP Kelas I Tanjung Priok

VI. MEKANISME PELATIHAN

Metodologi atau mekanisme dalam

penyelenggaraan pelatihan ini dilaksanakan

dengan cara :

1. Penjelasan materi

2. Diskusi

3. Tanya jawab

4. Exercise

5. Penugasan

6. Game

7. Studi kasus

8. Simulasi

9. Praktek

VII. WAKTU DAN TEMPAT

Pelatihan ini dilaksanakan di Balai

Pelatihan Tenaga Kesehatan Masyarakat

Depkes Pasteur Bandung, Jawa Barat dari

tanggal 1 s/d 5 Mei 2007

VIII. PEMBIAYAAN

Biaya pelaksanaan kegiatan pelatihan

cegah tangkal dalam penanggulangan dan

penanganan avian influenza di pelabuhan bagi

petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan

dibebankan kepada DIPA KKP Kelas I Tanjung

Priok Tahun Anggaran 2007

Page 33: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

33

IX. HASIL PENYELENGGARAAN PELATIHAN

Hasil dari penyelenggaraan pelatihan ini

sebagai berikut :

1. Jumlah peserta latih sebanyak 30 (tiga

puluh) peserta

2. Nara sumber / pengajar / fasilitator

memberikan materi sesuai yang telah

direncanakan pada jadwal pelatihan

3. Hasil Pre Test dari 30 (tiga puluh) peserta,

rentang nilainya yaitu nilai terendah 25

dan nilai tertinggi 85 dengan nilai rata-

rata 56,33

4. Hasil Post Tes dari 30 (tiga puluh) peserta,

rentang nilainya yaitu nilai terendah 60

dan nilai tertinggi 100 dengan nilai rata-

rata 72,26

5. Hasil evaluasi nara sumber / pengajar

rentang nilainya yaitu nilai

terendah.75,4 dan tertinggi 82,3 serta

nilai rata-ratanya 75,85 dengan

prediksi baik sekali.

6. Hasil evaluasi penyelenggaraan

pelatihan, dengan variabel penilaian

yaitu tempat penyelenggaraan,

konsumsi pelatihan dan pelayanan

panitia terhadap peserta, rentang

nilainya yaitu nilai terendah 69,7 dan

nilai tertinggi 78,8 serta nilai rata-rata

74,2 dengan prediksi baik.

X. KESIMPULAN

Dari hasil penyelenggaraan pelatihan

tersebut di atas maka dapat disimpulkan hal-

hal sebagai berikut :

1. Peserta pelatihan yang hadir 100%

2. Dari hasil pre test dan post test yang

diperoleh peserta pelatihan, yaitu dari

predikat kurang menjadi predikat baik

sekali. Hasil tersebut kiranya telah sesuai

apa yang diharapkan seperti pada tujuan

pelatihan

3. Nara sumber / pengajar yang telah

memberikan materi sesuai dengan bidang

dan profesinya, sehingga peserta

pelatihan antusias untuk mengikuti

pelatihan

4. Penyelenggaraan pelatihan cegah

tangkal dalam penanggulangan dan

penanganan avian influenza di pelabuhan

bagi petugas Kantor Kesehatan

Pelabuhan berjalan dengan baik dan

sebagaimana mestinya

5. Terciptanya persamaan persepsi dalam

melaksanakan program cegah tangkal

dalam penanggulangan dan

penanganan avian influenza di lingkungan

pelabuhan

6. Meningkatkan kesigapan para petugas

Kantor Kesehatan Pelabuhan dalam

melaksanakan program cegah tangkal

penanggulangan dan penanganan AI di

pelabuhan.

7. Keuntungan dan hambatan pelatihan :

a. Keuntungan :

- Meningkatkan pemahaman

pengetahuan, kemampuan dan

ketrampilan petugas Kantor

Kesehatan Pelabuhan

- Terampil dan sigap dalam melakukan

penanggulangan dan penanganan

avian influenza di pelabuhan.

Page 34: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

34

- Mampu melaksanakan tugas

penanggulangan dan penanganan

avian influenza di pelabuhandengan

benar sesuai prosedur

b. Hambatan :

- Latar belakang pendidikan peserta

pelatihan yang sangat bervariatif.

- Belum pernah terpapar dengan

kasus yang sebenarnya, sehingga

pemahaman dalam proses belajar

kurang optimal

- Alokasi dana untuk

penyelenggaraan program cegah

tangkal penanggulangan penyakit

masih terbatas

XI. SARAN REKOMENDASI

1. Perlu disusun rencana tindak lanjut untuk

penyelenggaraan cegah tangkal dalam

penanggulangan dan penanganan AI

secara konprehensif di lingkungan KKP

dan melibatkan stake holder terkait.

2. Perlu diselenggarakan pelatihan/simulasi

penanggulangan dan penanganan

penyakit dengan lintas sektor.

Bandung, Mei 2007

Ketua Penyelenggara

TTD

Sogir Haratua Siregar, SKM.

Nip. 140 080 548

EXECUTIVE SUMMARY

PENYELENGGARAAN PELATIHAN SURVAILANS EPIDEMIOLOGI

BAGI PETUGAS KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

YANG DISELENGGARAKAN OLEH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK

BLK DEPKES CIMACAN, CIANJUR, JAWA BARAT, 17 S/D 22 APRIL 2007

I. PENDAHULUAN

Sebagaimana kita ketahui bersama

pelabuhan, bandar udara dan lintas batas

darat merupakan batas-batas antar negara

dan merupakan pintu gerbang perdagangan

serta laju pertambahan ekonomi baik antar

daerah maupun antar negara. maka

diperlukan kondisi status pelabuhannya harus

sehat dan tetap kondusif bagi perkembangan

dan pertumbuhan ekonomi nasional maupun

global.

Perlu kiranya kita sadari bahwa kita

bekerja dalam lingkungan pelabuhan yang

mempunyai intensitas dan mobilitas sangat

tinggi bagi keluar masuknya kapal dan lalu

lintas manusia maupun barang, sehingga

permasalahan kesehatan akan muncul seiring

dengan perkembangan kemajuan ilmu

pengetahuan teknologi, khususnya teknologi

transportasi.

Sejalan dengan hal tersebut kiranya

perlu kita kembangkan system Surveilans yang

handal agar dampak yang muncul dapat

diantisipasi secara dini dan tidak menjadi

masalah kesehatan nasional maupun

internasional. Pada saat ini pelabuhan tidak

hanya berfungsi sebagai pintu keluar masuknya

Page 35: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

35

barang, jasa dan manusia, akan tetapi sudah

berkembang lebih jauh menjadi sentra-sentra

industri yang menyerap banyak tenaga kerja,

pusat perdagangan, pariwisata yang mampu

mendatangkan turis domestik maupun luar

negeri dalam jumlah besar sebagai penghasil

devisa bagi negara.

Menyadari akan tantangan ke depan

dan kelemahan yang dimiliki saat ini, melalui

Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I

Tanjung Priok No : DL.01.03.5.81.327 tanggal 28

Februari 2007 tentang Pembentukan Panitia

Pelatihan Surveilans Epidemiologi Kantor

Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok,

telah diselenggarakan Pelatihan Survailans

Epidemiologi Bagi Petugas Kantor Kesehatan

Pelabuhan tanggal 17 s/d 22 April 2007 di BLK

Depkes, Cimacan, Cianjur, Jawa Barat.

Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk

mendapatkan petugas survailans epidemiologi

yang handal, professional dan peka terhadap

perubahan yang ada sebagai pelaksana

cegah tangkal penyakit karantina dan penyakit

menular potensial wabah.

II. TUJUAN

Tujuan dari pelatihan ini adalah

diperolehnya peningkatan pemahaman

pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan

petugas KKP dan mau melaksanakan Surveilans

Epidemiologi khususnya di lingkungan

pelabuhan, sehingga terampil dalam

mengumpulkan, mengolah, menganalisis,

menginterpretasi data dan membuat laporan

secara komprehensif sesuai tugas dibidangnya

masing-masing.

III. PESERTA

Kriteria peserta pelatihan yaitu :

1. Pendidikan minimal D3 Kesehatan

Masyarakat

2. Diutamakan tenaga fungsional epidemiologi

3. Menangani kegiatan surveilans epidemiologi

di tempat kerjanya

4. Usia peserta maksimal 45 tahun

5. Dapat mengoperasikan komputer, minimal

program excel dan word

Jumlah peserta pelatihan sebanyak 42 peserta,

dengan rincian sebagai berikut :

1. KKP Kelas 1 Denpasar : 1 orang

2. KKP Kelas II Surabaya : 1 orang

3. KKP Kelas II Medan : 2 orang

4. KKP Kelas II Makasar : 2 orang

5. KKP Kelas II Batam : 1 orang

6. KKP Kelas II Tanjung Pinang : 1 orang

7. KKP Kelas II Banjarmasin : 1 orang

8. KKP Kelas II Jakarta : 1 orang

9. KKP Kelas II Tarakan : 2 orang

10. KKP Kelas II Mataram : 1 orang

11. KKP Kelas II Padang : 1 orang

12. KKP Kelas II Semarang : 3 orang

13. KKP Kelas II Tg. Balai Karimun : 1 orang

14. KKP Kelas II Palembang : 1 orang

15. KKP Kelas III Pangkal Pinang : 1 orang

16. KKP Kelas III Kupang : 1 orang

17. KKP Kelas III Pontianak : 2 orang

18. KKP Kelas III Balikpapan : 1 orang

19. KKP Kelas III Manado : 1 orang

20. KKP Kelas III Banten : 1 orang

21. KKP Kelas III Lhoksemawe : 2 orang

22. KKP Kelas III Samarinda : 1 orang

Page 36: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

36

23. KKP Kelas III Ambon : 1 orang

24. KKP Kelas III Manokwari : 1 orang

25. KKP Kelas III Jayapura : 1 orang

26. KKP Kelas 1 Tanjung Priok : 10 orang

IV. MATERI PELATIHAN

1. Materi Dasar

a. Tupoksi dan klasifikasi Kantor

Kesehatan Pelabuhan

b. Peran Adpel dalam SE di pelabuhan

2. Materi Inti

a. Surveilans Epidemiologi

Kekarantinaan

b. Pengumpulan data SE

kekarantinaan di pelabuhan

c. Pengolahan data SE kekarantinaan

di pelabuhan

d. Program pengolahan data dengan

menggunkan komputer

e. Analisa data survailans epidemiologi

kekarantinaan

f. Analisa data dengan menggunakan

komputer

g. Penyusunan laporan survailans

epidemiologi kekarantinaan

h. Desiminasi informasi survailans

epidemiologi

3. Materi Penunjang

a. Building Learning Comitment (BLC)

b. Rencana Tindak Lanjut

Penyelenggaraan Surveilans

Epidemiologi Kekarantinaan pada

Kantor Kesehatan Pelabuhan

V. NARA SUMBER / PENGAJAR / FASILITATOR

a. Adpel utama Pelabuhan Tanjung Priok

b. Sub Direktorat Survailans Epidemiologi,

Direktorat SEPIM & Kesma, Ditjen PP & PL

Depkes

c. Pusdiklat Badan PSDM Kesehatan Depkes

d. Bidang Karantina dan Survailans

Epidemiologi KKP Kelas I Tanjung Priok

e. Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan

KKP Kelas I Tanjung Priok

f. Bidang Upaya Kesehatan Pelabuhan KKP

Kelas I Tanjung Priok

g. Bagian Tata UsahaKKP Kelas I Tanjung

Priok

VI. MEKANISME PELATIHAN

Metodologi atau mekanisme dalam

penyelenggaraan pelatihan ini dilaksanakan

dengan cara :

1. Penjelasan materi

2. Diskusi

3. Tanya jawab

4. Exercise

5. Penugasan

6. Game

7. Studi kasus

8. Praktek

VII. WAKTU DAN TEMPAT

Pelatihan ini dilaksanakan di Balai Latihan Kerja

Depkes Cimacan, Cianjur, Jawa Barat dari

tanggal 17 s/d 22 April 2007

VIII. PEMBIAYAAN

Biaya pelaksanaan kegiatan pelatihan

survailans epidemiologi bagi petugas Kantor

Kesehatan Pelabuhan dibebankan kepada

DIPA KKP Kelas I Tanjung Priok Tahun Anggaran

2007

Page 37: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

37

IX. HASIL PENYELENGGARAAN PELATIHAN

Hasil dari penyelenggaraan pelatihan ini

sebagai berikut :

1. Jumlah peserta latih sebanyak 39 (tiga

puluh sembilan) peserta

2. Nara sumber / pengajar / fasilitator

memberikan materi sesuai yang telah

direncanakan pada jadwal pelatihan

3. Hasil Pre Test dari 39 (tiga puluh lima)

peserta, rentang nilainya yaitu nilai

terendah 1,67 dan nilai tertinggi 7,33

dengan nilai rata-rata 4,59

4. Hasil Post Tes dari 39 (tiga puluh lima)

peserta, rentang nilainya yaitu nilai

terendah 6,67 dan nilai tertinggi 9,67

dengan nilai rata-rata 8,10

5. Hasil evaluasi nara sumber / pengajar

rentang nilainya yaitu nilai terendah.71,5

dan tertinggi 89,2 serta nilai rata-ratanya

80,35 dengan prediksi baik sekali.

6. Hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan,

dengan variabel penilaian yaitu tempat

penyelenggaraan, konsumsi pelatihan dan

pelayanan panitia terhadap peserta,

rentang nilainya yaitu nilai terendah 78,9

dan nilai tertinggi 86,7 serta nilai rata-rata

82,8dengan prediksi baik.

X. KESIMPULAN

Dari hasil penyelenggaraan pelatihan tersebut

di atas maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Peserta pelatihan yang hadir 100%

2. Dari hasil pre test dan post test yang

diperoleh peserta pelatihan, yaitu dari

predikat kurang menjadi predikat baik

sekali. Hasil tersebut kiranya telah sesuai

apa yang diharapkan seperti pada tujuan

pelatihan

3. Nara sumber / pengajar yang telah

memberikan materi sesuai dengan bidang

dan profesinya, sehingga peserta

pelatihan antusias untuk mengikuti

pelatihan

4. Penyelenggaraan pelatihan survailans

epidemiologi bagi petugas kantor

kesehatan pelabuhan berjalan dengan

baik dan sebagaimana mestinya

5. Terciptanya persamaan bahasa,

pengertian, tindakan, dalam

melaksanakan program survailans

epidemiologi di lingkungan Kantor

Kesehatan Pelabuhan

6. Kesiapan para petugas Kantor Kesehatan

Pelabuhan dalam melaksanakan program

survailans epidemologi

7. Keuntungan dan hambatan pelatihan :

a. Keuntungan :

- Meningkatkan pemahaman

pengetahuan, kemampuan dan

ketrampilan petugas Kantor

Kesehatan Pelabuhan

- Terampil dalam pengumpulan,

pengolahan, analisa dan interpretasi

data sebagai bahan informasi

dalam pengambilan keputusan.

- Dapat mengetahui pragram-

program komputer yang digunakan

dalam pengolahan dan analisis

data.

b. Hambatan :

Page 38: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

38

- Pemahaman pengetahuan,

kemampuan dan ketrampilan

petugas di lingkungan Kantor

Kesehatan pelabuhan belum

optimal

- Sebagian besar kemampuan

menggunakan komputer untuk

pengolahan maupun analisis data

belum maksimal

- Alokasi dana untuk

penyelenggaraan program

survailans epidemiologi masih

terbatas

XI. SARAN REKOMENDASI

1. Perlu agar disusun rencana tindak lanjut

untuk penyelenggaraan survailans

epidemiologi secara konprehensif di

lingkungan KKP

2. Perlu penyelenggaraan pelatihan

survailans epidemiologi penyakit

karantina dan penyakit potensial wabah

yang spesifik.

Cianjur, April 2007

Ketua Penyelenggara

TTD

Sogir Haratua Siregar, SKM.

Nip. 140 080 548

CETAK PHOTO SENDIRI KENAPA TIDAK ?

Oleh : Nana Mulyana

imasa sekarang dengan teknologi yang semakin maju

apapun kegiatannya dilakukan dengan cara cepat dan

mudah begitu pula dalam mencetak photo. Namun untuk

mencapainya diperlukan pula alat-alat tambahan berupa kamera digital, PC , printer, kertas

photo A4 glosy dan sedikit kreatifitas dalam pengambilan gambar sehingga menghasilkan photo

digital yang bagus. Namun sayang jika hasil cepretan tersebut tidak dapat dimanfaatan untuk

kebutuhan photo sebagai persyaratan sertifikat dan dokumen penting lainnya. Selain kamera

digital kita juga memerlukan software untuk mengolah hasil photo digital tersebut. Software yang

digunakan adalah Adobe Photoshop CS versi 1 atau 2, walaupun mencetak bisa menggunakan

software printer namun untuk menambah ilmu tidak ada salah mecoba siapa tahu dengan cara

yang baru lebih mudah dalam pengoperasiannya.

Sebelum melangkah bagaimana cara membuat pas photo itu sendiri kita tengok dulu dalam

pengambilan gambar untuk nantinya hasil tersebut bias digunakan untuk photo pesyaratan

D

Page 39: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

39

sertifikat atau dokumen. Persiapan photo digital dengan tripod (kalau ada), posisikan obyek

orang yang akan diambil dengan latar belakang kain merah atau biru dan jangan lupa ruangan

dalam keadaan terang oleh lampu. Hasil photo digital dimasukan ke folder My picture(di PC).

Sebelum kita mencetak photo sebaiknya di kumputer sudah terinstals adobe PHOTOSHOP CS1/2.

Sekarang bagaimana cara mencetak beberapa photo sekaligus kedalam kertas secara cepat ?

ikuti langkah – langkah di bawah ini ( dalam 2 Cara ).

Cara Pertama

1. Bukalah Adobe photoshop cs1/ 2, setelah terbuka tampilannya secara penuh, lalu

pilih file > open (buka gambar yang akan dicetak)

2. Lakukan crop gambar agar lebih mengecil sesuai keinginan dengan cara klik >

arahkan krusor ke gambar > lalu buka tab edit dan klik copy.

Page 40: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

40

3. Pilih file > new layer jika terdapat tampilan seperti klik OK dan buka tab edit klik

paste di tampilan new layer tersebut.

4. Setelah tampil seperti gambar di bawah ini, maka selanjutnya adalah mengatur

tampilan gambar dengan cara klik tab image > klik image size dengan ukuran pas

photon 4 x 6 sebagai berikut (untuk menghilangkan otomatis klik satu kali tanda

rantai diantara width dan height)

5. Klik oke pada pengatur tersebut, sterus buka file > new layer dengan pengatur

custom agar sesuai dengan ukuran yang telah dibuat, jangan lupa color mode

pilih dengan CMYK color . Dan ukurannya seperti gambar photo disebelah kiri.

Untuk membuat satu lembar penuh dengan photo disebelah kanan diteruskan

dengan buka file klik new layer dengan pengatur (preset kertas A4) klik oke.

Page 41: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

41

6. Dilanjutkan dengan mengncrop gambar ke layer kosong sebelah kiri dengan cara

klik krusor pada gambar sbelah kiri dan bawa ke layer yang masih kosong, terus

dilakukan berulang sehingga tampak seperti pada gambar dibawah ini.

7. Minimaliskan gambar sebelah kiri atau disimpan dengan cara buka file pilih save as

(simpan di my picture) jangan lupa disimpan dengan format jpg lalu klik save, jika

ada tampilan di layer klik oke saja. Terus close, jika diminta untuk simpan editan

pilih saja No/tidak. Kini tinggal tampilan layer ukuran A4 untuk siap di print. Tapi

sebelumnya lakukan print preview kosongkan posisition top dan left dan lakukanlah

print.

Page 42: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

42

8. Setelah sukses lakukan print jangan lupa simpan layer dengan nama yang tidak

sama dengan layer yang pertama yang disimpan, cara penyimpan seperti

dilakukan di atas. Selamat mencoba dan berkarya, salam….. (cara kedua tunggu aja

pada bulletin edisi 3)

(Sumber tulisan dari Majalah PC plus edisi 15 tentang “bikin pas photo yang banyak”)

Prosedur kerja

SSCEC (Ship Sanitation Control Certificate) dan

SSCC (Ship Sanitation Control Exemption

Certificate) diterbitkan oleh Kantor kesehatan

pelabuhan dengan prosedur sebagai berikut.

Agen pelayaran menyampaikan

permohonan tertulis untuk penerbitan

SSCC/SSCEC kepada Kepala Kantor

Kesehatan Pelabuhan

Kepala KKP mendisposisikan surat

permohonan kepada Kepala Bidang/Seksi

Pengendalian Risiko Lingkungan untuk

dilakukan pemeriksaan Sanitasi Kapal.

Kabid/Kasi Pengendalian Risiko Lingkungan

menugaskan staf / petugas untuk

melakukan pemeriksaan sanitasi kapal

dengan menggunakan peralatan yang

dimiliki dan menggunakan format bantu.

Kabid/Kasi Pengendalian Risiko Lingkungan

melaporkan hasil pemeriksaan kepada

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan.

Dari laporan hasil pemeriksaan, Kepala

Kantor Kesehatan Pelabuhan

mendisposisikan :

a) jika dari hasil pemeriksaan Sanitasi

didapat ”Tingkat Risiko Rendah” maka

Kepala KKP/pejabat yang ditunjuk oleh

Kepala KKP merekomendasikan untuk

diterbitkan ”Sertifikat SSCEC” kepada

Kabid/Kasi Karantina & Surveilens

Epidemiologi.

b) jika dari hasil pemeriksaan didapat

”Tingkat Risiko Tinggi” maka Kepala KKP

memerintahkan Kabid/Kasi PRL agar

Kapal tersebut dilakukan ”Tindakan

Penyehatan”.

- Kabid/Kasi PRL memerintahkan kepada

agen pelayaran untuk melakukan

Tindakan Penyehatan yang dilaksanakan

oleh pihak ketiga (Badan Usaha Swasta)

yang memiliki izin operasional (DK I/DK II)

di bawah pengawasan Bidang/Seksi

Pengendalian Risiko Lingkungan. Hasil

Tindakan Penyehatan di kapal

dilaporkan kepada Kepala Kantor

Kesehatan Pelabuhan.

- Berdasarkan laporan hasil pengawasan

pelaksanaan Tindakan Penyehatan

tersebut, maka Kepala KKP/pejabat

yang ditunjuk oleh Kepala Kantor

Kesehatan Pelabuhan

merekomendasikan untuk diterbitkan

PENERBITAN SSCC DAN SSCEC (SEBUAH PEMIKIRAN)

Page 43: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

43

”sertifikat SSCC” kepada Kabid/Kasi

Karantina dan Surveilens Epidemiologi.

Sebuah wacana

Pada saat ini, rekomendasi ijin operasional

Fumigasi kapal terhadap Badan Usaha Swasta

(BUS) diberikan oleh KKP setempat sedangkan

penerbitan sertifikat DK I dan DK II diterbitkan

oleh Unit Pusat, yakni Dirjen PP & PL – Depkes RI.

Sektor kesehatan patut memberikan pelayanan

prima terhadap seluruh stake holder di

Pelabuhan, termasuk terhadap BUS tersebut.

Nah, wacana yang berkembang pada akhir –

akhir ini di kalangan KKP, yakni :

Masih perlu sedemikian panjangkah prosedur

penerbitan DK I dan DK II ini ?

Institusi manakah yang memiliki kompetensi

dalam penerbitan ijin operasional DK I dan DK

II ?

Seberapa banyak jumlah BUS fumigasi di

Indonesia?

Bagaimana BUS fumigasi terhadap

kontener??? Siapa yang bertugas

mengawasi mereka?

Berapakah biaya Penghasilan Negara Bukan

Pajak yang harus ditanggung oleh pengelola

BUS tersebut?

Institusi manakah yang harus menyetor

Penghasilan Negara Bukan Pajak?

Format Pemeriksaan HSK

Format ”pertama” pemeriksaan hygiene sanitasi

kapal produk KKP Kelas I Tanjung Priok telah

disosialisasikan melalui penerbitan Buletin

Volume 1 pqada tahun 2006 bahkan telah

diserahkan sebagai masukan ke Subdit Karkes –

Dit Sepimkesma – Ditjen PP & PL Depkes RI pada

tahun 2005, namun tidak pernah memperoleh

tanggapan sama sekali, baik oleh Subdit Kespel

maupun KKP lainnya.

Format ”kedua” pemeriksaan hygiene sanitasi

kapal produk KKP Kelas I Tanjung Priok

diserahkan pada saat sosialisasi penerapan IHR

2005 untuk diterapkan ke seluruh KKP se

Indonesia sambil menunggu keputusan unit

pusat.

Format ”ketiga” adalah sebagai berikut

dibawah ini, yang selanjutnya merupakan

format alternatif .

Sebaiknya anda tahu :

Wajah Sapi

Bagaimana Cara mengenali Penyakit Sapi

Gila???. (How to identify a mad cow

disease)???

Sapi normal Sapi berpenyakit (tidak berpenyakit) (mad cow disease)

Uakan sapi

Suara sapi normal menguak seperti seruling

di tengah padang rumput yang menghijau

Suara sapi berpenyakit (sapi gila / mad cow

disease) seperti suara manusia yang sedang

marah

Page 44: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

44

PENGAWASAN PESTISIDA DI WILAYAH

PELABUHAN

(Naskah pertama)

Penyelenggaraan fungsi pengawasan pestisida

di wilayah Pelabuhan antar Kantor Kesehatan

Pelabuhan di Indonesia masih bervariasi, wal

hasil juga pasti bervariasi juga. Dibawah ini

disajikan beberapa format pemeriksaan

terhadap Tempat Pengelolaan Pestisida (TP2),

khusus TP2 milik fumigasi kapal dan fumigasi

komoditi. (bersambung ke halaman 48)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PP& PL

KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK

HASIL PEMERIKSAAN HYGIENE SANITASI KAPAL

Result of ship Hygiene and Sanitation Control

1, NAMA KAPAL (NAME OF SHIP)

2, BENDERA (FLAG)

3, NOMOR IMO (IMO NUMBER)

4, BESAR KAPAL (WEIGHT)

5, NAMA PEMILIK / AGEN (OWNER/AGENT)

6, DATANG DARI (LAST PORT)

7, TANGGAL/JAM TIBA (DATE/TIME OF ARRIVAL)

8, TANGGAL/JAM DIPERIKSA (DATE/TIME OF INSPECTION)

9, LOKASI SANDAR (LOCATION)

10, JENIS KAPAL (TIFE OF SHIP) 11, JUMLAH ABK/PENUMPANG (NUMBER OF CREW/PASSENGER)

NO VARIABEL /

KOMPONEN YG DINILAI / COMPONENT WHICH ASSESS Ya

(Yes) Tidak (No) Variable

1 Dapur a. Bersih / clean

Galley (Tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya)

(not seen a dirt, arranged natty and garbage thrown at its place)

b. Pertukaran udara bagus / Good air transfer

(Asap dapur dibuang melalui cerobong asap/exhauster/ventilasi biasa)

(Galley smoke thrown passing smokestack / exhauster / ventilation)

c. Pencahayaan bagus / Good illumination

(Pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran)

(Illumination more than 10 fc or can to read newspaper)

d. Cara pencucian bagus / Way of good wash

(Dilengkapi dengan saluran air panas dan bahan pembersih khusus)

(Provided with the hot aqueduct and special cleanser)

e. Bebas serangga dan tikus/ Free insect and rodent

(Tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang pengganggu lain)

(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)

2 Ruang tempat a. Bersih / clean

penyiapan (Tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya)

makanan / (not seen a dirt, arranged natty and garbage thrown at its place)

Pantry b. Pertukaran udara bagus / Good air transfer

(Pertukaran udara mememakai Exhauster, AC atau ventilasi, kelembaban 65 - 95%)

(transfer of Air of wearer Exhauster, AC or ventilate, dampness 65 - 95%)

c. Pencahayaan bagus / Good illumination

(Pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran)

(Illumination more than 10 fc or can to read newspaper)

d. Cara penyimpanan bagus / Way of depository nicely

(Makanan kering dan basah disimpan tersendiri dalam lemari es / freezer / rak - rak)

(Wet and Dry food kept at separate place in refrigerator / freezer / rack - rack)

e. Bebas serangga dan tikus/ Free insect and rodent

(Tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang pengganggu lain)

(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)

3 Gudang a. Bersih / clean

Page 45: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

45

Stores (Tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya)

(not seen a dirt, arranged natty and garbage thrown at its place)

b. Pertukaran udara bagus / Good air transfer

(Pertukaran udara mememakai Exhauster, AC atau ventilasi, kelembaban 65 - 95%)

(transfer of Air of wearer Exhauster, AC or ventilate, dampness 65 - 95%)

c. Pencahayaan bagus / Good illumination

(Pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran)

(Illumination more than 10 fc or can to read newspaper)

d. Bebas serangga dan tikus/ Free insect and rodent

(Tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang pengganggu lain)

(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)

LANJUTAN ………

NO VARIABEL /

KOMPONEN YG DINILAI / COMPONENT WHICH ASSESS Ya (Yes) Tidak (No) Variable

4 Ruangan (kelasi, a. Bersih / clean

Perwira, (Tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya)

Penumpang, (not seen a dirt, arranged natty and garbage thrown at its place)

Geladak) b. Pertukaran udara bagus / Good air transfer

Quartes (Crew, (Pertukaran udara mememakai Exhauster, AC atau ventilasi, kelembaban 65 - 95%)

Officers, (transfer of Air of wearer Exhauster, AC or ventilate, dampness 65 - 95%)

Passengers, c. Pencahayaan bagus / Good illumination

Deck) (Pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran)

(Illumination more than 10 fc or can to read newspaper)

d. Bebas serangga dan tikus/ Free insect and rodent

(Tidak ditemukan serangga dan tikus atau binatang pengganggu lain)

(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)

5 Air minum a. Tersedia air minum / Made available drinking water.

Potable water (Tersedia air yang langsung dapat diminum melalui proses pengolahan terlebih dahulu)

(By a drinkable direct water passing processing beforehand)

b. Indikasi kualitas air memenuhi syarat / Up to standard water Quality indication

(Secara phisik jernih, pH = 6,5 - 8, dan sisa chlor 0,2 - 0,4 ppm)

(is Clear physically, pH = 6,5 - 8, and rest of chlor 0,2 - 0,4 ppm)

c. Saluran dan alat pengambilan air serta tempat penyimpanannya bersih /

Channel And intake appliance irrigate and also its presentation place is clean

(Tidak tampak kotoran pada kran pengambilan air dan alat pengambilnya)

(Do not see the dirt at kraan intake irrigate and the appliance of taker)

6 Limbah a. Sarana pembuangan limbah cair memenuhi syarat /

Sewage Medium of liquid waste Dismissal up to standard

(Sarananya berupa saluran tertutup, tidak bocor dan dialirkan ke tempat khusus)

(Its medium in the form of channel closed, do not leak and poured into a special place)

b. Dilakukan pengolahan limbah cair / Done a liquid waste processing

(Sebelum limbah cair dibuang ke lingkungan, dilakukan pengolahan terlebih dahulu)

(Before liquid waste thrown to environment, done a processing beforehand)

c. Bebas serangga / Free insect

(Tidak ditemukan serangga atau binatang pengganggu lain)

(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)

7 Tangki ballast a. Indikasi kualitas air dalam tangki balllast memenuhi syarat /

Ballast tanks Quality indication irrigate in tank balllast up to standard

(Secara phisik jernih, pH = 6,5 - 8, dan sisa chlor 0,2 - 0,4 ppm)

(is Clear physically, pH = 6,5 - 8, and rest of chlor 0,2 - 0,4 ppm)

b. Dilakukan pengolahan air tangki ballast / Done a processing irrigate the tank ballast

(Sebelum air tangki ballast dibuang ke lingkungan, dilakukan pengolahan terlebih dahulu)

(Before water of tank ballast thrown to environment, done a processing beforehand)

8 Limbah padat a. Sarana pembuangan limbah padat memenuhi syarat

Solid waste (Solid waste Dismissal medium up to standard)

(Sarana penampung limbah padat terbuat dari bahan kedap air dan tertutup)

(Solid waste compiler medium is made the waterproof substance and closed)

b. Bebas serangga / Free insect

(Tidak ditemukan serangga atau binatang pengganggu lain)

(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)

9 Ruang mesin a. Bersih / clean

Engine room (Tidak terlihat kotoran, tertata rapi dan sampah dibuang pada tempatnya)

(not seen a dirt, arranged natty and garbage thrown at its place)

Page 46: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

46

b. Pertukaran udara bagus / Good air transfer

(Pertukaran udara mememakai Exhauster, AC atau ventilasi, kelembaban 65 - 95%)

(transfer of Air of wearer Exhauster, AC or ventilate, dampness 65 - 95%)

c. Pencahayaan bagus / Good illumination

(Pencahayaan lebih dari 10 fc atau bisa untuk membaca koran)

(Illumination more than 10 fc or can to read newspaper)

d. Bebas serangga / Free insect

(Tidak ditemukan serangga atau binatang pengganggu lain)

(No insect and rodent or other dissimilar intruder animal)

Total / Totalize

Tingkat risiko gangguan kesehatan RENDAH bila jumlah "YA DITEMUKAN" kurang dari 35 / Low risk disruption of health level if amount of of "YES FOUNDED" less than 35 Tingkat risiko gangguan kesehatan TINGGI bila jumlah "YA DITEMUKAN" sama dengan atau lebih dari 35 /High risk disruption of health level if amount of "YES FOUNDED" equal or more than 35 Catatan : Walaupun hasil skore menunjukkan tingkat risiko gangguan kesehatan rendah namun apabila ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan vektor ataupun factor risiko PHEIC lainnya maka tingkat risiko gangguan kesehatan kapal tersebut dianggap tinggi. Note : Although the result of score shows low risk disruption of health level, if found the existensi of vector or risk factor of PHEIC. The risk disruption of health level assumed high. Contoh yang diambil / sample result : ……………………………….………………………………………………………………………………… ……………………………….………………………………………………………………………………… Dokumen – dokumen yang diperiksa : ……………………………….………………………………………………………………………………… ……………………………….………………………………………………………………………………… Kesimpulan / Conclution : Tingkat risiko gangguan kesehatan / the risk disruption of health level : Rendah (low) / Tinggi (High) Rekomendasi /Recommendation : ……………………………….…………………………………………………………………………………………….. ……………………………….…………………………………………………………………………………………….. Nahkoda / perwira jaga Pemeriksa / Inspector Master / Officer

ecoa merupakan salah satu dari

serangga yang aktif mencari makan

pada malam hari. Serangga ini

dapat kita temukan pada bangunan rumah

ataupun kapal dan pesawat yang kurang

terawat kebersihannya, bahkan mereka tahu

bahwa tempat – tempat yang banyak

makanannya adalah di dapur, gudang

makanan, tempat sampah, saluran air dan

sebagainya. Namun demikian, yang sangat

K

SI PENCURI MAKANAN DARI NEGERI SEBERANG

Page 47: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

47

membahayakan yakni serangga ini dapat

menularkan penyakit perut antara lain: diare,

disentri, typhus dan cholera, dll.

Kecoa adalah serangga yang tubuhnya

tertutup dari atas kebawah dengan 2 pasang

sayap dan warna umumnya coklat terang

hingga hitam. Binatang ini bisa terbang dan

bisa juga berjalan dengan cepat.

Beberapa spesies kecoa yang dapat hidup

didalam bangunan rumah maupun kapal

ataupun pesawat, menjadi sangat penting

terhadap kehidupan manusia antar lain :

- Periplaneta americana

Berasal dari Amerika dan ditemukan dimana

– mana.Panjang 35-40 mm dengan warna

terang kecoklatan

- Periplaneta australisae.

Berasal dari Australia, panjang 31 – 35 mm

dan lebih hitam. Terdapat garis kuning pada

pusat dan bertelur sebanyak 22 – 24 butir.

- Blatella germanica.

Berasal dari jerman, tersebar diseluruh dunia.

Merupakan kecoa yang terkecil yang

berwarna coklat terang dengan panjang 10

– 15 mm. Yang betina selalu membawa

telurnya sampai menetas dan telurnya

berwarna terang, dengan panjang 7 – 9

mm dan banyaknya sekitar 40 butir.

Siklus hidup

Kecoa merupakan serangga primitif yang

hanya mempunyai 3 tingkatan siklus hidup yaitu

telur, kepompong dan dewasa. Telurnya

berada dalam satu kapsul yang disebut

Ooteca. Beberapa macam kecoa membawa

Ooteca yang diletakan dibelakang tubuhnya

selama beberapa minggu, tergantung pada

species kecoak, suhu dan kelembaban,

telurnya menetas 1 – 3 bulan.

Kecoa muda (kepompong panjangnya hanya

beberapa mm, warnanya putih yang dalam

beberapa jam akan makin menghitam.

Perkembangan kecoa menjadi sempurna

setelah beberapa bulan sampai lebih dari satu

tahun tergantung pada jenisnya.

Page 48: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

48

Kehidupan kecoa sangat dekat dengan

kehidupannya manusia yang jorok, menyukai

bangunan yang hangat, menyukai air dan

banyak terdapat makanan. Hidupnya

berkelompok dan aktif pada malam hari

bersembunyi di balik kayu dan lubang pada

dinding, dibalik pintu atau tempat duduk,

dibagian – bagian tertentu di kamar mandi,

lemari, cerobong uap, TV, radio, saluran –

saluran air limbah. Pada siang hari kecoa akan

hinggap dipiring – piring, peralatan dapur, di

lantai sambil mencuri makanan.

Kecoa makan segala macam makanan,

termasuk makanan manusia seperti susu, keju,

daging, kue, padi, gula dan coklat. Disamping

itu juga menyukai buku, bagian dalam sepatu,

bahkan juga menyukai kulit kecoak yang

sudah mati, darah segar atau yang sudah

kering, dahak, jari – jari tangan, dan kaki bayi

dan orang tidur atau sakit.

Kecoa berjalan dari satu bangunan ke

bangunan lain atau dari satu bangunan ke

kapal / pesawat atau dari satu kapal ke kapal

lain, dari saluran, taman, selokan dalam tanah

keseluruh tempat kehidupan manusia.

Serangga ini juga suka makan tinja manusia

sehingga dapat membawa kuman penyakit.

Disamping itu kecoa juga dapat mengeluarkan

cairan dari mulut dan bagian lain dari

tubuhnya, sehungga mengakibatkan bau

terhadap tempat ataupun makanan yang

diinjaknya walau tidak selamanya sebagai

pembawa penyakit.

Disamping itu dapat pembawa telur-telur

cacing yang menyebabkan alergi.

Indikator kondisi kebersihan kapal

Keberadaan kecoa di dalam kapal merupakan

indikasi bahwa kondisi kebersihan kapal

tersebut adalah jelek dan termasuk dalam

kategori tingkat resiko tinggi adanya gangguan

kesehatan.

Gangguan – gangguan kesehatan yang dapat

ditimbulkan oleh keberadaan kecoa di dalam

kapal, antara lain :

Meninggalkan sisa – sisa makanan

Menimbulkan sampah (bagian badan

kecoa yang mati serta fecesnya dapat

menjadi debu yang menyebabkan

timbulnya reaksi alergi seperti asthma,

dermatitis, gatal - gatal dan

pembengkakan kelopak mata)

Meninggalkan muntahan dan bau yang

tidak sedap (bau bersumber dari mulut

dan kelenjar tubuhnya)

Meninggalkan faeces (bakteri

Salmonella dapat hidup difeces kecoa

hingga beberapa tahun)

Menularkan penyakit (saat makan

makanan yang terkontaminasi bakteri,

maka bakteri ini dapat berada di sistem

pencernaannya sampai satu bulan

bahkan lebih. Selanjutnya makanan dan

peralatan dapur manusia terkontaminasi

oleh feces kecoa)

Page 49: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

49

Dll, seperti : menimbulkan sobekan

kertas, merusak buku yang dijilid

Sambungan dari halaman 43 ……..

Inspeksi Sanitasi terhadap Tempat Pengelolaan

Pestisida (TP2) tersebut juga dilakukan dengan

memakai format IS TP2 jaman orde baru.

Semoga naskah ini dapat menjadi masukan

bagi teman – teman KKP se Indonesia.

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PP& PL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I TANJUNG PRIOK

HASIL PEMERIKSAAN FISIK TP2

(KHUSUS TP2 MILIK BUS Fumigasi)

NAMA PERUSAHAAN : .............................................................................................

PENANGGUNG JAWAB : .............................................................................................

ALAMAT : .............................................................................................

AKTE NOTARIS : ............................................................................................

NAMA NOTARIS : ............................................................................................

IZIN DIN.KES. DKI : ............................................................................................

NPWP : ............................................................................................

NO URAIAN STANDAR

MINIMAL

JUMLAH YG

DIMILIKI BUS

KET.

I.

1

2

3

4

5

6

II.

A

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

B

TENAGA

Supervisior (Penkes/Sanitarian) terlatih

Entomolog terlatih

Dokter stand by terlatih

Perawat terlatih

Fumigator operator terlatih

Penempel

PERALATAN & BAHAN

UMUM

Gas Masker

Lampu senter

Gas Detektor

gunting

pakaian kerja

Meteran 10 meter

Helm (topi kerja)

Bendera tanda bahaya

Stiker tanda bahaya

Sarung tangan karet

Sepatu kerja

Mega phone

Alat pemadam kebakaran

KHUSUS HCN

a.Canester HCN

b.Tin Opener

c. Tube detector HCN

1 orang

1 orang

1 orang

1 orang

6 orang

4 orang

7 buah

7 buah

1 buah

1 buah

10 buah

2 buah

10 buah

2 buah

200 lembar

10 pasang

10 pasang

1 buah

3 buah

7 buah

3 buah

2 lusin

Terlatih :

Telah dilatih

dalam

bidang

Fumigasi

yang

terakreditasi

Page 50: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

50

d. Kotak P3K

- Amypnitrit

- Sodium Nitrit

- Sodium Thiosulfat

- Sulfa Atropin

- Spuit Disposible 10 cc

- Spuit Disposible 5 cc

- Resusitasi Cardiopalmoler

- Bahan balut

- Torniquet

12 ampul

2 ampul

2 ampul

10 ampul

1 buah

1 buah

1 buah

1 dus

1 buah

NO URAIAN STANDAR

MINIMAL

JUMLAH YG

DIMILIKI BUS

KET.

B

Khusus CH3Br

a. Tube detector CH3Br

b. Canester CH3Br

c. Kertas lakmus

d. Kipas Angin

e. Slang tahan tekanan

f. Genset

g. Tabung Gas 50 kg

h. Socket Listrik

i. Tali plastik

j. Timbangan duduk

j. Kotak P3K

- Bahan balut

- Sabun mandi

- Obat luka anti septic

- Boor water

2 lusin

7 buah

1 dus

2 buah

50 meter

1 buah

2 buah

2 buah

1 gulung

1 buah

1 set

10 buah

100 cc

100 cc

CATATAN PEMERIKSA :

- Penilaian : Belum / Sudah *) memenuhi standar minimal untuk fumigasi kapal dengan HCN/

CH3Br *) (……………….%)

- Hasil pemeriksaan sampel tanah : Ditemukan kandungan pestisida / Tidak ditemukan

- - Anjuran : ……………………………………………………………………

…………………………………………………………………….

Mengetahui : Tanjung Priok, tgl ___bulan , Tahun

PT / KOPERASI / CV. Pemeriksa

1. Kelengkapan Tehnis : ……………… (……..………. )

2. Kelengkapan Tehnis : ……………… (……..………. )

3. Kelengkapan Adm : ………………. (…..…………. )

…………………….

Direktur Utama

KESIMPULAN :

Page 51: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Bu

letin

IN

FO

KESEH

ATA

N P

ELA

BU

HA

N V

olu

me

II N

o. 0

2 T

erb

it Tr

iwu

lan

51

Merekomendasikan untuk diberikan / tidak diberikan *) izin DK-I & DK-II untuk

fumigasi kapal dengan HCN / CH3Br *)

KETERANGAN :

*) Coret yang tidak perlu Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I

Tanjung Priok,

TTD

RAISSEKKI,SKM,MM

NIP. 140 074 830

Page 52: Buletin II Edisi 2 Tahun 2007

Buletin INFO KESEHATAN PELABUHAN | Volume II No. 02 Terbit Triwulan

52