17
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Kampus II Ukrida Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta 11510 Fatehah binti Malik NIM: 112012282 Dokter Pembimbing : Dr.Maria Inggrid Sp.S Trauma Medulla Spinalis LATAR BELAKANG Cedera medulla spinalis adalah masalah kesehatan mayor , dan cedera medulla spinalis lebih dominant pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari seluruh cedera. Setengah dari kasus ini adalah kecelakaan kendaraan bermotor; selain itu banyak akibat jatuh, olahraga,kejadian industri dan luka tembak. Dua pertiga kejadian adalah usia30 tahun atau lebih mudah Vertebra yang paling sering mengalami cedera adalah medulla spinalis pada daera servikal (leher) ke 5,6 dan 7, Torakal ke-12 dan lumbal pertama. Vertebra ini paling rentang karena ada rentang mobilitas yang lebih besar dalam kolumna vertebral dalam area ini. Cedara kolumna vertebralis, dengan atau tanpa defisit neurologis, harus selalu dicari dan disingkirkan pada penderita dengan cedera multiple. Setiap cedera diatas klavikula harus dicuruigai adanya cedera tulang leher (c-spine). Sekitar 15% penderita yang mengalami akan mengalami cedera pada spine sekitar 55% cedera tulang belakang terjadi pada daera servikal. 15% pada daera torakal, 15% pada torakolumbar, serta 15 % pada daera lumbo sacral, sekitar 5% dari penderita yang mengalami cedera kepela juga menderita cedera tulang belakang. Dimana 25% cedera tulang belakang menderita sedikitnya cedera kepala ringan. Dokter dan tim medis yang menolong penderita cedera tulang belakang harus selalu berhati hati bahwa manipulasi yang berlebihan serta immobilisasi yang tidak adekuat akan menambah kerusakan neurologik

Jenis-jenis trauma medulla spinalis

  • Upload
    yukira

  • View
    157

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

This is makalah about trauma medulla spinalis

Citation preview

Page 1: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Kampus II Ukrida Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta

11510

Fatehah binti Malik

NIM: 112012282

Dokter Pembimbing : Dr.Maria Inggrid Sp.S

Trauma Medulla Spinalis

LATAR BELAKANG

Cedera medulla spinalis adalah masalah kesehatan mayor , dan cedera medulla spinalis lebih

dominant pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari seluruh cedera. Setengah dari kasus

ini adalah kecelakaan kendaraan bermotor; selain itu banyak akibat jatuh, olahraga,kejadian

industri dan luka tembak. Dua pertiga kejadian adalah usia30 tahun atau lebih mudah

Vertebra yang paling sering mengalami cedera adalah medulla spinalis pada daera servikal

(leher) ke 5,6 dan 7, Torakal ke-12 dan lumbal pertama. Vertebra ini paling rentang karena

ada rentang mobilitas yang lebih besar dalam kolumna vertebral dalam area ini.

Cedara kolumna vertebralis, dengan atau tanpa defisit neurologis, harus selalu dicari dan

disingkirkan pada penderita dengan cedera multiple. Setiap cedera diatas klavikula harus

dicuruigai adanya cedera tulang leher (c-spine). Sekitar 15% penderita yang mengalami akan

mengalami cedera pada spine sekitar 55% cedera tulang belakang terjadi pada daera servikal.

15% pada daera torakal, 15% pada torakolumbar, serta 15 % pada daera lumbo sacral, sekitar

5% dari penderita yang mengalami cedera kepela juga menderita cedera tulang belakang.

Dimana 25% cedera tulang belakang menderita sedikitnya cedera kepala ringan.

Dokter dan tim medis yang menolong penderita cedera tulang belakang harus selalu berhati –

hati bahwa manipulasi yang berlebihan serta immobilisasi yang tidak adekuat akan menambah

kerusakan neurologik dan memperburuk prognosis penderita. Kurang lebih 5% akan timbul

gejala neurologist atau memburuknya keadaan setalah penderita mencapai UGD. Hal ini

disebabkan karena iskemia atau udema progresip pada sumsun tulang belakang.hal ini juga

Page 2: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

disebabkan oleh kegagalan mempertahankan immobilisasi yang adekuat. Selama tulang

belakang penderita dilindungi, evaluasi tulang belakang dapat ditunda dengan aman, terutama

bila ditemukan instabilitas sistemik, seperti hipotensi dan pernapasan yang adekuat.

Pergerakan penderita dengan kolumna pertebralis yang tidak stabil akan memberikan resiko

kerusakan lebh lanjut sumsun tulang belakang.

Menyingkirkan kemungkinan adanya cedera tulang belakang lebih mudah pada penderita

sadar dibandingkan dalam keadaan koma atau penurunan tingkat kesadaran, proses tidak

sederhana dan dokter yang menangani berkewajiban memperoleh foto rongsen yang tepat

untuk menyingkirkan adanya cedera tulang belakang, dan bila tidak berhasil maka

immobilisasi pasien harus diperhatikan.

DEFINISI

Cedera Medula spinalis dalah cedera yang biasanya berupa fraktur atau cedera lain pada

tulang vertebra, korda spinalis itu sendiri, yang terletak didalam kolumna vertebralis, dapat

terpotong, tertarik,terpilin atau tertekan. Kerusakan pada kolumna vertaebralis atau korda

dapat terjadi disetiap tingkatan,kerusakan korda spinalis dapat mengenai seluruh korda atau

hanya separuhnya.

ETIOLOGI

Penyebab tersering adalah :

Kecelakaan mobil

Kecelakaan motor

Jatuh

Cedera olah raga

Luka akibat tembakan atau pisau.

ANATOMI DAN FISIOLOGI MEDULA SPINALIS

Medula Spinalis berasal dari bagian kaudal dari medulla oblongata pada foramen magnum.

Pada orang dewasa biasanya berakhir pada batas tulang L1 sebagai konus medularis. Dibawah

1

Page 3: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

level ini terdapat kauda ekuina, yang lebih tahan terhadap trauma. Dari banyak traktus dari

medulla spinalis hanya 3 yang dapat diperiksa secara klinis ;

1. Traktus kortikospinal

2. Traktus spinotalamikus

3. Kolum posterior

Tiap –tiap traktus terdapat satu pasang yang dapat mengalami kerusakan pada satu sisi atau

kedua sisi medulla spinalis, traktus kortikospinalis terdapat pada daerah segmen posterolateral

medulla spinalis dan fungsinya adalah mengontrol kekuatan motoris pada sisi yang sama pada

tubuh yang dapat diuji dengan kontraksi otot yang volunter atau respon involuter terhadap

stimulus nyeri. Traktus spinotslsmikus pada daerah antero lateral pada medulla spinalis

mentransmisikan sensasi nyeri dan temperatur dari sisi yang berlawanan dari tubuh. Secara

umum dapat dilakukan tes dengan pin prick dan raba halus. Kolum posterior membawa

propriseptif, vibrasi dan sensasi raba halus dari sisi yang sama dari tubuh, dan kolum ini diuji

dengan rasa posisi pada jari atau vibrasi dengan garpu tala.

Bila tidak terdapat fungsi, baik motoris maupun sensoris dibawah tingkat, ini dikenal sebagai

complet spinal cord injury (Cedera medulla spinalis komplit). Bila masih terdapat fungsi

motoris atau sensoris, ini disebut sebagai incomplete injury dan perianal (Sacral sparing)

mungkin hanya satu – satunya tanda yang tertinggal.

PATOFISIOLOGI

Trauma pada permukaan medula spinalis dapat memperlihatkan gejala dan tanda yang segera

ataupun dapat timbul kemudian. Trauma mekanik yang terjadi untuk pertama kalinya sama

pentingnya dengan traksi dan kompresi yang terjadi selanjutnya.

Kompresi yang terjadi secara langsung pada bagian-bagian saraf oleh fragmen-fragmen

tulang, ataupun rusaknya ligamen-ligamen pada sistem saraf pusat dan perifer. Pembuluh

darah rusak dan dapat menyebabkan iskemik. Ruptur axon dan sel membran neuron bisa juga

terjadi. Mikrohemoragik terjadi dalam beberapa menit di substansia grisea dan meluas

beberapa jam kemudian sehingga perdarahan masif dapat terjadi dalam beberapa menit

kemudian.

2

Page 4: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

Efek trauma terhadap tulang belakang bisa bisa berupa fraktur-dislokasi, fraktur, dan

dislokasi. Frekuensi relatif  ketiga jenis tersebut adalah 3:1:1

Fraktur tidak mempunyai tempat predileksi, tetapi dislokasi cenderung terjadi pada tempat-

tempat antara bagian yang sangat mobil dan bagian yang terfiksasi, seperti vertebra C1-2, C5-

6 dan T11-12.

Gambar 5 : manifestasi plegi pada trauma medulla spinalis

Dislokasi bisa ringan dan bersifat sementara atau berat dan menetap. Tanpa kerusakan yang

nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan lesi yang nyata di medulla

spinalis.

Efek trauma yang tidak dapat langsung bersangkutan dengan fraktur dan dislokasi, tetapi

dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis dikenal sebagai trauma tak langsung.

Tergolong dalam trauma tak langsung ini ialah whiplash (lecutan),  jatuh terduduk atau

dengan badan berdiri, atau terlempar oleh gaya eksplosi bom.

Medula spinalis dan radiks dapat rusak melalui 4 mekanisme berikut :

1. Kompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus intervertebralis dan hematom. Yang

paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan kompresi oleh korpus vertebra

yang mengalami dislokasi tulang dan kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami

dislokasi ke posterior dan trauma hiperekstensi.

3

Page 5: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

2. Regangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada jaringan, hal ini

biasanya terjadi pada hiperfleksi. Toleransi medulla spinalis terhadap regangan akan

menurun dengan bertambahnya usia.

3. Edema medulla spinalis yang timbul segera setelah trauma menyebabkan gangguan aliran

darah kapiler dan vena.

4. Gangguan sirkulasi akibat kompresi tulang atau arteri spinalis anterior dan posterior.

MANIFESTASI KLINIK

Jika dalam keadaan sadar, pasien biasanya mengeluh nyeri akut pada belakang leher, yang

menyebar sepanjang saraf yang terkena. Pasien sering mengatakan takut kalau leher atau

punggungnya patah. Cedera saraf spinal dapat menyebabkan gambaran paraplegia atau

quadriplegia. Akibat dari cedera kepala bergantung pada tingkat cedera pada medulla dan tipe

cedera.

Tingakat neurologik yang berhubungan dengan tingkat fungsi sensori dan motorik bagian

bawah yang normal. Tingkat neurologik bagian bawah mengalami paralysis sensorik dan

motorik otak, kehilangan kontrol kandung kemih dan usus besar (biasanya terjadi retansi urin

dan distensi kandung kemih , penurunan keringat dan tonus vasomotor, dan penurunan

tekanan darah diawali dengan retensi vaskuler perifer.

Cedera medulla spinalis dapat diklasifikasikan sesuai dengan : level,beratnya defisit

neurologik, spinal cord syndrome, dan morfologi.

1. Level

Level neurologist adalah segmen paling kaudal dari medulla spinalis yang masih dapat

ditemukan sensoris dan motoris yang normal di kedua sisi tubuh. Bila kata level

sensoris digunakan, ini menunjukan kearah bagian segmen bagian kaudal medulla

spinalis dengan fungsi sensoris yang normal pada ke dua bagian tubuh. Level motoris

dinyatakan seperti sensoris, yaitu daerah paling kaudal dimana masih dapat ditemukan

motoris dengan tenaga 3/5 pada lesi komplit, mungkin masih dapat ditemukan fungsi

sensoris maupun motoris di bawah level sensoris/motoris. Ini disebut sebagai daerah

dengan “preservasi parsial”. Penentuan dari level cedera pada dua sisi adalah penting.

Terdapat perbedaan yang jelas antara lesi di bawah dan di atas T1. Cedera pada

segmen servikal diatas T1 medula spinalis menyebabkan quadriplegia dan bila lesi di

4

Page 6: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

bawah level T1 menghasilkan paraplegia. Level tulang vertebra yang mengalami

kerusakan, menyebabkan cedera pada medulla spinalis. Level kelainan neurologist

dari cedera ini ditentukan hanya dengan pemeriksaan klinis. Kadang-kadang terdapat

ketidakcocokan antara level tulang dan neurologis disebapkan nervus spinalis

memasuki kanalais spinalis melalui foramina dan naik atau turun didalam kanalis

spinalis sebelem betul-betul masuk kedalam medulla spinalis. Ketidakcocokan akan

lebih jelas kearah kaudal dari cedera. Pada saat pengelolaan awal level kerusakan

menunjuk kepada kelainan tulang, cedera yang dimaksudkan level neurologist.

2. Beratnya Defisit Neurologis

Cedera medulla spinalis dapat dikategorikan sebagai paraplegia tidak komplit,

paraplegia komplit, kuadriplegia tidak komplit, dan kuadraplegia komplit. Sangat

penting untuk menilai setiap gejala dari fungsi medulla spinalis yang masih tersisa.

Setiap fungsi sensoris atau motoris dibawah level cedera merupakan cedera yang

tidak komplit. Termasuk dalam cedera tidak komplit adalah :

Sensasi (termasuk sensasi posisi) atau gerakan volunteer pada ekstremitas

bawah.

Sakral sparing, sebagai contoh : sensasi perianal, kontraksi. sphincter ani

secara volunter atau fleksi jari kaki volunter.

Suatu cedera tidak dikualifikasikan sebagai tidak komplit hanya dengan dasar adanya

reservasi refleks sacral saja, misalnya bulbocavernosus, atau anal wink. Refleks tendo

dalam juga mungkin dipreservasi pada cedera tidak komplit.

3. Spinal Cord Syndrome

Beberapa tanda yang khas untuk cidera neurologist kadang-kadang dapat dilihat pada

penderita dengan cidera medulla spinalis.

Pada sentral cord syndrome yang khas adalah bahwa kehilangan tenaga pada

ekstremitas atas, lebih besar disbanding ekstremitas bawah, dengan tambahan adanya

kehilangan adanya sensasi yang bervariasi. Biasanya hal ini terjadi biasanya terjadi

cidera hiperekstensi pada penderita dengan riwayat adanya stenosis kanalis sevikalis

5

Page 7: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

(sering disebabkan oleh osteoarthritis degeneratif). Dari anamnesis umumnya

ditemukan riwayat terjatuh ke depan yang menyebabkan tumbukan pada wajah yang

dengan atau tanpa fraktur atau dislokasi tulang servikal. Penyembuhannya biasanya

mengikuti tanda yang khas dengan penyembuhan pertama pada kekuatan ekstremitas

bawah. Kemudian fungsi Kandung kencing lalu kearah proksimal yaitu ekstremitas

atas dan berikutnya adalah tangan. Prognosis penyembuhannya sentral cord syndrome

lebih baik dibandingkan cedera lain yang tidak komplit. Sentral cord syndrome diduga

disebabkan karena gangguan vaskuler pada daerah medulla spinalis pada daerah

distribusi arteries spinalis anterior. Arteri ini mensuplai bagian tengah medulla

spinalis. Karena serabut saraf motoris ke segmen servikal secara topografis mengarah

ke senter medulla spinalis, inilah bagian yang paling terkena.

Anterior cord syndrome ditandai dengan adanya paraplegia dan kehilangan dissosiasi

sensoris terhadap nyeri dan sensasi suhu. Fungsi komna posterior (kesadaran posisi,

vibrasi, tekanan dalam) masih ditemukan.Biasanya anterior cord syndrome disebabkan

oleh infark medulla spinalis pada daerah yang diperdarahi oleh arteri spinalis anterior.

Sindrom ini mempunyai prognosis yang terburuk diantara cidera inkomplik.

Brown Sequard Sydrome timbul karena hemiksesi dari medulla spinalis dan akan

jarang dijumpai. Akan tetapi variasi dari gambaran klasik cukup sering

ditemukan.Dalam bentuk yang asli syndrome ini terdiri dari kehilangan motoris

opsilateral (traktus kortikospinalis) dan kehilangan kesadaran posisi (kolumna

posterior) yang berhubungan dengan kehilangan disosiasi sensori kontralateral dimulai

dari satu atau dua level dibawah level cedera (traktus spinotalamikus). Kecuali kalau

syndrome ini disebabkan oleh cedera penetrans pada medulla spinalis,penyembuhan

(walaupun sedikit) biasanya akan terjadi.

4. Morfologi

Cedera tulang belakang dapat dibagi atas fraktur, fraktur dislokasi, cedera medulla

spinalis tanpa abnormalitas radiografik (SCIWORA), atau cedera penetrans. Setiap

pembagian diatas dapat lebih lanjut diuraikan sebagai stabil dan tidak stabil.Walaupun

demikian penentuan stabilitas tipe cedera tidak selalu seerhana dan ahlipun kadang-

kadang berbeda pendapat. Karena itu terutama pada penatalaksanaan awal penderita,

semua penderita dengan deficit neurologist,harus dianggap mempunyai cedera tulang

6

Page 8: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

belakang yang tidak stabil. Karena itu penderita ini harus tetap diimobolisasi sampai

ada konsultasi dengan ahli bedah saraf/ ortofedi.

Cedera servikal dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari mekanisme cedera ;

(1) pembebanan aksial (axial loading), (2) fleksi, (3) ekstensi, (4) rotasi, (5) lateral

bending, dan (6) distraksi. Cedera dibawah ini mengenai kolumna spinalis, dan akan

diuraikan dalam urutan anatomis, dari cranial mengarah keujung kaudal tulang

belakang.

Dislokasi atlanto – oksipita (atlanto – occipital dislokatiaon)

Cedera ini jarang terjadi dan timbul sebagai akibat dari trauma fleksi dan

distraksi yang hebat. Kebanyakan penderita meninggal karena kerusakan

batang otak. Kerusakan neurologist yang berat ditemukan pada level saraf

karanial bawah.kadang –kadang penderita selamat bila resusitasi segera

dilakukan ditempat kejadian.

Fraktur atlas (C-1)

Atlas mempunyai korpus yang tipis dengan permukaan sendi yang lebar.

Fraktur C-1 yang palig umum terdiri dari burst fraktur (fraktur

Jefferson).mekanisme terjadinya cedera adalah axial loading, seperti kepala

tertimpa secara vertical oleh benda berat atau penderita terjatu dengan puncak

kepala terlebih dahulu. Fraktur jefeferson berupa kerusakan pada cincin

anterior maupun posterior dari C-1, dengan pergeseran masa lateral. Fraktur

akan terlihat jelas dengan proyeksi open mouth dari daerah C-1 dan C-2 dan

dapat dikomfirmasikan dengan CT Scan. Fraktur ini harus ditangani secara

awal dengan koral sevikal.

Rotary subluxation dari C-1

Cedera ini banyak ditemukan pada anak –anak. Dapat terjadi spontan setelah

terjadi cedera berat/ ringan, infeksi saluran napas atas atau penderita dengan

rematoid arthritis. Penderita terlihat dengan rotasi kepala yang menetap. .pada

cedera ini jarak odontoid kedua lateral mass C-1 tidak sama, jangan dilakukan

7

Page 9: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

rotasi dengan paksa untuk menaggulangi rotasi ini, sebaiknya dilakukan

imobilisasi. Dan segera rujuk.

Fraktur aksis(C-2)

Aksis merupakan tulang vertebra terbesar dan mempunyai bentuk yang

istimewa karena itu mudah mengalami cedera.

1. fraktur odontoid

kurarng 60% dari fraktur C-2 mengenai odontoid suatu tonjolan tulang

berbentuk pasak. Fraktur ini daoat diidentifikasi dengan foto ronsen servikal

lateral atau buka mulut.

2. fraktur dari elemen posterior dari C-2

fraktur hangman mengenai elemen posterior C-2, pars interartikularis 20 %

dari seluruh fraktur aksis fraktur disebabkan oleh fraktur ini. Disebabkan oleh

trauma tipe ekstensi, dan harus dipertahankan dalam imobilisasi eksternal.

Fraktur dislocation ( C-3 sampai C-7)

Fraktur C-3 saangat jarang terjadi, hal ini mungkin disebabkan letaknya berada

diantara aksis yang mudah mengalami cedera dengan titik penunjang tulang

servikal yang mobile, seperti C-5 dan C-6, dimana terjadi fleksi dan ekstensi

tulang servikal terbesar.

Fraktur vertebra torakalis ( T-1 sampai T-10)

Fraktur vertebra torakalis dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori : (1) cedera

baji karena kompresi bagian korpus anterior, (2) cedera bursi, (3) fraktur

Chance, (4) fraktur dislokasi.

Axial loading disertai dengan fleksi menghasilkan cedera kompresi pada

bagian anterior. Tipe kedua dari fraktur torakal adalah cedera burst disebabkan

oleh kompresi vertikal aksial. Fraktur dislokasi relative jarang pada daerah T-1

sampai T-10.

8

Page 10: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

Fraktur daerah torakolumbal (T-11 sampai L-1)fraktur lumbal

Fraktur di daerah torakolumbal tidak seperti pada cedera tulang servikal, tetapi

dapat menyebabkan morbiditas yang jelas bila tidak dikenali atau terlambat

mengidentifikasinya. Penderita yang jatuh dari ketinggian dan pengemudi

mobil memakai sabuk pengaman tetapi dalam kecepatan tinggi mempunyai

resiko mengalami cedera tipe ini. Karena medulla spinalis berakhir pada level

ini , radiks saraf yang membentuk kauda ekuina bermula pada daerah

torakolumbal.

Trauma penetrans

Tipe trauma penetrans yang paling umum dijumpai adalah yang disebabkan

karena luka tembak atau luka tusuk. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengkombinasikan informasi dari anamnesis, pemeriksaan klinis, foto polos

dan CT scan. Luka penetrans pada tulang belakang umumnya merupakan

cedera yang stabil kecuali jika disebabkan karena peluru yang menghancurkan

bagian yang luas dari columna vertebralis.

MANIFESTASI LESI TRAUMATIK

Komosio Medula Spinalis

Komosi medulla spinalis adalah suatu keadaan dimana fungsi medulla spinalis hilang

sementara akibat suatu trauma dengan atau tanpa disertai fraktur atau dislokasi.

Sembuh sempurna akan terjadi dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam /

hari tanpa meninggalkan gejala sisa.

Kerusakan yang medasari komosio medulla spinalis berupa edema, perdarahan

perivaskuler kecil-kecil dan infark disekitar pembuluh darah. Pada inspeksi

makroskopik medulla spinalis tetap utuh. Bila paralisis total dan hilangnya sensibilitas

menetap lebih dari 48 jam maka kemungkinan sembuh sempurna menipis dan

9

Page 11: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

perubahan pada medulla spinalis lebih mengarah ke perubahan patologik daripada

fisiologik.

Kontusio Medula Spinalis

Berbeda dengan komosio medulla spinalis yang diduga hanya merupakan gangguan

fisiologik saja tanpa kerusakan makroskopik, maka pada kontusio medulla spinalis

didapati kerusakan makroskopik dan mikroskopik medulla spinalis yaitu perdarahan,

pembengkakan (edema),  perubahan neuron, reaksi peradangan.

Perdarahan didalam substansia alba memperlihatkan adanya bercak-bercak degenerasi

Wallerian dan pada kornu anterior terjadi hilangnya neuron.

Laserasio Medula Spinalis

Pada laserasio medulla spinalis terjadi kerusakan yang berat akibat diskontinuitas

medulla spinalis. Biasanya penyebab lesi ini adalah luka tembak atau bacok/tusukan,

fraktur dislokasi vertebra.

Perdarahan

Akibat trauma, medulla spinalis dapat mengalami perdarahan epidural, subdural

maupun hematomiella. Hematom epidural dan subdural dapat terjadi akibat trauma

maupun akibat dari sepsis. Gambaran klinisnya adalah adanya trauma yang ringan

tetapi segera diikuti paralisis flaksid berat akibat penekanan medulla spinalis. Kedua

keadaan diatas memerlukan tindakan darurat bedah. Hematomiella adalah perdarahan

di dalam substansia grisea medulla spinalis. Perdarahan ini dapat terjadi akibat fraktur-

dislokasi, trauma Whisplash atau trauma tidak langsung  misalnya akibat gaya

eksplosi atau jatuh dalam posisi berdiri/duduk. Gambaran klinisnya adalah hilangnya

fungsi medulla spinalis di bawah lesi, yang sering menyerupai lesi transversal. Tetapi

setelah edema berkurang dan bekuan darah diserap maka terdapat perbaikan-perbaikan

fungsi funikulus  lateralis dan posterior medulla spinalis. Hal ini menimbulkan

gambaran klinis yang khas hematomiella sebagai berikut : terdapat paralisis flaksid

dan atrofi otot setinggi lesi dan dibawah lesi terdapat paresis otot, dengan utuhnya

sensibilitas nyeri dan suhu serta fungsi funikulus posterior.

Kompresi Medula Spinalis

Kompresi medulla spinalis dapat terjadi akibat dislokasi vertebra maupun perdarahan

epidural dan subdural. Gambaran klinisnya sebanding dengan sindrom kompresi

medulla spinalis akibat tumor, kista dan abses di dalam kanalis vertebralis. Akan

didapati nyeri radikuler, dan paralisis flaksid setinggi lesi akibat kompresi pada radiks

saraf tepi.

10

Page 12: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

Akibat hiperekstensi, hiperfleksi, dislokasi, fraktur dan gerak lecutan (Whiplash)

radiks saraf tepi dapat tertarik dan mengalami jejas (reksis).

Pada trauma lecutan radiks C5-7 dapat mengalami hal demikian, dan

menimbulkan nyeri radikuler spontan. Dulu gambaran penyakit ini dikenal sebagai

hematorakhis, yang sebenarnya lebih tepat dinamakan neuralgia radikularis.

Di bawah lesi kompresi medulla spinalis akan didapati paralisis otot dan gangguan

sensorik serta otonom sesuai dengan derajat beratnya kompresi. Kompresi konus

medularis terjadi akibat fraktur-dislokasi L1, yang menyebabkan rusaknya segmen

sakralis medulla spinalis. Biasanya tidak dijumpai gangguan motorik yang menetap,

tetapi terdapat gangguan sensorik pada segmen sakralis yang terutama mengenai 

daerah sadel, perineum dan bokong.

Di samping itu djumpai juga gangguan otonom yang berupa retensio urine serta pada

pria terdapat impotensi. Kompresi kauda ekuina akan menimbulkan gejala, yang

bergantug pada serabut saraf spinalis mana yang terlibat. Akan dijumpai  paralisis

flaksid dan atrofi otot. Gangguan sensorik sesuai dengan dermatom yang terlibat.

Kompresi pada saraf spinalis S2, S3 dan S4 akan menyebabkan retensio urin dan

hilangnya control dari vesika urinaria, inkontinensia alvi dan impotensi.

Hemiseksi Medula Spinalis

Biasanya dijumpai pada luka tembak atau luka tusuk/bacok di medulla spinalis.

Gambaran klinisnya merupakan sindrom Brown Sequard yaitu setinggi lesi terdapat

kelumpuhan neuron motorik perifer (LMN) ipsilateral pada otot-otot yang disarafi 

oleh motoneuron yang terkena hemilesi. Di bawah tingkat lesi dijumpai pada sisi

ipsilateral kelumpuhan neuron motorik sentral (UMN) dan neuron sensorik

proprioseptif, sedangkan pada sisi kontralateral terdapat neuron sensorik protopatik.

Sindrom MedulaSpinalis bagian Anterior

Sindrom ini mempunyai gambaran khas berupa : paralisis dan hilangnya sensibilitas

protopatik di bawah tingkat lesi,tetapi sensibilitas protopatik tetap utuh.

Sindrom Medula Spinalis bagian Posterior

Ciri khas sindrom ini adalah adanya kelemahan motorik yang lebih berat pada lengan

dari pada tungkai dan disertai kelemahan sensorik. Defisit motorik yang lebih jelas

pada lengan (daripada tungkai) dapat dijelaskan akibat rusaknya sel motorik di kornu

anterior medulla spinalis  segmen servikal atau akibat terlibatnya serabut traktus

kortikospinalis yang terletak lebih medial di kolumna lateralis medulla spinalis.

Sindrom ini sering dijumpai pada penderita spondilitis servikal.

11

Page 13: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

Transeksi Medula  Spinalis

Bila medulla spinalis secara mendadak rusak total akibat lesi transversal maka akan

dijumpai 3 macam gangguan yang muncul serentak yaitu :

1. semua gerak otot pada bagian tubuh yang terletak di bawah lesi akan hilang

fungsinya secara mendadak dan menetap

2. semua sensibilitas daerah di bawah lesi menghilang

3. semua fungsi reflektorik pada semua segmen dibawah lesi akan hilang. Efek

terakhir ini akan disebut renjatan spinal (spinal shock), yang melibatkan baik otot

tendon maupun otot otonom. Fase renjatan spinal ini berlangsung beberapa

minggu sampai beberapa bulan (3-6 mingu)

Pada anak-anak, fase shock spinal berlangsung lebih singkat daripada orang dewasa

yaitu kurang dari 1 minggu. Bila terdapat dekubitus, infeksi traktus urinarius atau

keadaan otot yang terganggu, malnutrisi, sepsis, maka fase syok ini akan berlangsung

lebh lama.

McCough mengemukakan 3 faktor yang mungkin berperan dalam mekanisme syok

spinal.

1. Hilangnya fasilitas traktus desendens

2. Inhibisi dari bawah yang menetap, yang bekerja pada otot ekstensor, dan

3. Degenerasi aksonal interneuron

Karena fase renjatan spinal ini amat dramatis, Ridoch menggunakannya sebagai dasar

pembagian gambaran klinisnya atas 2 bagian, ialah renjatan spinal atau arefleksia dan

aktivitas otot yang meningkat.

Syok spinal atau arefleksia

Sesaat  setelah trauma, fungsi motorik dibawah tingkat lesi hilang, otot flaksid,

paralisis atonik vesika urinaria dan kolon, atonia gaster dan hipestesia. Juga di bawah

tingkat lesi dijumpai hilangnya tonus vasomotor, keringat dan piloereksi serta fungsi

seksual. Kulit menjadi kering dan pucat serta ulkus dapat timbul pada daerah yang

mendapat penekanan tulang. Sfingter vesika urinaria dan anus dalam keadaan

kontraksi ( disebabkan oleh hilangnya inhibisi dari pusat saraf pusat yang lebi tinggi )

tetapi otot detrusor dan otot polos dalam keadaan atonik. Urin akan terkumpul, setelah

tekanan intravesikuler lebih tinggi dari sfingter uretra maka urin akan mengalir keluar

(overflow incontinence)

Demikian pula terjadi dilatasi pasif usus besar, retensio alvi dan ileus parlitik. Refleks

genitalia (ereksi penis, otot bulbokavernosus, kontraksi otot dartos) menghilang.

12

Page 14: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

Aktifitas otot yang meningkat

Setelah beberapa minggu respon otot terhadap rangsang mulai timbul, mula-mula

lemah makin lama makin kuat. Secara bertahap timbul fleksi yang khas yaitu tanda

babinski dan kemudian fleksi tripel muncul.  Beberapa bulan kemudian reflex

menghindar tadi akan bertambah meningkat, sehingga rangsang pada kulit tungkai

akan menimbulkan kontraksi otot perut, fleksi tripel, hiperhidrosis, pilo-ereksi dan

pengosongan kandung kemih secara otomatis.

PENATALAKSANAAN

Terapi pada cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan

mempertahankan fungsi sensoris dan motoris. Pasien dengan cedera medula spinalis komplet

hanya memiliki peluang 5% untuk kembali normal. Lesi medulla spinalis komplet yang tidak

menunjukkan perbaikan dalam 72 jam pertama, cenderung menetap dan prognosisnya buruk.

Cedera medula spinalis tidak komplet cenderung memiliki prognosis yang lebih baik. Apabila

fungsi sensoris di bawah lesi masih ada, maka kemungkinan untuk kembali berjalan adalah

lebih dari 50%

Metilprednisolon merupakan terapi yang paling umum digunakan untuk cedera medula

spinalis traumatika dan direkomendasikan oleh National Institute of Health di Amerika

Serikat. Namun demikian penggunaannya sebagai terapi utama cedera medula spinalis

traumatika masih dikritisi banyak pihak dan belum digunakan sebagai standar terapi. Kajian

oleh Braken dalam Cochrane Library menunjukkan bahwa metilprednisolon dosis tinggi

merupakan satu-satunya terapi farmakologik yang terbukti efektif pada uji klinik tahap 3

sehingga dianjurkan untuk digunakan sebagai terapi cedera medula spinalis traumatika.

Tindakan rehabilitasi medik merupakan kunci utama dalam penanganan pasien cedera medula

spinalis. Fisioterapi, terapi okupasi, dan bladder training pada pasien ini dikerjakan seawal

mungkin. Tujuan utama fisioterapi adalah untuk mempertahankan ROM (Range of

Movement) dan kemampuan mobilitas, dengan memperkuat fungsi otot-otot yang ada. Pasien

dengan Central Cord Syndrome / CSS biasanya mengalami pemulihan kekuatan otot

ekstremitas bawah yang baik sehingga dapat berjalan dengan bantuan ataupun tidak. Terapi

okupasional terutama ditujukan untuk memperkuat dan memperbaiki fungsi ekstremitas atas,

mempertahankan kemampuan aktivitas hidup sehari-hari/ activities of daily living (ADL).

Pembentukan kontraktur harus dicegah seoptimal mungkin. Penggunaan alat bantu

disesuaikan dengan profesi dan harapan pasien

13

Page 15: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

Penelitian prospektif selama 3 tahun menunjukkan bahwa suatu program rehabilitasi yang

terpadu (hidroterapi,elektroterapi, psikoterapi, penatalaksanaan gangguan kandung kemih dan

saluran cerna) meningkatkan secara signifikan nilai status fungsional pada penderita cedera

medula spinalis.

Pada saat ini laminektomi dekompresi tidak dianjurkan kecuali pada kasus-kasus tertentu.

Indikasi untuk dilakukan operasi :

1. reduksi terbuka dislokasi dengan atau tanpa disertai fraktur pada daerah servikal,

bilamana traksi dan manipulasi gagal.

2. adanya fraktur servikal dengan lesi parsial medula spinalis dengan fragmen tulang

tetap menekan permukaan anterior medula spinalis meskipun telah dilakukan traksi

yang adekuat.

3. trauma servikal dengan lesi parsial medula spinalis, dimana tidak tampak adanya

fragmen tulang dan diduga terdapat penekanan medula spinalis oleh herniasi diskus

intervertebralis. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan mielografi dan scan

tomografi untuk membuktikannya.

4. fragmen yang menekan lengkung saraf.

5. adanya benda asing atau fragmen tulang dalam kanalis spinalis.

14

Page 16: Jenis-jenis trauma medulla spinalis

6. Lesi parsial medula spinalis yang berangsur-angsur memburuk setelah pada mulanya

dengan cara konservatif yang maksimal menunjukkan perbaikan, harus dicurigai

hematoma.

15