Upload
richa-purwanty
View
80
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DM
Citation preview
Ulkus DiabetikumOleh :
Kartika Apriani
Pembimbingan Dr. Muhammad Budiman Sp.PD
Laporan kasus
Definisi
• Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri.
Faktor Risiko Ulkus Diabetikum
• Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah : umur ≥ 60 tahun, lama DM ≥ 10
tahun.
• Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah : termasuk kebiasaan dan gaya hidup,
obesitas, hipertensi, kadar glukosa darah tidak terkontrol, insusifiensi vaskuler
karena adanya aterosklerosis yang disebabkan : (kolesterol total tidak terkontrol,
kolesterol HDL tidak terkontrol, trigliserida tidak terkontrol), kebiasaan
merokok, ketidakpatuhan Diet DM, kurangnya aktivitas Fisik, pengobatan tidak
teratur, perawatan kaki tidak teratur, penggunaan alas kaki tidak tepat
Klasifikasi ulkus diabetikum
Jenis ulkus 1. Ulkus neuropatik
• Kaki teraba hangat dan perfusi masih
baik dengan pulsasi masih teraba,
keringat berkurang, kulit kering dan
retak.
1. Ulkus neuroiskemik
• Kaki teraba lebih dingin, tidak teraba
pulsasi, kulit tipis, halus dan tanpa
rambut, ada atrofi jaringan subkutan,
klaudikasio intermiten dan rest pain
mungkin tidak ada karena neuropati
Klasifikasi derajat ulkus(wagner)
Grade 0 Tidak ada ulkus pada penderita kaki risiko tinggi
Grade I Ulkus superfisial terlokalisir.
Grade II Ulkus lebih dalam, mengenai tendon, ligamen, otot,sendi, belum
mengenai tulang, tanpa selulitis atau abses
Grade III Ulkus lebih dalam sudah mengenai tulang sering komplikasi
osteomielitis, abses atau selulitis.
Grade IV Gangren jari kaki atau kaki bagian distal.
Grade V Gangren seluruh kaki.
Lanjut…
Klasifikasi derajat infeksi ulkus diabetikum
Infeksi ringan (superficial, ukuran dan dalam terbatas)
Infeksi sedang (lebih dalam dan luas)
• Infeksi berat (disertai tanda-tanda sistemik atau gangguan metabolik). Seperti fasiitis nekrotikan, gas gangren, selulitis asenden, terdapat sindroma kompartemen, infeksi dengan toksisitas sistemik atau instabilitas metabolik yang mengancam kaki dan jiwa pasien.
PATOGENESIS
Manifestasi klinis
• Parastesia (sering kesemutan)
• Nyeri kaki saat istirahat
• Sensasi rasa berkurang
• Kerusakan jaringan (nekrosis)
• Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea
• Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
• Kulit kering.
Diagnosis
• Dilakukan pem. Fisik
• Pemeriksaan penunjang
Kriteria diagnose Infeksi pada ulkus kaki diabetik bila terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut :• bengkak• Indurasi• eritema sekitar lesi• nyeri lokal• teraba hangat lokal• adanya pus.
Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetikum • Memperbaiki kelainan vaskuler• Memperbaiki sirkulasi.• Pengelolaan pada masalah yang timbul
( infeksi, dll).• Edukasi perawatan kaki.• Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi
(menurut hasil laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM.
Lanjut…
• Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.• Menghentikan kebiasaan merokok.• Merawat kaki secara teratur setiap hari• Penggunaan alas kaki tepat• Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa
fisik, kimia dan termis, yang biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
• Menghidari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya adrenalin, nikotin.
• Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol walaupun ulkus diabetik sudah sembuh
Lanjut…
DEBRIDEMENDebridemen adalah suatu tindakan membuang material yang tidak hidup, benda asing, dan jaringan tidak sehat yang sulit sembuh dari luka. Target utama penanganan ulkus kaki diabetik adalah untuk mencapai penutupan luka secepat mungkin, dan menurunkan angka amputasi.
Lanjut…
5 jenis debridemen • Debridemen bedah• Debdridemen ensimatik• Debridemen autolitik• Debridemen mekanik• Debridemen biologik
Ilustrasi kasus
I. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas penderita :
No rekam medik : 115519
Nama penderita : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 55 tahun 4 hari
Pekerjaan : Wiraswata
Alamat : Batu langka KABUN RIAU
Agama : Islam
Tanggal masuk : 05 April 2015
Lanjut…
II. ANAMNESIS
• Autoanamnesis : Dengan pasien sendiri
• Tanggal/jam : 06 April 2015
• Keluhan utama : Luka (borok) di jempol dan punggung kaki kiri
• Riwayat penyakit sekarang :
Pasien baru masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan ada luka (borok) pada kaki kiri sejak 3 minggu
sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien menyatakan kaki kiri tersulut mesin motor yang sedang panas.
Luka yang muncul awalnya di bawah ibu jari kaki bagian dalam. Luka berukuran ± 3 cm, kemerahan
dan gelembung yang perih dan sedikit panas. Luka diobati sendiri dengan memberi alkohol dan betadin
saja dirumah. Seminggu kemudian luka tak kunjung sembuh dan semakin bengkak. Pasien lalu berobat
ke Puskesmas terdekat dan diberikan obat serta luka pernah di suntik. Setelah berobat ke puskesmas
luka tidak kunjung sembuh dan meluas kearah punggung kaki dan sela-sela jari kaki. Pasien juga
mengeluhkan demam yang turun naik, demam turun jika sudah minum obat demam. Tetapi, nanti
demam kambuh kembali. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, badan terasa lemas dan nafsu makan
menurun. Satu minggu setelah berobat kepuskesmas dan membersihkan luka sendiri dirumah, luka pada
kaki pasien tidak kunjung sembuh dan semakin parah. Maka pasien dan keluarga memutuskan untuk
berobat ke RSUD Bangkinang pada tanggal 05 – April – 2015.
• Riwayat penyakit dahulu :
• Riwayat DM (+) sejak ± 10 tahun yang lalu
• Riwayat HT (+) sejak ± 3 tahun yang lalu
• Riwayat ulkus diabetikum sebelumnya disangkal.
• Riwayat penyakit keluarga :
• Tidak ada keluarga yang mengalami sakit seperti ini
• DM ( - )
• HT ( - )
• Riwayat konsumsi obat :
• Ada mengkonsumsi obat diabetes sebelumnya. Obat rutin dibeli dari apotik atau dari resesp dokter umum beberapa kali. Pasien
tidak rutin mengontrol DM ke RS atau berobat ke dokter spesialis.
• Riwayat alergi :
• Tidak ada alergi makanan dan obat
• Status gizi
• Berat badan : 73 kg
• Tinggi badan : 170 cm
Riwayat pekerjaan, kebiasaan dan sosial ekonomi Pasien berstatus sebagai pekerja wiraswasta
Status ekonomi menengah ke atas
Tinggal dirumah permanen dan lingkungan tidak padat, ventilasi dan pencahayaan cukup
Merokok (+)
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital Tekanan darah : 130/90 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 37,6 ºC
Status generalisata
Kepala Bentuk : Normochepali
Rambut : hitam, lebat, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung : simetris, sekret hidung (-)
Telinga: simetris, dalam batas normal
Leher KGB : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada distensi vena jugularis (DVJ).
Thorax Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor disemua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-), bunyi jantung normal, teratur
Abdomen Inspeksi : Perut datar
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT < 2 detik
Inferoir : akral hangat, CRT < 2 detik
Pemeriksaan khusus :
Status lokalis pedis sinistra :
• Look : tampak ulkus pada plantar dan dorsum pedis sinistra. Pus (+)
• Feel : sensasi raba (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin : Hb : 7.6 gr/dl
Leukosit : 26.4 mm3
Hematokrit : 21.4 %
Trombosit : 650 mm3
Fungsi ginjal : Creatinin : 1.9
Ureum : 60
Glukosa darah sewaktu : 236 mg/dl
Daftar masalah
1. Ulkus diabetikum
2. Diabetes meilitus
3. CKD (Chronic Kidney Disease)
4. Thrombosis reaktif
5. Anemia
6. Hipertensi
Tatalaksana
Via IGD IVFD Nacl 0,9 % 10 tpm Injeksi ceftriaxone 1 gr/IV/12
(skin tes ) jam 14.30 Injeksi ranitidine 1 amp/IV/12
jam 14.30 Captopril 12,5 mg 2 dd 1 tab
Ruang perawatan IVFD Nacl 0,9% 20 tpm Obat Injeksi :
- Ceftriaxone 1 mg 2x1
- Metronidazole infus 3x1
- Ranitidin 2x1
- Metoclopromide 3x1
- Ketorolac drip 2x1 Obat Oral :
- Captopril 12,5 mg 2 dd 1
- As. Folat 3 dd 1
- Ketosteril 3 dd 1
- Nicardis 1 dd1
- Platogrix 1 dd 1
- Bisoprolol 1 dd 1 Obat Insulin : Apidra dan Lantus (dimulai tanggal 8 april 2015).
Pembahasan Diagnosis ulkus diabetikum pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan, 3 minggu SMRS pasien menyatakan
awalnya kaki kiri tersulut mesin motor yang sedang panas. Luka yang muncul awalnya di
bawah ibu jari kaki bagian dalam. Luka berukuran ± 3 cm, kemerahan dan gelembung yang
perih dan sedikit panas. Luka diobati sendiri dengan memberi alkohol dan betadin saja
dirumah. Seminggu kemudian luka tak kunjung sembuh dan semakin bengkak. Pasien lalu
berobat ke Puskesmas terdekat dan diberikan obat serta luka pernah di suntik. Setelah
berobat ke puskesmas luka tidak kunjung sembuh dan meluas kearah punggung kaki dan
sela-sela jari kaki. Pasien lalu berobat ke IGD RSUD Bangkinang. Pada pemeriksaan fisik
di dapatkan ulkus pada plantar dan dorsum pedis sinistra, pus (+), dan sensasi raba (-).
Berdasarkan klasifikasi kaki diabetik menurut wagner, termasuk grade 2 yaitu, Ulkus lebih
dalam, mengenai tendon, ligamen, otot,sendi, belum mengenai tulang, tanpa selulitis atau
abses.
Diagnosis DM tipe 2 pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
laboratorium. Pada anamnesis didapatkan 2 tahun SMRS, pasien mengaku sering merasa haus,
banyak makan dan sering terbangun malam karena buang air kecil. Pasien sudah sering minum
obat anti diabetes (OAD). Pasien menyatakan tidak mengontrol secara rutin ke dokter. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan GDS : 236 mg/dl. Diagnosis CKD pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan penunjang.
Pada anamnesis didapatkan buang air kecil tidak lancar dan sedikit-sedikit, pada pemeriksaan
penunjang ditemukan ureum 60 mg/dl dan kreatinin 1.9 mg/dl, kemudian setelah dihitung
berdasarkan rumus, LFG didapatkan 45,73 ml/menit/1,73m2. Diagnosis thrombosis reaktif pada pasien ini ditegakkan dari pemeriksaan penunjang. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan trombosit 650 mm³. Diagnosis anemia pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan
penunjang. Pada anamnesis didapatkan pasien merasa lemas, mual, muntah dan nafsu makan
menurun. Pada pemeriksan fisik ditemukan konjungtiva anemis, dan pada pemeriksaan
penunjang didapatkan Hb 7,6 g/dl. Diagnosis hipertensi pada pasien ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada
anamnesis pasien menyatakan memiliki riwayat hipertensi sejak ± 3 tahun yang lalu, tetapi tidak
mengontrol secara rutin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90 mmhg.
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah mengatasi komplikasi dari ulkus diabetikum, agar luka
(borok) tidak menyebabkan infeksi lebih lanjut atau sepsis. Pasien ini diberikan terapi injeksi
antibiotik Ceftriaxone 1 gram per 12 jam, dan Metronidazole infus per 8 jam. Kemudian terapi yang
diberikan untuk rasa nyeri diberikan drip ketorolak per 8 jam. Terapi untuk Diabetes melitus diberikan insulin shor-acting Apidra (8-8-8) dan insulin long–acting
Lantus (0-0-10) untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Terapi CKD yang diberikan adalah makanan rendah protein, dan diberikan obat oral ketosteril tab 3
dd 1 sebagai penggati kebutuhan asupan protein pasien. Selanjutnya terapi anemia yang akan
dilakukan adalah transfusi PRC. Terapi yang diberikan untuk keadaan trombositosis reaktif pada pasien adalah menurunkan
pembentukan trombus dan menghambat pembentukan fibrin dengan cara memberikan preparat oral
anti koagulan Platogrix 1 dd 1. Serta pemberian Asam folat oral 3 dd 1. Terapi Hipertensi yang diberikan pada pasien ini adalah obat oral Captopril 12,5 mg 2 dd 1, obat
oral Bisoprolol 2,5 mg 1 dd 1, obat oral nicardis 1 dd 1. Pasien juga diberikan terapi injeksi Ranitidin 1 gr per 12 jam untuk keluhan rasa nyeri ulu hati yang
sesekali muncul karena pasien mengeluhkan nafsu makan menurun. Pasien juga diberikan terapi
injeksi Metoclopramide per 8 jam untuk meningkatkan gerakan usus halus agar makanan dan obat
yang diberikan secara oral dapat diabsorbsi secara maksimal.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas disimpulkan bahwa pasien
didiagnosis sebagai Ulkus diabetikum grade 2 + Diabetes melitus tipe
2 + CKD grade III + trombosis reaktif + Anemia etc penyakit kronis +
Hipertensi stage I.
Follow-up
Daftar pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiadi S, editor. Kaki diabetes Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi V. Jakarta: Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI; 2009. Hal 1961
2. Oyibo, S.O., Jude, E.B., Tarawneh, I., Nguyen, H.C., Harkless, L.B., Boulton, A.J.M. 2001. A Comparison of Two Diabetic Foot Ulcer Classification Systems The Wagner and the University of Texas wound classification systems . Diabetes, 24(1): 84-8
3. Riyanto B. Infeksi pada Kaki Diabetik. Dalam : Darmono, dkk, editors. Naskah Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit dalam rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2007. p.15-30.
4. Hastuti Tri R. Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Mellitus. Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. 2008.
5. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). History of foot ulcer among persons with diabetes—United States, 2000-2002. MMWR Morb Mortal WklyRep. 2003;52(45):1098-02.
6. Edwards, J., Stapley, S. 2010. Debridement of diabetic foot ulcers. Cochrane Database Syst Rev, 20: CD003556.
TERIMA KASIH